31. Tinggal

844 101 224
                                    

Jira membuka matanya dengan berat. Seluruh badannya terasa pegal. Jira menyentuh kompres yang ada di keningnya. Lalu menegakkan tubuh.

Dia masih mengumpulkan kesadarannya. Dilihatnya tempat dia tidur yang bukan kamarnya. Lalu kaos dengan celana pendek longgar yang dia pakai. Dan ketika kesadarannya sudah terkumpul. Jira baru merasakan tangannya dipegang seseorang.

"Jihoon.." Gumam Jira.

Jira bergerak melepaskan genggaman Jihoon. Namun tidak terlepas karena terlalu erat digenggam. Jira mengusap rambut Jihoon dan langsung terfokus pada suhu tubuh Jihoon. Jira menyingkirkan rambut yang menutupi Jihoon dan menyentuh dahi pria itu.

Aigoo.. Dia demam. Jira berusaha mengangkat Jihoon dengan tenaganya yang juga masih lemah. Namun Jira tidak kuat. Jira pun mencari akal agar Jihoon tidak tiduran dengan posisi duduk seperti itu.

Jira menjatuhkan selimut yang tadi dia pakai. Lalu turun ke bawah dan memposisikan Jihoon agar telentang di bawah. Setelah itu membungkus Jihoon dengan selimut dari kasur lain. Dengan beralaskan pada kaki Jira sebagai bantalannya, Jihoon tertidur dengan pulas. Tangan kanannya masih digenggam oleh Jihoon. Sedangkan tangan kirinya dia pakai untuk mengusap rambut Jihoon.

Kriukk..

Jira mulai merasakan lapar di perutnya. Dia baru ingat terakhir kali dia makan itu kemarin pagi dan sampai sekarang dia belum makan. Jira berusaha mencari makanan atau celiman di sekitarnya. Ternyata ada 2 mangkuk yang sudah berada di nakas. Jira membuka penutupnya dan menemukan bubur. Ada sebuah memo juga di sana.

Kami sedang sekolah. Jika kalian sudah bangun cepatlah makan bubur ini.

12 Boys

Senyuman muncul di wajah Jira. Setelah beberapa hari tidak tersenyum, Jira lega sekarang ada yang bisa dia senyumi.

Jira kembali berusaha melepaskan genggaman di tangan Jihoon. Tidak mungkin dia makan dengan 1 tangan.

Dan..

Lepas

Jihoon langsung bergerak menyamping dan kembali tidur. Jira senang melihat sisi imut lainnya di wajah Jihoon. Ingin rasanya Jira mengabdikan muka Jihoon yang tertidur ini dengan foto. Tapi sayang dia tidak punya handphone sekarang.

"Tidur yang nyenyak ya." Kata Jira mengusap pipi Jihoon. Lalu beralih mengambil semangkuk bubur.

Mungkin karena tubuhnya yang belum pulih betul. Bubur ini tidak terasa apa - apa. Tapi Jira bisa menghabiskannya tanpa rasa mual ataupun eneg.

Selesai memakan bubur itu. Jira kembali mengusap wajah Jihoon yang masih demam. Ini pasti karena aku kemarin. Kenapa kau nekat mencariku seperti ini ? Padahal aku tidak mau melihatmu sakit.

Sentuhan Jira ternyata mengusik Jihoon. Jihoon mulai membuka matanya perlahan. Menggerakan tangannya seakan mencari suatu. Lalu tiba - tiba Jihoon bangun dengan buru - buru.

"Jihoon-ah, kau kenapa ?" Ucapan Jira langsung mengalihkan perhatian Jihoon.

Tanpa berkata apa - apa, Jihoon langsung memeluk Jira dengan erat.

Deg deg deg deg deg

"Ji-jihoon.."

"Aku kira kau pergi lagi. Syukurlah kau masih di sini." Kata Jihoon.

Jira terdiam dan terpaku. Jantungnya berdetak lebih cepat berkali - kali lipat. Jihoon tidak pernah memeluknya seerat ini. Mengingat Jihoon tidak pernah bersentuhan pun Jira tidak ingat. Jihoon tidak pernah menyentuhnya selain berpegangan tangan.

PartitureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang