Tidak disangka..
Di chapter sebelumnya sudah 10 vote 🎉🎉
Sesuai janjiku, aku mempublish cerita ini lebih cepat dari biasanya. Kamsahamnida.
And Happy reading !!!
☆☆☆
Tukk.. Tukk.. Tukk..
"Ada apa ya pak ?"
"Song Karin, Kang Sohji dan Eun Hyesi. Kalian bisa jelaskan ini ?" Kepala sekolah menyalakan rekaman suara yang ada di tangannya.
Semuanya sontak terkejut mendengar suara Hyesi di sana. Hyesi sendiri terkejut dengan suaranya yang ada di sana. Karin memandang temannya itu dengan tatapan membunuh.
"Aku tidak tau apa - apa." Takut Hyesi.
"Tidak tau apa ? Itu bukti bahwa kalian yang melakukan bully selama ini. Bukti kekerasan dan laporan dari beberapa siswa juga sudah ada di tangan saya." Kepala sekolah melempar tumpukan kertas laporan itu.
Karin mengepalkan tangannya kesal. Sedangkan kedua temannya hanya diam tidak berkutik apa - apa.
"Song Karin. Walaupun kau anak dari wakil kepala sekolah ini sekaligus sahabat saya. Tapi saya tidak bisa membiarkan kelakuanmu yang brutal ini. Kau bisa menurunkan reputasi sekolah ini. Dengan berat hati saya harus mengeluarkan anda dengan kedua teman anda ini." Tegas kepala sekolah.
☆☆☆
"Jihoon-ah.. Tidak bisakah kau lepaskan tanganmu ?!" Jira menundukan wajahnya selama berjalan di lorong.
Ya.. Jira sangat malu. Tapi dia menyukainya. Sayang pandangan orang - orang membuat Jira risih. Jihoon menggandeng tangannya tanpa ragu di kawasan sekolah membuat Jira malu.
"Wae ? Kau tidak suka ?"
"..." Pertanyaan menjebak. Tentu saja Jihoon tau jawabannya. Pertanyaan itu hanya jebakan agar Jira tidak bisa menjawab.
"Biarkan saja pandangan orang. Yang penting aku tidak terganggu."
"Kau tidak. Tapi aku iya. Seingatku kau pria yang pemalu. Kenapa sekarang kau jadi agak berubah ?"
Jihoon menghentikan langkahnya setelah sampai di tempat yang tidak pernah Jira lewati. Terlalu remang dan sepi. Seperti gudang. Tapi Jira tau jika itu adalah jalan menuju atap.
Tak lama Jihoon melepaskan genggamannya. Menghadap Jira. Menahan tengkuk Jira. Lalu..
"Aku memang pria pemalu. Tapi setelah kau masuk ke kehidupanku, secara perlahan kau mengubahku. Aku jadi ingin terus berada di dekatmu. Bahkan jika itu harus berpegangan tangan selamanya denganmu pun, aku tidak masalah."
Jihoon mendekatkan wajahnya pada Jira. Jira kembali menahan nafasnya. Mata mereka tetap saling menatap. Sampai tidak ada jarak yang memisahkan mereka dan hidung mereka menempel.
"Sekarang bernafaslah !"
Jira melebarkan mata dan mendorong Jihoon. Orang yang didorong hanya tertawa lepas.
"Kau mau membuatku mati ya !" Ucap Jira tanpa berpikir terlebih dahulu. Dia mengusap dadanya yang sudah berpacu seakan telah berlari 10 kilometer.
"Sudah lama aku tidak menggodamu." Jihoon mengusap air matanya karena tertawa. Jira jadi merasa kesal karena Jihoon kembali ke sifat jahilnya.
"Jangan marah ya ! Aku hanya bercanda." Jihoon mengusap rambut Jira sambil menatapnya dengan lembut.
Usaha Jira untuk marah dengan Jihoon jadi gagal. Tapi dia tidak mau semudah itu memaafkan Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partiture
FanfictionSuatu hal yang tak ingin ku tau, tapi harus ku kuasai. Suatu hal yang tak ku suka, tapi terpaksa ku suka. Suatu hal yang mengubah kehidupanku dan suatu hal yang memaksaku untuk dekat dengannya. Lee Jihoon atau biasa dikenal Woozi. Pria yg ku tau han...