34. Aksi

709 108 27
                                    

"Woozi-ya, aku mau kau terus berada di dekat Jira saat ini. Aku dan yang lain akan menyelesaikan masalah ini saat istirahat." Kata Seungcheol.

"Aku memang akan terus di dekat Jira." Jawab Jihoon.

"Dan jangan ada yang naik ke atap saat istirahat. Kami akan memakainya untuk hari ini." Tambah Jeonghan.

"Sebenarnya apa yang akan kalian lakukan ?" Tanya Jihoon penasaran.

"Kau akan tau nanti."

Ketiga pria itu tersenyum mencurigakan.

☆☆☆

"Jira-ya, kau tidak lapar ?" Tanya Jihoon duduk di kursi depan Jira sambil memandangi Jira yang fokus menyalin catatan yang tertinggal saat dia tidak masuk kemarin.

"Belum. Kau lapar ?" Tanya Jira tidak mengalihkan pandangannya dari buku itu.

"Lapar."

Mendengar jawaban Jihoon, Jira langsung mengalihkan pandangannya dari buku - buku itu. "Kalau begitu kau makan saja."

"Temani aku." Pinta Jihoon.

"Aku masih menulis. Kau duluan saja."

"Kalau begitu aku akan terus menunggumu sampai kau selesai menulis." Kata Jihoon lagi.

Jira menyunjingkan senyumnya. Lalu menutup buku itu. Dia tidak tega jika harus membuat Jihoon menunggunya dengan perut lapar. Apalagi dengan ekspresi polos yang menggemaskan itu.

"Kenapa ditutup ?" Tanya Jihoon. Tapi ekspresinya terlihat senang. Menggemaskan.

"Tentu saja aku akan menemanimu makan." Jawab Jira.

"Katanya ingin menulis dulu."

"Aku tidak mungkin tega membuat seseorang yang kelaparan di depanku menunggu."

"Gomawo. Kajja !! Kita ke kantin." Ajak Jihoon bersemangat. Dia langsung berdiri dan menggenggam tangan Jira dengan erat.

Kedekatan dan keakraban mereka mendapat tatapan iri dari banyak orang. Terutama seseorang yang duduk di pojok kelas dekat tembok.

"Kau mau makan apa ?" Tanya Jihoon pada Jira sesampainya di kantin.

"Aku tidak lapar."

"Benar tidak mau ?" Ragu Jihoon. Jira hanya menjawabnya dengan anggukan.

"Kalau begitu kau duduklah dulu. Aku akan mangambil makan."

Jira mengikuti perkataan Jihoon dan duduk di salah satu meja panjang yang masih kosong. Namun tidak butuh waktu lama meja itu telah terisi dengan banyak orang.

"Hei !! Kau Jira kan yang sekarang dekat dengan Woozi ?" Seorang pria di hadapannya menegur Jira. Jira hanya membalas tatapannya tanpa menjawabnya.

"Ohh.. Jadi dia Jira. Woozi pintar juga mencari perempuan. Dia imut, cantik dan manis." Penilaian seorang pria lainnya membuat Jira merona.

"Apa kau tidak takut dengan Karin ?? Kalau dia tau kau dekat dengan Woozi, bisa - bisa kau menjadi objek bully mereka." Mereka laki - laki tapi suka membicarakan orang. Risih Jira.

"Bagaiaman jika denganku saja ? Aku yakin tidak akan ada yang mengganggumu."

"Dia tidak mungkin mau denganmu. Denganku saja. Kau mau kan ?"

PartitureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang