46. Pulang

718 88 89
                                    

"Ada surat dari Pledis." Teriak Mingyu.

Mingyu mengambil surat yang ada di depan pintu dorm mereka. Semuanya berjalan mendekati Mingyu. Kecuali Jihoon dan Jira. Jira tidak ikutan karena dia merasa itu bukanlah urusannya. Sedangkan alasan Jihoon hanya ingin menemani Jira.

Beberapa lama mereka membaca surat itu. Tak lama mereka berteriak kegirangan. Jihoon dan Jira memandang mereka dengan tatapan bingung.

"Ada apa ?" Tanya Jihoon. 

"Kita dikasih libur, selama libur ujian ini. Dan ada tiket untuk kita pulang kampung juga." Kata Seungkwan.

Mereka semua memang sedang libur untuk ujian yang akan berlangsung seminggu lagi. Mereka kira agensi tidak akan memberikan waktu libur sehingga mereka tetap tinggal di dorm. Namun kabar baik datang setelah 2 hari libur berlalu. Bahkan dengan tiket yang sudah tersedia juga.

"Tidak biasanya pak kepala sebaik ini, apa karena kita sudah mau debut ya ?!" Ucap Seungkwan. 

Seungcheol melayangkan tatapan menyeramkan padanya. Cepat - cepat Seungkwan meralat ucapannya, "Atau mungkin karena kerja keras kita selama ini ??" Tawa Seungkwan terdengar garing.

"Kau ini bicara apa, atasan memang baik. Karena kita anak baru saja, dia jadi masih keras dengan kita." Bantu Joshua.

"Tiket ini pas ada 13. Bahkan ada tiket pesawat atas nama Shua hyung, Vernon, Jun hyung dan Minghao." Kata Mingyu setelah menghitung dan memeriksa tiket yang ada di dalam amplop itu.

"Kalau begitu Jira bagaimana ?" Pertanyaan Jihoon sukses membuat yang lain memandang Jira. 

"Kau ajak Jira saja ke rumah orang tuamu." Kata Seungcheol.

"Hyung gila. Bagaimana jika orang tuaku berpikir macam - macam !" Kesal Jihoon.

"Tinggal bilang kalau Jira itu calonmu. Itukan kebohongan yang ada sedikit kejujuran." Tambah Jeonghan. Jihoon tampak berpikir.

"Pakai dipikirin segala. Kau juga senangkan bisa membawa Jira bertemu orang tuamu. Sekalian saja bisa lamaran." Jihoon ingin sekali menjitak kepala Soonyoung. Tapi Jihoon menimbang - nimbang lagi pemikirannya. Mungkin karena selalu memukul kepala Soonyoung, pikiran Soonyoung jadi makin melantur. Jadi dia urungkan.

"Tumben sekali dia tidak marah." Bisik Soonyoung pada Wonwoo.

"Mungkin dia berpikir ada benarnya ucapanmu."

"Tumben kau membelaku." Pekik Soonyoung. Membuat Jihoon mengalihkan perhatian padanya. "Abaikan aku." Cepat elakkan Soonyoung.

"Kau sendiri bagaimana, Jira-ya ? Mau ikut Woozi atau mau ikut salah satu dari kami ?" Tanya Jeonghan.

"Aku terserah dengan kalian saja. Asal aku tidak merepotkan." Terima Jira. Dia ingin ikut Jihoon. Namun dia tau Jihoon anak tunggal di Keluarganya. Jika sampai membawa seorang perempuan, dia takut membuat orang tuanya terkejut. Sedangkan jika ke rumah Jeonghan, Mingyu, Seungkwan atau Vernon, bisa mencari alasan dengan menggunakan nama saudara perempuan mereka.

"Woozi tidak akan direpotkan olehmu. Dia juga senang jika pulang dengan membawa calon untuk orang tuanya."

Jihoon sudah tidak kuat. Dia berdiri dan mengejar Soonyoung yang sudah berlari. "Jangan kabur kau !"

"Mulai lagi." Gumam Joshua. Menghela nafas dengan kelakuan 2 orang yang seperti anjing dan kucing itu.

"Ayo noona jujur !! Noona mau pergi dengan Woozi hyung kan ?" Tebak Seungkwan. Pipi Jira bersemu.

"Sudah ketahuan jawabannya. Jira ikut dengan Woozi." Putuskan Seungcheol.

"Aku akan carikan tiket kereta menuju Busan." Kata Minghao.

PartitureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang