32. Hari Pertama

797 96 76
                                    

Hari baru. Tempat tinggal baru. Suasana baru. Jira yang biasanya bangun ditemani suasana sepi. Sekarang dibangunkan dengan suara berisik para pria itu.

"Hyung !! Kau taruh di mana dasiku ?"

"Juni-ah.. Dasi kita tertukar."

"Hey !! Tidak ada yang membangunkan Dokyeom dan Woozi ??"

"Yang di dalam, cepat mandinya !!"

Dari dalam kamar, Jira bisa mendengar suara kegaduhan itu. Masih dengan setengah mengantuk, Jira melirik jam yang tergantung di tembok dengan pintu. Jam 5. Masih terlalu pagi untuk Jira bangun jam segitu. Biasanya dia akan bangun jam setengah 6 atau lebih.

Tukk.. Tukk.. Tukk..

"Ohh.. Noona sudah bangun." Mingyu masuk dengan rambut basah dan handuk yang melingkar di lehernya.

"Kalian sudah mau berangkat ?"

"Sedang bersiap. Sekarang kita lagi berganti kamar mandi." Jawab Mingyu.

Jira mengangguk - angguk. Lalu beranjak untuk keluar.

"Noona mau ke mana ?" Mingyu menghalangi jalan Jira untuk keluar.

"Aku mau keluar mengambil seragamku yang masih dijemur." Kata Jira polos.

"Ku peringatkan jangan." Jira memiringkan kepala bingung. "Di luar yang lain sedang ada yang berganti pakaian. Ada juga yang kadang keluar kamar mandi hanya dengan handuk tanpa berpakaian. Jadi ku peringatkan jangan keluar sekarang."

Mendengar Mingyu saja pipi Jira sudah semerah tomat. Jira kembali duduk di ranjang dan membatalkan niatnya keluar.

"Lalu kau sedang apa ?" Tanya Jira menghilangkan kecanggungam yang ada pada dirinya.

"Aku ingin mengambil seragamku yang tertinggal. Tenang saja ! Aku memakainya di luar." Kata Mingyu.

"Kami akan memberitahu jika keadaan sudah memungkinkan untuk noona keluar. Kalau mau tidur lagi silahkan saja. Maaf jika pagi - pagi sudah mengganggu." Mingyu menutup pintunya cepat.

Jira kembali tiduran di kasur itu. Menunggu informasi yang dimaksud Mingyu nanti.

Tidur malam dan bangun pagi. Apa mereka tidak kelelahan dan kekurangan tidur ? Jira khawatir dengan kesehatan mereka jika terus seperti ini. Apalagi kegiatan mereka tidak hanya sekolah. Tapi kegiatan luar yang menyita waktu istirahat. Ditambah sekarang mereka harus
mengkhawatirkan Jira juga.

Seketika Jira jadi merasa seperti anak manja. Hidupnya hanya kesepian. Tapi segala kebutuhan sudah terpenuhi dan tidak membuatnya kelelahan. Sedangkan mereka. Mereka bukan orang - orang dari kalangan menengah ke bawah. Mereka bahkan termasuk kalangan atas. Tapi mereka tetap bekerja keras dengan usaha sendiri.

Aku jadi malu dengan sikapku ini.

Selama Jira bergelut dengan pikirannya. Seseorang kembali mengetuk pintu kamar dan memunculkan Seungkwan di sana.

"Good morning noona."

"Morning."

"Noona sudah bisa keluar. Maaf ya kami jadi mengurung noona sebentar. Biasa. Kalau anak laki - laki selalu ganti baju sembarangan." Kata Seungkwan. Pria gempal itu pagi - pagi sudah membawa keceriaan bagi Jira.

"Gwaenchana."

Tidak seperti yang dibayangkan Jira. Dia pikir orang - orang sudah siap dengan seragam yang rapi. Ternyata baru memakai baju dan celananya saja.

"Pagi Jira."

"Pagi." Jira membalas salam paginya dengan senyuman cerah.

"Ini handuk bersih untukmu. Kau bisa pakai kamar mandi di sana." Kata Jeonghan.

PartitureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang