20. Reaksi Keluarga

2.1K 171 10
                                    

Weekend romantis.

Weekend ini, untuk pertama kalinya aku berkunjung ke rumah Kak Afgan. Sebenarnya dia udah ngajak sejak lama, tapi Mamanya gak ada dirumah waktu itu. Daripada timbul gosip, lebih baik cari aman. Jalan ketempat rame.

Kak Afgan sopan banget. Dia selalu jaga jarak aman biar gak timbul godaan-godaan setan dan hal-hal yang memalukan. Emang kayak Jerry yang kalo ngigo meluk, takut naik speed boat meluk, kayak anak kecil deh -Im gak nyadari diri, padahal dia sering spontan meluk Jerry-. Apalagi kemarin, berani-beraninya dia beliin aku celana dalam. Mana kegedean pula!.

"Kayaknya Mama ada tamu" Kata kak Afgan membuka pintu.

Deh, aku kok deg-degan.

Dari cerita Kak Afgan. Mamanya itu Anggota DPRD Provinsi. Orang politik gitulah. Kalo dilihat dari facebooknya, gayanya nyentrik abis. Beda jauh sama anaknya yang kalem gini.

"Assalamualaikum" ucapnya memasuki rumah. Dia menatapku memberi kode agar aku mengikutinya.

"Waalaikum Salam" jawaban lebih dari satu orang di dalam.

Memasuki ruang tamu, ada mamanya Kak Afgan yang berkemeja putih dan rok denim line a. Dia mengenakan kalung yang sepertinya buatan lokal dari biji alam. Rambutnya sebahu dan sepertinya disasak dibagian atas agar terlihat mengembang. Selain dia, ada seorang wanita sebaya mirip Cut Mini, berambut sebahu dicat hitam manggis. Mungkin untuk menutupi ubannya. Wanita ini tak kalah modis dengannya. Mereka cocok jika berteman.

Sementara satu orang lagi, laki-laki mungkin sebaya Bang Bejo. Tiga puluh keatas usianya. Terlihat matang, khas wajahnya. Tapi, auranya dingin. Aku pernah melihatnya di TK ketika menjemput Lucca. Aku juga melihatnya di surat kabar, iklan dan beberapa Baliho. Kalau nggak salah, dia Bang Dee. Danish E. Yudanto yang pernah kubaca. Dia sedang menyalonkan diri untuk menjadi Gubernur Jambi.

"Gan, titipan Mama beli?" tanya Maminya menyambut anaknya.

Kak Afgan menyerahkan kotak lapis legit yang kami beli sebelum kemari. "Ma" dia memberi Kode.

Mamanya mengalihkan pandangan dari anaknya kepadaku. "Aaa, gebetannya anakku" dia tersenyum hingga matanya hilang.

Aku mendekatinya, menyalami dan menciumi tangannya dengan hormat. Lalu sekalian dengan tamunya yang diikuti oleh Kak Afgan.

"Kerja dimana?" tanya teman Mamanya. "Satu kerja dengan Afgan di kantor Gubernur?"

Aku menatap Kak Afgan. Kalo masalah pekerjaan, aku kalah deh.

"Dia kuliah, sambil kerja sebagai WO tante" jawab Kak Afgan

"Oo, jago ngerias?" tanya Mama Kak Afgan menatapku. "Pantasan ya modis"

"Cocok deh, anak mantu" Kata temannya melirik Mama Kak Afgan.

Mamanya tertawa. "Ayo, sini aja gabung. Siapa tau kalian bisa jadi tim suksesnya Bang Dee nii"

Aku melirik Bang Dee yang tersenyum. Dimana-mana lihat dia, selalu pake baju putih.

"Hmm, Afgan mau lihatin Im tanaman hias Papa, Ma"

"Oh, Yaudah. Hahaha" Mamanya melambaikan tangan kirinya mengisyaratkan kami untuk pergi. "Nyaman-nyaman ya dik?" katanya ketika aku meninggalkan mereka mengikuti Kak Afgan.

Yaelah, aku dipanggil dik.

"Kak, bang Dee udah fix mau nyalon jadi Gubernur?" tanyaku mengikutinya ke ruangan berdinding kaca dimana taman sampingnya terlihat jelas.

"Masih Balon Im, lagi nyari kawan"

"Kawan, maksudnya pasangan untuk wakilnya?" tanyaku duduk di ayunan teras samping.

Miss Raim : My Unfavorite Lecturer ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang