Woozi POV
Bagian bahagia dalam hidupku sudah ku dapatkan. Terutama setelah aku berhasil mendapatkan Jira, kebahagiaanku semakin sempurna.
Aku menyayanginya lebih dari yang pernah ku bayangkan. Aku tidak pernah berpikir untuk mengikat hubungan dengan seseorang lebih serius dari ini. Dan ternyata mengikat Jira lebih dari yang aku bayangkan. Aku sungguh menyayanginya.
Sihir apa yang Jira berikan padaku sampai aku tidak bisa mengalihkan mataku sedikitpun darinya.
Tapi ada saat di mana kebahagiaan yang ku rasakan dengan Jira bisa memiliki rasa yang menjengkelkan.
Seperti saat ini..
"Menurutku itu tidak cocok."
"Tapi aku merasa ini sudah sesuai dengan lagunya." Kekehku.
Kami sedang berdebat dengan ritme lagu yang akan dinyanyikan Hoshi. Hanya karena irama yang berbeda sedikit, kami jadi sering berdebat. Tidak hanya sekali. Tapi sudah berkali - kali.
Aku dan Jira sudah sepakat untuk bekerja sama dalam producing. Banyak suka yang ku dapatkan. Salah satunya bisa bersama orang yang ku sayangi setiap hari. Tapi tidak menutup ada duka yang ku rasakan. Kami jadi sering berdebat dengan nada yang tidak selaras antara seleraku dengan seleranya.
"Hey kalian !! Aku merasa tidak ada yang berbeda dengan nada yang ku keluarkan." Pendapat Hoshi.
Menurutnya mungkin memenang tidak berbeda. Tapi bagi kami yang mengenal banyak nada, suaranya terdengar aneh dengan musik yang sudah direkam. Sama seperti saat dia melatih koreografi.
"Coba lakukan yang ku contohkan tadi !" Perintahku pada Hoshi.
"Jangan Hoshi-ya ! Aku merasa itu tidak akan terpengaruh. Kembali ke suara awalmu saja." Jira tetap pada pendiriannya dan itu membuat emosiku mulai memuncak.
"Jira-ya, suara Hoshi tadi terdengar sumbang."
"Tapi kalau memaksa dia untuk lebih tinggi, itu bisa saja membuat suaranya jadi sumbang saat dinada tingginya."
"Bagaimana kalau dicoba saja ? Kita coba versi Woozi dan versimu ?" Sarankan Hoshi.
Dia sendiri pasti sudah malas mendengar debatan kami. Aku pun juga tidak mau. Tapi kami memang hanya berdebat jika sudah melakukan rekaman.
"Sebentar Hoshi-ya ! Biarku tangani ini." Kataku. Terpaksa aku harus melakukan ini.
"Kau mau apa ??" Tanya Hoshi.
Ku abaikan pertanyaan Hoshi itu. Menyampingkan kursi yang ku duduki untuk menghadap Jira.
"Jira-ya, dekatkan wajahmu. Kita diskusikan sebentar." Kataku. Menutup kedua wajah kami dengan kertas lirik yang ku pegang.
Jira mengikuti perkataanku tanpa perlawanan. Wajahnya selalu terlihat keras saat beradu argumen denganku. Tapi kali ini aku tidak mau berdebat lama - lama. Karena aku yakin dengan tempo yang ku inginkan tadi.
Cup
Jira melebarkan matanya setelah aku mengecup bibirnya pelan. Ekspresinya sungguh lucu saat ini. Aku jadi ingin mengecupnya lagi. Tapi aku harus kembali bekerja sebelum efek itu menghilang.
Ku turunkan kertas yang menutupi wajah kami. Kembali ku berikan perhatian pada seseorang yang akan rekaman di dalam.
"Sekarang kau ikuti arahanku tadi !" Perintahku pada Hoshi langsung.
"Apa yang kau lakukan pada Jira ??" Wajah Hoshi terlihat bingung melihat Jira yang diam saja. Tubuhnya memang sudah kembali ke arah mesin rekaman. Tapi tatapannya kosong dan ling lung.
Aku hanya menyunjingkan senyum. "Sudah ikuti saja dulu. Kau ingin cepat selesaikan. Jadi ikuti saja sebelum kau mendengar debatan lagi."
Tidak mungkin aku menjelaskan jika aku mencium Jira untuk menang dalam debat. Lagipula hanya sekali ini aku menciumnya dari banyak debatan yang kami keluarkan.
Kenapa aku menciumnya ??
Ya.. Karena itu cara tercepat untuk membuat Jira hilang kesadaran. Kalau pegangan tangan tidak akan secepat ini. Hanya kali ini. Setelah itu aku tidak akan melakukannya lagi. Setidaknya selama pendapatnya masih bisa dipertimbangkan.
Kalau tidak..
Mungkin aku akan berpikir ulang untuk melakukannya lagi.
☆☆☆
Bonus versi Woozi nih..
Ottokae ?? Suka tidak walau pendek ??
Bagaimana kalau aku buat bonus versi Jira ??? Hmm.. mungkin aku akan membuatnya. Tapi baru besok bisa up-nya. Jadi di tunggu ya ^^
Selamat menunggu bonus besok..
Annyeong~
KAMU SEDANG MEMBACA
Partiture
FanfictionSuatu hal yang tak ingin ku tau, tapi harus ku kuasai. Suatu hal yang tak ku suka, tapi terpaksa ku suka. Suatu hal yang mengubah kehidupanku dan suatu hal yang memaksaku untuk dekat dengannya. Lee Jihoon atau biasa dikenal Woozi. Pria yg ku tau han...