18. Intimidasi

2.1K 185 14
                                    

Kamis ke sekian kalinya.

"Lu ya, mentang-mentang udah ada gebetan, ulang tahun gue, lu gak ingat. Sedih gue Rai... Sedih. Malam tadi sama bang Bejo gue tungguin lu. Sampe Mie Ayamnya ngembang kayak lubang hidung Pak Yasir"

"Yah, maapin Dan. Aku lupa. Pake banget dah" aku membujuknya yang merajuk sampe ikatan rambutnya dilepas. Trus rambut kiwilnya di gerai serasa iklan sampo. "Udah, jangan ngambek. Ntar, didengar Pak Yasir loh kamu ngatain lubang hidungnya"

"Aku kok gak diajak?" Yara senewen "Jahat Dandii"

"Ya tau sendiri kenapa gak diajak Ra. Anak culun sepertimu mana boleh keluar malem-malem. Ogah gue disuruh kawinin elu, meski lu cantik juga gue masih punya impian lain, masa depan gue masih panjang. Gue gak mau nikah muda. Apalagi harus berenti kuliah demi kerja ngasih makan lu, biayain kuliah lu_"

Aku menutup mulutnya dengan makalah hingga ia berhenti bicara. Ini nih, kalo udah marah, kesal, mulai keluar betawinya. Udah kayak mak-mak protes sembako naik. "Ngomong apaan sih?!"

"Entah ni, siapa juga yang mau kawin sama kamu" Yara memukul bahunya.

"Bapak lu, dia ngomong gitu waktu gue anterin lu kemaren sore" katanya senewen.

"Itu paling becanda doang. Nih ya, Pak Erte aja pernah bilang ke mantan aku kalo dia berani macam-macam dia bakal celupin ke Sungai Batanghari. Lah, dia udah nyakitin hati aku, ketemunya mereka malah kayak bapak anak. Omongan bapak-bapak itu gak bisa di percaya"

"Punya mantan juga?" tanya Dandi sinis.

"Ya iyalah Pe-ak. Emang aku sejelek apa sampe gak punya mantan?"

"Cewek jutek gini ada juga mantannya" katanya menatap Yara remeh.

"Hooh, orang baik kayak koh Jerry aja di jutekin" Timpal Yara.

"Betul, nanti jutek jadi cinta tau rasa!" sumpah Dandi menudingku.

"Apaan sih" aku menepis telunjuknya. "Dah, yok aku traktir di kantin Peternakan aja" aku menarik Dandi untuk berdiri "Ayo Ra"

"Jangan di Peternakan lah. FKIP aja. Ceweknya ayu-ayu" dia memperbaiki kemejanya ketika berdiri.

"Terserah deh, ikat dulu rambutmu itu kalo gak mau cewek FKIP Illfeel" aku menggandeng Yara meninggalkannya.

"Woi, Im. Ini bukan traktiran sebenarnya ya?. Gua mau minta kue ulang tahun yang ada lilinnya angka dua dua" dia menyusulku.

"Kalian mau kemana?" Jerry menurunkan kaca mobilnya yang baru terparkir.

"Koh" Sapa Yara senang "Dandi ulang tahun, mau nraktir"

Dandi merapikan anak rambutnya yang gak masuk itungan ketika diikat. "Ayo Koh, ikut. Biar kami gak telat nanti"

"Nggak usah ajak Koh Jerry lah" bisikku pada Yara.

"Gak apa-apa. Nanti aku yang nombokin" bisik Yara "Ayo Koh, ke FKIP"

Dia keluar dari mobil. "Beneran boleh?"

"Boleeh. Uh, apalagi Rai pasti senang banget koh" kata Dandi antusias merangkulku. "Coba deh Rai, ajak Koh Jerry" dia mendorongku ke arah Jerry.

Anak Pe-ak!.

"Ayo Koh" ajakku melangkah dibelakang Yara dan Dandi. "Kan kalo telat, dosennya juga telat" kataku melihatnya yang menyeimbangkan langkah beriringan denganku.

"Gimana datenya malam tadi?" tanyanya.

Uh, aku lupa bahwa dia ada didapur nyuci piring ketika Kak Afgan datang.

"Seru" jawabku "Kami nonton Dilan, trus serasa kami yang balik ke SMA lagi" ceritaku.

Dia mengangguk. "Bahasa Inggrismu semakin bagus. Sudah ambil kamus di kosan?" tanyanya.

Deh, kenapa tiba-tiba dia canggung gini sih?.

"Gak, lagian ada dikasih kemarin sama Kak Afgan. Cambridge Dictionary"

"Kamus Bahasa Indonesia-Inggris dulu, kalo untuk pemula"

"Udah beli kok" malas banget mau ketergantungan dengan dia terus.

"Ih, ngomongin apa kalian?" Yara mundur kebelakang, berjalan diantara aku dan Jerry.

"Oii, orang sengaja jalan dua-dua biar jalan gak penuh sama kalian" Dandi menarikku kedepan. "Im, Jangan lupa Yak. Kue yang ada lilin dua duanya" katanya merangkulku.

"Kayak anak kecil tau gak pake lilin-lilin" aku melepaskan rangkulannya.

"Yaudah, biar aku aja yang buatin" celetuk Yara dibelakang.

"Eh, gak usah!!. Ntar bapak lu makin ngotot nyuruh gue kawinin lu!"

"Ih, apaan sih kiwil!!"

🍁🍁🍁

"Maaf pak, saya telat ngantar nama kelompoknya" kataku setelah menyerahkan kertas kepada dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia.

"Oh, gak apa-apa. Semester depan juga gak apa-apa Raim"

"Ahahaha, bapak becandanya gak lucu"

"Loh, siapa bilang saya bercanda?. Saya sedang menyindir kamu" dia menurunkan kacamatanya melihatku.

"Hehe, maap pak"

"Maaf, bukan maap" dia mengangkat bibir atas memperlihatkan gigi kelincinya untuk melafalkan huruf f. "Ini Map" ia mengangkat map biru kearahku. "Coba"

Ha?, dia nyuruh aku ngikutin dia?.

"Ma... Afff" aku ikut-ikutan dia melafalkan maaf dengan berlebihan.

"Nah, bagus"

"Kalau begitu, saya pamit dulu ya pak?. Assalamualaikum" langsung saja kutinggalkan dosen nyentrik dan aneh itu.

Bisa-bisa aku ketinggalan MK Bahasa Inggris gara-gara dia. Ini masih untung Jerry ngizinin bentar. Aku belari menuju seberang gedung dimana kelasku berada.

Lantai dua, aku gak boleh _

Akh!!

Apa ini?.

Aku merasakan kepalaku sakit karena benturan. Lalu, sesuatu meleleh dari rambutku. Perasaanku was-was. Ini telur?.

Siapa yang melempar telur ini?. Aku mendongak ke atas dimana balkon lantai dua berada. Tidak ada siapapun. Tapi siapa?. Kenapa aku?.

Aku_

Mau nangis 😫

Aku melihat ada kertas yang menempel di cangkang telur yang pecah itu.

"Jauhi Koh Jerry!"

Ini, perbuatan Fansnya Jerry!!.

Kenapa aku coba?. Aku udah gak niat mau dekatin dia lagi. Aku gak jahatin dia lagi. Aku.

"Im?!. Astaga, apa ini?. Siapa yang melakukan ini?" itu dia yang berlari dari lantai atas ke tempatku berdiri. Dia gak tau, ini semua karena dia.

"Jauhi aku" aku menepis tangannya yang membersihkan telur di rambutku.

"Heh, kamu fikir aku gak suka bau telur hingga harus menjauhi kamu?. Ini juga, kasih tau siapa yang melakukan ini?"

"Aku bilang jauhi aku" kataku menatapnya marah. "Bukan karena aku bau telur, bukan karena aku kotor. Tapi karena kamu harus jauhi aku!"

"Apa lagi ini hah?" dia memegang kedua tanganku "Menangis, sembarangan memutuskan sesuatu, seenaknya ngatur orang. Jangan selalu menutupi semua dan membuatku menebak Im!. Kasih tau siapa yang melakukan ini?"

"Fansmu" kataku memperlihatkan cangkang telur ditangan kananku. "Aku mau hidup normal kayak mahasiswa biasa. Tolong, jangan buat ini jadi sulit bagiku" aku melepaskan genggaman tangannya.

Bahkan, bersama sebagai teman saja, Dia gak rela.

🍁🍁🍁

Miss Raim : My Unfavorite Lecturer ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang