Sudah ke-3 harinya Jira melakukan kegiatan aransemen lagu ini. Sebenarnya lagu ini sudah selesai minggu kemarin. 2 hari setelah aransemen lagu dimulai. Tapi semakin lama Jira mengaransemen, Jira semakin merasa ada yang kurang jika hanya mengubah dibeberapa bagian. Jadinya dia berkata pada Jihoon jika dia belum selesai mengubah lagunya.
Sedangkan Jihoon tidak protes dengan itu. Dia juga sudah seminggu ini sibuk dengan pekerjaannya. Tapi yang membuat Jira kagum pada Jihoon adalah karena dia tidak pernah mengurangi ataupun menolak pekerjaan yang didapatnya.
Setelah 20 menit berada di depan komputer dan kurang dari 3 hari, Jira duduk di kursi itu. Akhirnya Jira memutuskan untuk mengakhiri aransemen ini. Cukup rumit mengaransemen tapi sangat menarik bagi Jira. Dia dapat melihat getaran - getaran suara yang tinggi maupun rendah. Dan setelah selesai rasanya sangat puas jika sesuai keinginan. Seperti berhasil menyelesaikan gambar.
Jira melepaskan headphone dan hendak memanggil Jihoon. Namun tindakannya tertahan karena melihat Jihoon yang tertidur di mejanya dengan banyak tumpukan kertas partiture.
"Pantas saja tidak ada suara gitar." Gumam Jira.
Dia menarik kursi untuk duduk di samping Jihoon. Menyingkirkan sedikit kertas agar Jira bisa menaruh tangannya sambil tiduran dan memandangi Jihoon yang tertidur.
Bagian bawah mata Jihoon sedikit bengkak dan bibirnya yang biasa merah sekarang kering. Sudah tidak Jira ketahui berapa kertas dan lagu yang Jihoon buat sampai pria itu harus mengurangi waktu tidurnya.
Bahkan tidak hanya Jihoon. Jira juga melihatnya hampir disemua pria pada dorm ini. Entah apa yang mereka kerjakan sampai mereka melupakan tidur mereka. Jira tidak ingin ikut campur tentang kehidupan mereka. Karena mereka juga tidak mengurusi kehidupannya, selain kedekatannya dengan Jihoon.
Jujur. Jira sangat nyaman berada di dekat Jihoon. Walau cuek dan terkesan tidak peduli, Jihoon selalu bisa menenangkan Jira dengan cara yang unik.
Jira tersenyum sambil menikmati wajah manis imut di depannya. Dengan hati - hati Jira mengusap rambut Jihoon. Tidak sampai menyentuh kulit kepalanya, hanya ujung rambut merah pria itu. Jira tidak memiliki keberanian sebesar itu untuk menyentuh Jihoon.
"Sudah puas melihat dan menyentuh rambutku ?" Mata Jihoon perlahan terbuka dan menatap lurus mata Jira yang sudah melebar dengan tangan yang kaku setelah berhasil dia turunkan.
"Aku hanya menutup mata sebentar dan ternyata kau nekat juga." Sunjingan senyum Jihoon lolos memerahkan wajah Jira.
"Apa saja yang kau pikirkan saat menyentuh ujung rambutku ?" Goda Jihoon.
Tidak kuat dengan berbagai godaan Jihoon, dengan cepat Jira mengalihkan pembicaraan. "Lagunya sudah selesai." Jira bangun dari kursi lalu pergi menuju depan komputer.
Jihoon terkekeh dan mengikuti Jira kehadapan komputer. Jira tau jika Jihoon akan duduk di kursi utamanya, sehingga gadis itu hanya berdiri dan melihat layar komputer.
Rasanya ingin sekali Jihoon menggoda Jira lagi. Tapi setelah di depan komputer secara otomatis fokus Jihoon lebih ke komputer.
Jira terselamatkan dengan Jihoon yang lebih memprioritaskan pekerjaannya. Untuk 3 menit Jira bisa menghembuskan nafas lega. Setidaknya 3 menit itu Jihoon bisa melupakan kenekatan Jira.
"Bagus !"
"Aransemennya cukup bagus untuk orang yang pertama kali menyusun lagu." Tambah Jihoon.
"Jeongmal ?"
Jihoon menggangguk. "Karena perkembanganmu cukup pesat minggu - minggu ini. Sepertinya aku akan memberimu hadiah."
Jira memiringkan kepalanya. "Kau serius ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Partiture
FanficSuatu hal yang tak ingin ku tau, tapi harus ku kuasai. Suatu hal yang tak ku suka, tapi terpaksa ku suka. Suatu hal yang mengubah kehidupanku dan suatu hal yang memaksaku untuk dekat dengannya. Lee Jihoon atau biasa dikenal Woozi. Pria yg ku tau han...