5 tahun kemudian.
"Jiyoon.. Ehh.. Maksudku Jira-ya."
Jira menyunjingkan senyumanya menanggapi temannya itu, Hwang Li. Yang sekarang merangkap menjadi managernya.
Maja. Sekarang Jira sudah menekuni profesinya sebagai penyanyi dan juga musisi. Setelah Jira lulus SMA, Jira menekatkan dirinya untuk masuk lebih dalam ke dunia musik.
"Besok pagi, kau akan ada pemotretan sebagai salah satu iklan ambassador." Hwang Li membacakan beberapa jadwalnya untuk besok di dalam mobil.
"Dan ada kabar baik dan mungkin kau sukai. Besok malam, kau akan bernyanyi di sebuah acara musik Champion Show. Di sana juga akan ada Seventeen yang menjadi salah satu nominasi karena album terbaru mereka. Ahh.. aku jadi tidak sabar bertemu grup biasku. Kau juga pasti semangatkan !! Secara sekarang kau sudah termasuk Carats." Kata Hwang Li. Jira tersenyum dan ikut bersemangat dengan informasi yang dikatakan Hwang Li.
Sudah 5 tahun sejak Jira dan Jihoon memutuskan untuk saling menjauh. Satu setengah tahun mereka masih bisa bersama dalam satu sekolah. Masih tetap berinteraksi seperti biasa. Namun setelah lulus, mereka berada di jalan masing - masing. Jira yang baru meniatkan karirnya setahun lalu, ternyata kalah cepat dengan Seventeen yang sudah mulai debut setelah beberapa hari mereka lulus. Sekarang adalah tahun ketiga mereka dengan album ketiga mereka yang baru dirilis. Jira sangat bangga dengan keberhasilan mereka.
Ternyata latihan, kegiatan dan kesibukan mereka bukan hanya pekerjaan biasa. Melainkan kegiatan training mereka untuk segera debut dan Jira tidak pernah menyangka dengan rencana itu.
Bahkan nama dan pembagian unit yang pernah dikatakan Jun juga untuk pengawalan debut mereka. Hingga sekarang mereka dikenal dengan sebutan Seventeen. Dan bukan anak - anak populer SMA lagi. Melainkan seorang idol yang dicintai banyak orang.
"Ne.. Aku juga bersemangat." Kata Jira memandang layar handphonenya yang terpampang foto Jihoon sebagai wallpapernya.
Aku rindu bertatap muka denganmu. Batin Jira.
☆☆☆
Sesampainya Jira di rumah, matanya langsung menatap seorang pria yang duduk di ruang tengah.
"Appa belum tidur ?" Tanya Jira. Namun dia lebih terkejut dengan sebuah benda yang ada dihadapan appanya.
"Itu bukannya ??!" Gumam Jira.
Appa Jira tersenyum melihat ekspresi terkejut yang ada diwajah anaknya. Jira merasa lega melihat appanya sudah bisa tersenyum sehangat itu akhir - akhir ini.
Pengobatan selama 5 tahun ini ternyata membuahkan hasil yang baik. Appa Jira sudah dinyatakan sembuh dari depresinya. Sekali lagi melakukan check up, maka pengobatan berjalan mereka selesai. Appa Jira sudah tidak akan mengalami kumat lagi. Dan Jira merasa senang dengan kabar baik itu. Pengorbanannya selama ini tidak sia - sia.
Jira memperhatikan benda - benda yang terletak di meja itu. Selama ini dia menyangka benda - benda ini sudah dimusnahkan appanya. Namun sekarang buku sketsanya ada di sini. Digenggamannya.
"Mianhaeyo, Jira-ya. Selama ini appa mengambil dan menyembunyikan buku - buku sketsamu." Ucap appanya.
"Appa tidak tau kenapa appa bisa melakukan ini. Appa selalu menyesal setelah melihat kau sedih saat tidak menemukan buku - buku itu. Tapi appa tidak pernah bisa mengembalikannya dulu. Mungkin karena depresi appa yang kumat lagi setelah melihat benda - benda yang eommamu sering pakai. Mianhaeyo."
Ucap appanya penuh penyesalan.
![](https://img.wattpad.com/cover/130077214-288-k910539.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Partiture
FanfictionSuatu hal yang tak ingin ku tau, tapi harus ku kuasai. Suatu hal yang tak ku suka, tapi terpaksa ku suka. Suatu hal yang mengubah kehidupanku dan suatu hal yang memaksaku untuk dekat dengannya. Lee Jihoon atau biasa dikenal Woozi. Pria yg ku tau han...