29. Dua Minggu

2K 155 13
                                    

"Dandii" aku menyambut Dandi yang rambut kiwilnya udah mulai keliatan panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dandii" aku menyambut Dandi yang rambut kiwilnya udah mulai keliatan panjang.

"Seneng banget lu, pagi ini" dia duduk disebelahku. "Ada apa?"

"Taraaa" aku memperlihatkan cincin di jari manisku "Udah tunangan 😝"

"Bagoos!"

Lah dia malah melotot, esmosi.

"Kenapa?"

"Lu tunangan gak ngundang gua lagi ya?!. Menurut lu apa gua selama ini?. Ya elah, gagal dapat makan gratis Rai"

"Yah, maap. Sebenarnya belum ketemu langsung sih acara tunangan sesama keluarga ngumpul gitu. Soalnya Mamanya Kak Afgan ke luar kota. Cuma, udah ngomong kok telponan sama keluarga, insyaallah, satu dua bulan ke depan lah. Hihihihi, gak sabar Dan"

"Hm" Dandi menatap lesu. "Lu masih tetap kuliah kan tapinya?, ntar lu di larang lagi Rai. Gua masih gak rela lu di monopoli orang. Ntar kalo ada job, lu gak pake gua lagi jadi tukang ojek"

"Dandiii"

Dia menatapku, "Gua sayang banget sama lu Rai, udah gua anggap kayak saudara sendiri. Rasanya kayak mau ngelepas saudara jadi TKI ke Arab Saudi denger lu mau nikah. Dia benar-benar laki yang baik kan?. Kalu dia semodel mesum kayak ozan, gua bonyokin wajahnya"

Aa, aku gak bisa nahan air mata untuk menangis. "Hahahaha, jangan buat bingung ah, mau nangis atau ketawa ini?"

"Lu, nangis mulu, sedih nangis, senang nangis. Ah!" dia mengusap air mataku pake kemeja.

"Tumben kemeja wangi"

Dia menyengir "Abis gajian, baju di laundry" jawabnya. "Oh iya Rai_"

"Yara" panggilku ketika melihatnya melintas. Dia berjalan begitu saja seolah dia gak mendengar aku memanggilnya. "Yar, gabung sini"

"Udah, orang budek jangan diajak ngomong. Ngabisin energi aja"

Aku menepuk lengan Dandi. Entah kenapa dia benci banget sama Yara. "Kalo kamu ketus, Yara gak bakal mau gabung lagi"

"Biarin, dia itu penghianat. Masih aja lu baik-baikin. Apa lu gak ingat dia yang nyikut lu sampe jatuh. Sekarang gua tanya lu baik-baik. Beneran lu gak ingat kejadian hari itu apa lu sengaja nutupin kesalahan dia?"

"Yara salah apa?, gak ada. Aku gak ngerti kenapa coba kamu nuduh dia yang buat aku jatuh"

"Aah!, nanti ada saatnya lu liat kedok busuknya. Jangan dekati dia lagi"

"Dan, bagaimanapun dia teman kit_"

"Rai, lu percaya gua kan?!" Dandi memotong pembicaraan dengan intonasi yang lebih tinggi. Dia benar-benar marah kalo kayak gini.

"Iyaa" aku menunduk. Mungkin seharusnya aku mengikuti perintah Dandi untuk menjauhi Yara. Lagi pula, bukankah itu Yara yang minta. It satu-satunya permintaan Yara yang bisa aku kabulkan. Selain itu, aku gak bisa jauhi Dandi untuk menyenangkan hatinya. Dandi satu-satunya penolong di kampus ini. Hanya dia.

Miss Raim : My Unfavorite Lecturer ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang