"Sudah 3 hari mendap dikamar terus. Ada apa?" tanya ibu. "Pak Erte ngajak ngomong kok gak di pedulikan?. Berantem?. Tumben"
"Bu"
"Kenapa?, gak ada teman curhat, karena berantemnya sama teman curhatnya sendiri?"
Aku menghela nafas.
Emang biasanya curhat sama dia.
Setelah kejadian itu dan apa yang telah dia lakukan ke Ibu dan Kak Afgan, bagaimana aku bisa memaafkannya begitu saja.
"Bu, bagaimana menurut ibu kalo Im gak menikah seumur hidup Im?"
"Jangan ngomong sembarangan ah!" ibu menepuk pahaku yang bersila di sampingnya. "Apa alasannya gak mau nikah?. Dosa tau!"
"Entahlah, Im ragu. Im takut. Sedang orang yang kita percaya bisa berkhianat, apalagi bukan"
Ibu mengangkat daguku dengan telunjuknya.
"Ada apa?"
Segarang-garang intonasinya, aku selalu tau dia peduli padaku. Aku menyandarkan kepalaku di bahunya.
"Bu, pertunangan Im dan Kak Afgan selesai" aku menatap cermin di depan kami, aku melihat reaksi wajah ibu yang terlihat lebih tegar mendengar ini.
"Kamu yang memutuskan?, dia?"
"Kenapa susah banget untuk hidup dengan orang yang kita suka. Banyak banget masalahnya. Salah Im apa bu?"
"Yang kita suka, belum tentu baik untuk kita. Kalau Allah sayang kamu, dia gak akan kasih sesuatu yang gak baik untuk kamu"
"Kak Afgan itu baik sama Im bu" yah, nangis lagi "Dia baik selama ini. Dia jagain Im, dia nolong Im. Im udah nyaman sama dia, im udah cocok. Tapi..."
"Dia memutuskan?" tanya ibu "Atau bapakmu?"
Ibu
Pantulan wajahnya di cermin seolah tak puas ku pandang untuk memastikan reaksinya.
"Bu" apa dia_
Dia tersenyum, tapi matanya berkilau. "Lihat, meski kamu bertengkar dengannya, kamu masih mau menjaganya"
"Ibu tau?"
Ibu tersenyum, tapi bulir air matanya jatuh. "Kami sudah hidup lama, bagaimana mungkin tidak tau"
Aku memeluknya. Aku fikir sebuah pelukan bisa menegarkan hati kami. Meski kekecewaan pada seseorang yang selama ini kami percaya tak semudah itu hilang dengan sebuah pelukan seperti ini.
"Ibu gak marah?"
"Istri mana yang gak marah ketika di hianati suaminya?. Ibu marah, kecewa, sama seperti kamu. Tapi ibu gak bisa apa-apa. Ibu gak bisa marah dengan bapakmu. Bahkan ibu gak bisa mengatakan bahwa ibu tau semua rahasianya. Kamu tau apa yang ibu fikir saat itu?"
Aku melepas pelukanku, menatapnya.
"Ibu takut mengatakannya akan melukai hati bapakmu"
"Bu, seharusnya ibu tanya ke bapak kenapa dia melakukan ini?, seharusnya minta dia menjelaskan apa yang terjadi. Apa yang dilakukannya itu jahat menyembunyikan semua dari kita bu"
"Bebannya karena masalah ini pasti lebih berat Nak. Dia menyembunyikan masalah ini dari kita karena dia gak mau kita kecewa padanya. Apapun yang terjadi di masa lalu, ibu sudah lama memaafkan bapakmu"
"Sudah lama?, ibu sudah lama tau masalah ini dan menyimpannya?"
"Hamil kamu 6 bulan, ibu mengikutinya ke Rumah sakit, mendonorkan darah untuk Afgan"
![](https://img.wattpad.com/cover/134422283-288-k546715.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Raim : My Unfavorite Lecturer ✔️
RastgeleSecond story Miss Raim and Her Brondong. Mencintai dan membenci secara bersamaan itu menyakitkan. Terlebih bila harus menahan cemburu.