'Aku yakin kau tidak sama seperti appamu. Karena kau bukan appamu.'
Ahh.. sial. Rutuk Jira dalam hati.
Karena ucapan Jihoon dia sekarang tidak bisa fokus dengan apa yang dijelaskan pria itu dari tadi. Tapi dari awal dia memang tidak niat untuk mendengarkan penjelasan Jihoon.
Dia sibuk memandangi wajah Jihoon yang ternyata imut itu. Dia membenarkan perkataan teman - temannya tentang wajah Jihoon yang terlihat imut dan sangat muda. Kenapa aku baru menyadari itu ?!
"Nona Jira !" Panggil Jihoon dengan nada tegas yang berhasil menyadarkan Jira dari lamunannya.
"Tolong perhatikan apa yang saya jelaskan ! Bukan bengong dan melihat wajah saya." Tegas Jihoon.
"Tapi saya tidak suka musik." Balas Jira dengan nada malas.
"Lalu apa yang kau suka ?"
"Menggambar."
"Kalau begitu, ayo kita menggambar !" Ucap Jihoon berhasil membuat Jira tertegun.
"Kau tidak memaksaku untuk memperhatikanmu atau memainkan alat musik ?"
"Untuk apa aku memaksa orang yang tidak mau belajar. Itu sama saja menggunakan pulpen yang sudah habis. Tidak akan ada gunanya." Jawab Jihoon sambil menarik kursi untuk duduk dihadapan Jira.
"Tapi kau kan dibayar untuk mengajarkanku bermusik ?!" Jira tetap tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Sekarang aku tanya ?! Memangnya jika aku memaksamu belajar, kau akan mendengarkannya ??!" Jira diam dan menggeleng.
"Kalau begitu untuk apa aku susah - susah menjelaskannya padamu, jika kau sendiri tidak ada niatan belajar." Tambah Jihoon santai.
"Tapi nanti appa memecatmu."
Jihoon menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa kau khawatir soal itu ? Aku tidak masalah jika dipecat, kau sendiri juga akan senang bukan jika tidak belajar bermusik."
Jira kembali diam. Benar juga ! Jihoon bukan orang yang kesulitan mencari uang dan Jira juga tidak perlu susah - susah belajar musik. Lalu.. Apa yang dia khawatirkan ??
"Sekarang menggambarlah. Aku ingin melihatnya." Ucap Jihoon.
"Tidak jadi." Kata Jira membuat Jihoon menghela nafas.
"Kali ini kenapa ?"
"Aku tidak biasa menggambar dilihat seseorang."
"Baiklah. Bagaimana jika kita menggambar not balok saja ?" Tawar Jihoon. Seketika dia mendapat ide untuk melanjutkan belajar.
"Not balok ?"
"Nde. Kau tau berapa nada ?" Tanya Jihoon.
"Tidak ada. Aku tau gambar nada. Tapi aku tidak tau nada berapa itu." Jawab Jira.
Jihoon mendenguskan nafasnya pelan. Dia benar - benar harus memulainya dari awal.
"Kalau begitu mau ku beritahu nada apa saja yang ada pada musik ?" Tawar Jihoon. Jira kembali berwajah malas.
Jihoon memiliki ide agar dia bisa menarik perhatian Jira. "Kalau kau tau nada - nada itu, saat kau menggambar seseorang yang sedang bermain musik, kau bisa menggambar seperti lantunan musik hingga terlihat lebih baik. Gambarmu juga bisa jadi lebih bagus karena nadanya tidak asal - asalan."
Wajah Jira sedikit berpikir. Sepertinya Jihoon berhasil menarik keinginan Jira. "Baiklah. Aku ingin tau." Dan berhasil.
1 jam kemudian.
"Kenapa nada musik banyak sekali ?!" Gerutu Jira. Walau nada - nada itu hanya diulang, Jira tetap tidak mudah mengingatnya. Dia hanya mengingat kunci G yang memang selalu terlihat diberbagai gambar dan buku belajarnya.
"Nanti kau juga mengingatnya. Jika kau serius ingin belajar, ini tidaklah sulit. Bahkan ini hal paling dasar." Jelas Jihoon.
"Mungkin aku memang tidak berbakat."
"Mungkin." Secara tidak langsung Jihoon menyetujui ucapan Jira.
"Bakat orang memang berbeda - beda. Tapi bukan berarti kau tidak bisa."
Blush
☆☆☆
Pendek banget ya 😂
Mungkin di chapter selanjutnya bisa lebih panjangBtw.. reader lebih suka yang chapter yang panjang apa yang pendek ?? 😃
KAMU SEDANG MEMBACA
Partiture
FanfictionSuatu hal yang tak ingin ku tau, tapi harus ku kuasai. Suatu hal yang tak ku suka, tapi terpaksa ku suka. Suatu hal yang mengubah kehidupanku dan suatu hal yang memaksaku untuk dekat dengannya. Lee Jihoon atau biasa dikenal Woozi. Pria yg ku tau han...