28. Jauhi

623 90 52
                                    

Sebuah tangan menyentuh rambut Jihoon. Mengusap kepala Jihoon dengan lembut. Jihoon yang sedang tiduran di meja sekolahnya pun mengangkat wajahnya sedikit dan melihat siapa yang berani mengusap kepalanya.

Blush

Semburan merah tampak jelas di wajah Jihoon. Senyuman yang terlihat tulus dan manis itu membuat Jihoon bungkam. Tidak jadi memarahinya.

"Kau kelelahan sekali sampai tertidur seperti ini." Kata Jira sambil terus mengusap - usap rambut Jihoon.

"Jangan terlalu memforsir tubuhmu." Jira  berjongkok untuk mensejajarkan wajah mereka. Wajah Jihoon semakin memanas. Padahal itu bukan pertama kalinya dia melihat Jira dengan jarak sedekat ini. Tapi rasanya sungguh gugup.

"Kau berjanji akan menjaga dirikan." Jihoon tidak bisa berkata - kata dan hanya menggangguk cepat.

Usapan di kepala Jihoon berpindah untuk menyentuh pipi Jihoon. "Berjanjilah untuk menjaga perasaanku juga karena aku tidak bisa bersamamu saat ini. Tolong jangan jauhi aku. Jangan benci aku."

'Kau bicara apa Jira-ssi ?' Kata Jihoon. Namun suara Jihoon tidak keluar. Dia gelisah. Ketika Jira ingin melepaskan pegangannya di pipi Jihoon, Jihoon menahannya. Tapi tangan yang disentuhnya tidak terasa.

Jihoon melihat Jira yang tersenyum sedih dengan gusar.

'Jira.. Jira-ya.. JIRA..' Suara Jihoon tetap tidak keluar. Jihoon benar - benar takut. Sekarang sosok Jira bahkan sudah mulai menghilang.

"Berjanjilah !"

'Jira.. Apa maksudmu !?' Jihoon hendak menyentuh pipi Jira namun pandangannya langsung menghitam.

'Jira..'

"Woozi-ya.."

"Wae Jira-ya ?!"

"Ya ! Sadarlah ! Jangan mimpi di siang bolong !" Teriak Soonyoung.

"Aish.. Berisik. Ganggu tidur saja." Balas Jihoon.

"Ayo kita ke atas !" Ajak Soonyoung makin berisik. Namun..

"Lanjut mimpiin Jiranya di atap saja." Bisik Soonyoung di telinga Jihoon. Membuat Jihoon menegakkan tubuhnya dan membentur dagu
Soonyoung.

"Autch.." Keduanya saling menyentuh kepala dan dagu masing - masing.

"Kalau mau bangun bilang - bilang dong. Bisa - bisa gigiku ada yang copot." Omel Soonyoung.

"Lagian kau juga. Ngomong melantur." Balik omel Jihoon.

"Siapa yang melantur ??! Kau memang mimpiin dia. Sampai mengira aku itu dia. Jangan - jangan kau mimpi basah ya."

"Jaga omongamu. Memangnya aku itu kau." Kesal Jihoon.

"Sudahlah ! Ayo kita ke atas ! Sebelum itu temani aku ke kantin dulu. Para hyung meminta dibawakan cemilan." Kata Soonyoung. Menarik - narik tangan Jihoon agar bangun dari kursinya.

Dengan malas, Jihoon pun bangun dan mengikuti langkah Soonyoung yang sudah mendahuluinya. Matanya menatap lurus ke arah jalan yang dilewati Soonyoung tanpa memperdulikan tatapan mata yeoja - yeoja yang melihat ke arah mereka. Tapi saat seorang perempuan yang dia kenal melewatinya tanpa memperdulikan dirinya. Jihoon berhenti dan melihat punggung gadis itu yang pergi.

"Woi !!" Kejutkan Soonyoung.

"Jangan dilihat terus. Nanti mimpinya berlanjut." Bisik Soonyoung. Jihoon ingin sekali menendang Soonyoung, tapi tidak bisa karena mereka akan jadi tontonan menarik orang - orang.

PartitureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang