Mereka berdua keluar bersamaan. Jira menyapu pandangannya ke area parkir.
"Kenapa kau mengajakku ke Lotte World ?" Tanya Jira.
"Tadinya aku ingin mengajakmu ke Seoul Art Center, tapi tidak mungkin. Bisa - bisa kita menginap dan baru pulang besok." Kata Jihoon.
Jira tidak mau membayangkan jika mereka benar - benar menginap hanya bertiga dengan supir. Jantungnya bisa tidak karuan lagi.
"Kajja ! Di sini juga banyak unsur musik yang tidak kalah dengan Seoul Art Center." Jihoon menggenggam tangan Jira dan menariknya lembut.
Mungkin jantung Jira sudah harus bekerja ekstra mulai sekarang.
"Apa harus menggenggam tangan begini ?" Ragu Jira. Dia tidak bisa terus - terusan mengatur jantungnya.
"Biar tidak ada yang melirikmu." Balas Jihoon.
Jira memiringkan kepala. "Kau yang memberikan pakaian ini. Kau sendiri juga bilang tidak ada yang menarik dari tubuhku." Sindir Jira.
"Ok. Aku menarik kata - kataku. Aku sempat salah fokus dengan salah satu bagian tubuhmu. Jadi aku takut orang lain sama denganku." Pipi Jira merona. Tangan kirinya langsung dia gunakan untuk mengusap tengkuknya.
Bagian mana yang dimaksud Jihoon ??
"Lihatlah dirimu sekarang !" Jihoon menghentikan langkahnya di depan tembok kaca.
Jira langsung terpukau dengan perubahan dirinya. Dia sampai tidak percaya jika dihadapannya ini adalah dirinya.
"Ini seperti bukan diriku. Bagaimana jika aku menambah make up ya ?"
"Tidak perlu make up pun wajahmu sudah merona alami." Gumam Jihoon kembali menarik Jira.
"Sekarang kita ke mana ?" Tanya Jira.
"Ke sebuah restaurant." Jawab Jihoon.
Apa ini semacam lunch ? Pikir Jira.
Jihoon membawa Jira ke sebuah restaurant sederhana namun terlihat mewah. Jihoon terus menggenggam Jira sampai menuju ruangan yang tertutup. Selama perjalanan itu, orang - orang terus melihat ke arah mereka. Dan tak sengaja Jira mendengar jika ada yang mengetahui jika itu Jihoon.
"Jihoon-ssi, ada yang mengetahui identitasmu." Kata Jira setelah duduk di meja itu.
"Itu yang ku takutkan. Maka dari itu aku memesan ruangan ini." Kata Jihoon.
Di ruangan besar itu memang hanya ada mereka berdua. Suasananya juga cukup sunyi jika tidak diberi backsound instrumental piano.
Chakkaman ! Piano ?
"Backsound ini ?!"
"Maja. Restaurant ini memberikan backsound intrumental piano. Aku mengajakmu sekalian menambah mendengaranmu dengan musik klasik." Jelas Jihoon.
"Jadi ini sejenis refreshing sambil belajar ya ?"
Jihoon mengangguk. "Kau ingatkan aku harus tetap memberikan laporan untuk appamu."
"Nde. Nde. Selama perjalanan aku sibuk dengan pakaianku, sekarang aku lapar." Kata Jira.
"Pesan apapun yang kau suka. Hari ini aku traktir." Kata - kata Jihoon membuat Jira senang.
Jira memesan makanan yang belum pernah dia coba. Tapi dengan batasan normal. Dia hanya memesan sepiring main course dan segelas softdrink. Dan Jihoon hanya menyamakan pesanannya.
Mereka tak banyak bicara. Jihoon sibuk dengan hp-nya dan Jira sibuk memandangi desain interior restaurant itu yang menarik. Hingga makanan mereka sampai, mereka tetap tidak banyak bicara. Menyantap makanannya dengan tenang ditemani backsound piano yang menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partiture
FanficSuatu hal yang tak ingin ku tau, tapi harus ku kuasai. Suatu hal yang tak ku suka, tapi terpaksa ku suka. Suatu hal yang mengubah kehidupanku dan suatu hal yang memaksaku untuk dekat dengannya. Lee Jihoon atau biasa dikenal Woozi. Pria yg ku tau han...