Part 31 - Baikan

71 7 23
                                    


-----


"Kita putus, ya?"

"Kenapa?"

"Aku gak bisa jahat-in Anna terus, Mal!!" Ucap Vanya terinsak, Malka langsung membawa Vanya ke dalam pelukan nya.

"Kenapa harus putus?"

"Kita udah jahat sama Anna, Mal!! Aku gak pernah sejahat ini sama Anna."

"Van, bukankah dulu aku pernah bilang? Kalau aku minta waktu sama kamu, sampai Anna kembali dan aku akan memutuskan salah satu di antara kalian? Tapi kenapa sekarang kamu udah minta putus?"

"Aku gak bisa, Mal. Ngejalan in hubungan dengan  diiringi rasa bersalah gini? Aku gak cukup tega ngelakuin hal itu." Tangis Vanya makin menjadi.

Vanya melepaskan pelukan Malka, dia mendudukkan tubuhnya kembali di kursi. Lalu menutupi wajahnya dengan tangannya sendiri, sambil terinsak.

Malka menghela nafas kasar, dia mengusap wajahnya marah.

"Please, aku mohon Van. Bertahan sebentar lagi," pinta Malka.

Vanya menggelengkan kepalanya, dia bangkit dari duduknya lalu berlari masuk ke kamarnya. Meninggalkan Malka sendirian.

"AAAAGGGHH!!" Teriak Malka emosi, Malka bahkan memukul meja makan berkali-kali hingga tangannya memerah.

Beruntung ada Alif yang kebetulan ingin ke dapur, dan melihat semuanya. Dia buru-buru menarik Malka menjauh, agar Malka tidak semakin menjadi memukul apapun yang di dekatnya.

Walaupun tergolong sebentar berteman dengan Malka, tapi Alif sudah lumayan tahu dengan sifat temannya ini.

Temperamental. Sulit mengendalikan emosi, saat dia marah.

Alif hanya bisa berdoa, Malka tidak mengamuk padanya. Saat dia membawa Malka keluar vila dan mendudukkan nya di sebuah gazebo.

"Tenang in diri lo, Mal!! Di dalam ada ibu sama adek lo, apa mereka gak ketakutan liat lo ngamuk begini?" Nasehat Alif.

Malka tidak menanggapinya, dia malah mengacak-acak rambutnya kesal.

"Masalah Vanya?"

Malka langsung menatap tajam Alif, meminta kejelasan akan perkataan Alif.

"Oke, gue gak berniat pengen tahu masalah kalian. Gue ada di sana pas Vanya berlari sambil nangis ninggalin lo, lalu lo ngamuk. Jadi bisa gue simpulkan ini Vanya."

Malka menghela nafasnya, dia mengira Alif juga mendengarkan perkataan dia dengan Vanya tadi.

"Apapun masalah kalian, selesaikan dengan kepala dingin. Salah satu dari kalian harus ada yang mengalah,"

"Masalah kami tidak se-mainstream itu," komentar Malka sarkas.

Alif berdecak mendengarnya. "Jangan sering berantem, yang nunggu kalian putus banyak."

Malka menatap Alif heran, "maksud lo?"

"Tuh, yang lagi nyelup-in kepalanya di air laut itu salah satunya." Ucap Alif santai sambil merebahkan dirinya di gazebo.

[LSS 1] Pacar Bohongan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang