Sekarang ini aku sedang bersembunyi di belakang pohon, dekat dengan rumah target. (Ceilah berasa detektif kali ya). Jangan fikir aku takut... Big No, aku hanya sedang mengawasi keadaan sekitar. Akan sangat lucu, kalau orang itu, hanya mirip denganku kalau di lihat dari samping. Bisa malu aku. Akhirnya bapak-bapak itu yang duluan, sementara aku mengawasi dari balik pohon. Bapak-bapak itu menggedor pintu, dan tak lama kemudian. Muncul sosok yang dimaksud, dan alamak. Mukanya mirip kali sama aku. Bukan cuma mirip tapi 100 % sama. Bedanya dia ga cacat dan badannya lebih berisi, di banding diriku yang kerempeng. Dia tersenyum menatap bapak-bapak itu, kemudian menyodorkan uang dalam amplop, yang kurasa sudah di lunasi, terbukti dari raut wajah bapak-bapak itu yang tersenyum senang. Setelah berpamitan, bapak-bapak itu segera menghampiriku. Dan mereka bilang sekarang giliranku, mereka juga berkata padaku, kalau nanti terjadi sesuatu, aku di suruh meniup peluit ini. Yang membuatku bertanya-tanya. Tapi, lupakan masalah ini dan segera hadapi masalah baru yang menungguku.
Tiba di depan rumah, yang lumayan asri, aku beranikan diri mengetuk pintu, tidak lama kemudian aku mendengar suara sahutan, dan kemudian pintu terbuka, dan apa yang kudapatkan, bukan ekspresi terkejut malah langsung kena muka judes. "NGAPAIN LOE DI SINI, KEMBARAN LAKNAT, MENDING LOE PERGI DARI RUMAH GUE. GUE GA SUDI BALIK KE KELUARGA LOE, DAN JANGAN PASANG TAMPANG BLOON KAYAK GITU, GUE TAU, KARENA KITA KEMBAR GUE TAU ISI OTAK LOE." BLAM!! pintu di tutup dengan shock berat. Tapi hihihi... Ini lebih asik. Karena ga perlu pake acara ramah tamah, mending gue terusin liburan, lalu balik dan nyari 7 lainnya daripada pusing ngadepin ni orang.
Jadi, dengan hati riang, aku kembali ke hotel, dan melaporkan Perkembangan pencarian ini ke ortu, dan seperti yang sudah kutebak, aku di marahi habis-habisan. Kenapa selalu salah, hadeh. Setelah itu ortu dan adik-adikku pergi menuju rumah Guntur, aku, mending milih tidur, daripada ngurusin hal ga penting. Toh, itu urusan orang dewasa, gue kan bocah. Malam harinya, pemandangan mengejutkan tampak di depan mataku. Dasar bunglon, langsung berubah baik di depan ortuku, eh ortu dia juga. Seenggaknya dia tau sopan santun, dan sebaiknya gue pergi dari sini, ya cari aman daripada kena sembur lagi.
Duduk di tepi pantai, menikmati semilir angin, rasanya menyenangkan juga, hingga ada orang yang duduk di sampingku dan dia adalah Guntur. "Menyendiri dek, atau loe ga suka sama gue, sorry, tapi gue bener-bener ga siap ketemu loe, soalnya loe pasti bisa baca kondisi gue. Gue cuman ga mau bikin ortu loe khawatir," Katanya sambil menghadap ke langit.
"Halah, eh abang yang super galak. Ga usah gunain alasan sakit cuy, aku juga rasa sakit loe itu, hadeh, harusnya lebih enak pake gue, tapi harus jaga image sebagai anak baik-baik. Jadi abang, kalau loe sakit bilang aja terus terang, biar ortu kita juga tau, btw nama lengkap abang siapa, ga mungkin Guntur doang, "
"Nama lengkap gue Mukhammad Guntur Raharjo. Usia 24 tahun dan gue abang loe, di buang usia 1 tahun, lalu di tinggal mati sama ortu angkat gue waktu usia 14 tahun, pendidikan terakhir smp, kerja sebagai nelayan dan gue juga senang berkebun. Ada pertanyaan lagi dek... Oh gue masih single, bukan jomblo. "Katanya sambil cengar - cengir dan membuatku tertawa.
Kami berdua mengobrol di tepi pantai, hingga tengah malam, bang Guntur menginap di hotel kami, dan tentu saja aku senang, karena sekarang punya sekutu dalam menghadapi adikku. Keesokan paginya, kami pergi ke puskesmas untuk pemeriksaan kesehatan si abang, dari hasil pemeriksaan, dia mengalami gejala tifus. Yang membuat ortu kaget, tapi tidak perlu di rawat, hanya dia harus istirahat. Alhasil aku yang kena imbas, harus jaga dia. Tapi, bukanya istirahat. Kami berdua malah ngobrol mulu, dari hal sepele ke hal-hal sensitif. Yang membuat kami berdua di tegur oleh ayah beberapa kali.
"Eh dek, loe udah nemuin lokasi yang lain belum. Atau gue ini yang pertama, "
"Kamu yang pertama, itu aja aku kayak dapat penglihatan macam anak indigo, tiba-tiba muncul nama Trenggalek di fikiranku. Atau mungkin loe dapat penglihatan yang sama kayak gue,"
"Hemm... Kalau yang loe maksud penglihatan itu, kayak sesuatu yang belum pernah kita lihat, muncul di fikiran kita. Gue pernah mengalami, seminggu lalu. Gue lihat ada tugu yang belum pernah gue liat,"
"Coba gue cari di google, dan kalau nanti ada gambar tugunya, loe kasih tau gue. "
Aku searching dan memperlihatkan gambar tugu, dan ternyata tugu yang dimaksud adalah tugu Jogja. Itu bisa berarti saudara kami itu, tinggal di Jogja, atau dia kuliah di jogja. Asik, liburan tambah panjang.
"Bang, setelah kita balik ke rumah, kita langsung pergi ke Jogja, loe pasti belum pernah ke jogja, ini bakal jadi petualangan yang seru, "kataku yang membuat dia nyengir.
"Loe, memang adik yang abnormal, tapi, gue senang, karena loe merupakan adik gue, gue rasa ini bakal menarik, kalau bertualang bareng bocah macam loe."