44. Ragu

686 94 529
                                    

Jira sudah berada di mobil bersama anak - anak dorm. Duduk diam dengan pikiran ke mana - mana. Perasaannya sedih dan juga resah.

Dia tidak pulang bersama Jihoon hari ini karena pria itu bilang akan pergi menemui seseorang. Dan Jira tau siapa yang akan Jihoon temui.

Seseorang berinisial Jiji.

Mengingat nama itu saja membuat dada Jira sesak. Berbagai pertanyaan memenuhi pikirannya jika mengingat Jihoon dan Jiji ini akan bertemu.

Apa hubungan mereka ?? Kenapa Jiji bilang dia sangat kacau kemarin ?? Apa Jihoon sudah melakukan sesuatu yang melewati batas dengan Jiji ?? Atau jangan - jangan itu mantan Jihoon.

Namun menurut informasi Hwang Li. Yang Jira tanyakan juga. Jihoon tidak pernah memiliki hubungan dengan seorang wanita satu pun. Kalau begitu siapa Jiji ini ??

Pikiran Jira tidak bisa teralihkan dari nama itu. Lalu pikiran liar tentang apa yang akan Jihoon lakukan dengan gadis itu pun terbayang.

Jihoon menggenggam tangan gadis itu. Menciumnya dan menenangkan gadis itu jika dia tidak akan sendirian. Jika Jihoon menganggap gadis itu penting, pasti Jihoon akan melakukan apapun untuk melindungi gadis itu.

Mengingat sikap Jihoon membuat dada Jira semakin sesak. Jihoon yang biasanya bersikap seperti itu padanya. Menyayangi Jira seakan Jira benda yang sangat mudah rusak. Memikirkan perlindungan Jihoon akan terbagi dua membuat Jira tidak rela.

Kalau Jira boleh egois. Jira tidak mau Jihoon dibagi dua. Namun satu pikirannya yang membuat dia tidak bisa meneruskan pikiran egois itu.

Dia bukan siapa - siapa Jihoon. Hanya seorang murid yang sekarang menjadi teman dekat dan tinggal serumah. Dia tidak bisa melarang Jihoon karena dia bukan siapa - siapa Jihoon.

"Jira !" Wonwoo mengguncang pundak Jira yang sedari tadi bengong.

Jira tersentak kaget. Pandangannya masih kosong setelah bengong selama perjalanan pulang.

"Kau sehat ?"

"Nde. Aku sangat sehat." Jira memaksakan senyumnya.

"Tapi dari tadi kau diam saja. Sampai tidak sadar jika kita sudah di dorm."

"Aku benar tidak apa - apa. Aku hanya memikirkan ujian yang sebentar lagi akan datang." Elak Jira.

"Ok." Wonwoo berlalu turun terlebih dahulu. Lalu diikuti Jira yang tinggal sendiri di mobil.

Jira memasuki dorm seakan tidak ada jiwa. Tidak ada semangat yang ditampilkannya seperti biasa. Mungkin karena semangatnya sedang bersama perempuan lain.

Jira menyunjingkan senyum miris. Miris dengan perasaan tak terbalasnya.

Dia kira perasaannya akan terbalas karena Jihoon juga merespon dengan baik. Tapi nyatanya tidak seperti itu. Selama ini Jira hanya salah paham. Namun masih ada sedikit harapan untuk Jira memiliki Jihoon.

Dan dari sedikit itu semoga bisa berkembang.

☆☆☆

"Soonyoung-ah, Jihoon belum pulang ?"

Jira menghampiri Soonyoung yang duduk sendirian dengan remote tv dan tv yang dari tadi dia ganti salurannya.

"Ya begitulah." Jawab Soonyoung malas. Jira kembali diam karena melihat Soonyoung yang bosan dengan ketidakadaan kegiatannya.

"Kau tau Woozi ke mana ?" Tanya Soonyoung balik. Jira menggeleng.

"Tidak biasanya dia lama pulang. Padahal bukan urusan agensi ataupun lagu." Kata Soonyoung.

PartitureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang