42. Tidak Mengaku

629 95 59
                                    

Notif..

Update lagi 😃 berarti sudah 13 vote.. Tapi saat ku periksa ternyata 15 vote.. terima kasih banyak reader.

Semoga kalian suka ya..
Happy reading..

☆☆☆

Suara kunci yang berputar memberikan bunyi nyaring di setiap telinga yang mendengarnya. Walau orang yang menggerakan kunci tersebut sudah berhati - hati selama memutarnya, tetap saja kunci itu terdengar berisik saat dia ingin membuka pintu.

"Ada yang menguping mereka semalam ?" Tanya Mingyu. Mengganggu konsentrasi Soonyoung yang hendak membuka kunci pintu itu.

"Aniyo. Semuanya masuk ke kamar masing - masing karena tidak mau mendengar teriakan Woozi yang minta dibukakan pintu." Jawab Jeonghan.

"Hyung semua memang berbahaya. Bagaimana bisa kalian membiarkan seorang namja dan yeoja tidur di ruangan yang sama." Celetuk Minghao.

"Tidak akan ada yang terjadi pada mereka. Mereka itu masih sama - sama polos. Tidak mungkin bisa melakukan yang jauh." Jun menyangkal ucapan Minghao.

Ketika Soonyoung sudah selesai dengan kuncinya. Dia membuka pintu itu pelan - pelan. Dia melihat Jihoon terlebih dahulu yang tidur di kasur Jeonghan. Sedangkan Jira tidur di kasur Jihoon. Posisi kedua saling memunggungi, membuat mereka yang mengintip merasa kecewa.

"Tidak menarik. Mereka saling memunggungi." Komentar Mingyu.

"Nde. Lebih menarik saat mereka sakit. Woozi sangat perhatian saat itu, sampai dia rela tidur dengan posisi duduk dan menggenggam tangan Jira." Tambah Wonwoo.

"Lebih asik saat mereka tidur dengan pelukan di kursi." Lanjut Seungcheol sambil terkekeh.

"Eehhh~~" Semuanya menyambar ucapan Seungcheol yang terdengar melantur. Tapi semuanya tetap menyetujui pendapat Seungcheol dalam hati.

"Sudahlah. Ayo kita bersiap - siap sekolah !" Kata Joshua. "Nanti tutupnya yang agak kecang biar salah satu dari mereka ada yang dengar." Tambah Joshua pada Soonyoung.

Soonyoung mengangguk. "Aku yakin Jira yang bangun. Aku penasaran bagaimana cara Jira membangunkan Woozi." Kekeh Soonyoung langsung menutup pintu itu dengan keras. Lebih terdengar seperti bantingan.

Jira yang ada di dalamnya terlonjak kaget dari tempat tidur. Dilihatnya ke arah pintu yang masih tertutup. Dia memeriksa pendengarannya, dia merasa tidak salah dengar karena mendengar suara pintu terbanting. Dia juga bisa mendengar anak - anak yang sedang bersiap untuk sekolah. Jadi mungkin saja pintu kamarnya sudah tidak dikunci lagi. Begitu pikiran Jira.

Dia melirik jam sesaat. Lalu beralih menuju namja yang masih tertidur pulas di sana. Dia membekap wajahnya dengan bantal. Karena perbuatan nekatnya dia makin tidak bisa tidur karena debaran jantungnya sendiri.

Aku memang gila. Aku sudah menyatakan perasaanku. Aku bahkan mencuri ciumannya. Bagaimana bisa aku menghadapi Jihoon nanti ???

Tuk.. Tuk.. Tuk..

"Sudah ada yang bangun di dalam ?" Suara Jeonghan terdengar dari dalam.

"Aku sudah bangun, oppa." Sahut Jira.

"Annyeong Jira-ya ! Apa Woozi sudah bangun ?"

"Annyeong oppa. J-jihoon belum bangun." Gugup Jira.

"Ok. Tolong bangunkan dia sampai dia bangun ! Kami sedang bersiap - siap." Perintah Jeonghan.

"B-baik oppa."

PartitureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang