Daniel Atmajaya
"Ini membingungkan sekali. Benar-benar membingungkan, kenapa kami bisa terjebak di kondisi tidak menguntungkan seperti ini. Sebenarnya hari ini, semua berjalan normal, hampir normal, kalau tidak ada kasus ini. Ternyata penusukan yang terjadi padaku, adalah buntut dari aksi balas dendam, karena aku dikira nikung cewek miliknya. Dan baru aku ketahui orang ini, masih ada saudara dengan Sulis. Yang menurut kedua saudaraku, pernah meneror Fania. Satu keluarga psikopat. Menyebalkan!!!
"Sebaiknya kalian bertiga diam saja. Percuma, tempat ini lumayan terpencil, dan orang-orang takut datang kesini, dengan banyaknya cerita horor yang beredar. Dan, jangan harap kalian bisa lepas dari rantai itu, sebentar lagi aku akan membuat karya di tubuh kalian, dan para tikus, pasti akan sangat senang menggigit kalian, "Katanya.
"Hentikan, Lodo. Mereka tidak ada sangkut pautnya dengan masalah kita. Yang jadi incaran kamu, cuma aku. Jangan libatkan mereka,"
"Tutup mulut loe Daniel. Dan jangan sok formal sama gue, loe itu cuman kecoa di mata gue. Loe ga selevel sama gue, "
"Ga selevel loe bilang. Kalau abang gue ga selevel sama loe, kenapa loe perlu banyak orang buat nangkep kita bertiga. Itu artinya, abang gue jauh berada di atas level loe," perkataan Guntur membuat wajah Lodo tambah merah.
"Kalau gitu, dia lebih buruk dari banci ya dek, "timpal bang Wisnu." Loe semua, gue pastiin habis ini bakal mendekam di penjara. Dan itu pasti, "
"Banyak bacot loe semua. Silakan nikmati malam kalian di sini, semoga saja ini bukan malam terakhir kalian di dunia ini. Kalian, siksa dia."
Anak buah Lodo mulai menyiksa kami, lumayan sakit, tapi ga sakit-sakit amat. Kulihat bang Wisnu dan Guntur, hanya sedikit meringis. Walaupun luka-luka yang mereka derita jauh lebih parah daripada yang aku derita. Kami harus bertahan, sebab kemungkinan sangat kecil, orang-orang akan mencari kami di tempat ini, terlebih lagi kami baru hilang selama 6 jam, sehingga orang tua kami tidak bisa melapor polisi. Saat kami disiksa aku mendengar suara teriakan, erangan dan lain-lain. Tapi itu bukan berasal dari kami bertiga. Anak buah Lodo berhenti menyiksa kami, dan saling tatap satu sama lain. Aku, Bang Wisnu serta Guntur juga saling lirik. Bingung darimana asal suara itu.
"Mending kita pergi dari sini. Itu pasti suara penunggu bangunan ini, "kata salah satu anak buah Lodo yang menyiksaku.
"Tutup bacot loe, yang namanya setan itu ga ada, itu cuman halusinasi loe semua. Udah, cepet siksa mereka lagi, biar kita ga kena marah bos."
Namun, belum sempat mereka menyiksa kami, suara-suara aneh itu kembali terdengar. Bahkan kali ini semakin keras, dan Seolah-olah suara itu datang mendekati kami. Kemudian suara itu seketika menghilang. Perasaan merinding seketika menyergap kami, secara tiba-tiba pintu terbuka, dan ternyata itu Lodo.
Kudengar suara dengusan keras dari semua orang, sepertinya kami tadi benar-benar ketakutan. Kualihkan pandanganku ke arah Lodo, dia tidak bergerak sama sekali dari tempatnya. Tatapan nya kosong. Dan tiba-tiba dia terjatuh ke lantai dengan darah keluar dari mulutnya. Semua anak buah Lodo bergerak menolong bos mereka. Sesaat kemudian terdengar suara rantai, dan erangan. Dan baru aku sadari ada seseorang yang berdiri di belakang Lodo.
"Cih, Berani beraninya kalian tidak menggubris keberadaanku, " Orang itu bersuara dan bisa kupastikan dari suaranya dia adalah perempuan.
"Beraninya kau melakukan hal ini pada bos kami," kata salah satu anak buah Lodo.
"Kenapa harus takut. "Perempuan itu langsung menendang anak buah Lodo sampai menjebol tembok.
Anak buah Lodo yang melihat hal itu langsung beringsut mundur mendekati kami, kemudian mengancam kami dengan pisau.
"Preman kampung, beraninya cuman pake sandera. Males banget. Eh kalian mana nih sambutnya biar mereka tambah ketakutan, "
Setelah perempuan itu berkata. Beberapa tubuh jatuh di sekitar kami. Mereka adalah anak buah Lodo yang berjaga di luar, kondisi mereka sekarat, dengan rantai yang melilit leher mereka. Belum selesai rasa kaget kami. Tiba-tiba Lodo bangun dan mulai menggigit anak buahnya layaknya zombie. Semua orang menjadi panik dan mereka berusaha menyelamatkan diri. Kami bertiga juga ngeri melihat hal ini. Lodo langsung melepaskan tubuh anak buahnya yang tadi dia gigit dan menggelepar di tanah layaknya ikan, yang keluar dari air, sementara anak buahnya yang kena gigit pingsan seketika. Karena shock. Kulihat luka gigitan lodo hanya mengeluarkan darah sedikit. Setidaknya ini bukan wabah zombie seperti di film-film.
"Dedek, benerin nih orang. Mbak takut nih, dia kayak orang sekarat, ntar beneran mati bisa gawat. " perempuan itu mendekati kami dan sekarang aku bisa melihat wajahnya dengan jelas.
"Flora." Bang Wisnu dan Guntur serempak memanggilnya.
"Eh dek, panggil mbak, jangan nama langsung. Ku pukul kamu kalau masih ga sopan. Kalian bertiga hadeh, ngenes amat kondisinya,"
"Mbak, bisa ga menghinanya nanti aja. Bantu kita lepas dari ini rantai sialan dulu. Ngomong - ngomong ini semua loe yang lakuin mbak, "
"Gak lah, mana mungkin seorang diri, bisa lakuin hal kayak gini. Ini mbak Fania ama dedek kemana sih? Halo bang Daniel, seneng akhirnya bisa ketemu abang, meskipun waktunya kurang pas,"
"Halo juga dek. Senang ketemu kamu. "
Tidak lama kemudian muncul lagi satu perempuan yang langsung melepas ikatan rantai bang Wisnu, dia hanya melirik ngeri pada korban yang bergelimpangan di sekitar kami. Setelah melepas ikatan bang Wisnu dia dan Flora melepas ikatanku. Kami sempat berpelukan, sebelum suara-suara erangan kesakitan kembali terdengar di sekitar kami, bahkan teriakan mereka jauh lebih keras dari pada yang tadi.
"Kalian berdua, jangan bilang kalau ini perbuatan Guruh. Serem amat itu anak, "perkataan Bang Wisnu membuatku bingung.
"Kenapa loe perlu takut bang. Udah tau, tu anak memang aneh. Jadi ga usah kaget. Keluar yuk, dia malas masuk tempat ini." kata Flora kemudian kami pergi meninggalkan tempat ini.