47. Meninggalkanmu?

3.1K 226 16
                                    

Benar ya, menghindari Jerry itu gak mudah. Batre hape sampe habis dayanya gara-gara di telpon mulu. Ada apa sih?. Apalagi yang mau di omongkan?. Minta aku jadi patung dia di perusahaan?.  Biar!, biar dia rasa bagaimana pengen ngomong tapi gak di peduliin.

“Assalamualaikum” lah, pintunya gak kekunci?.

“Waalaikum salam” jawab orang di ruang tamu.

“Im, Pesenanku bawa gak?. Kamu kalo gak bawa oleh-oleh keterlaluan”

“Ada ni” Aku mengantar ke meja tamu dimana sepasang suami istri itu duduk.

“Aaah, lempok durian” Ce Ayin bersemangat sekali membukan bungkus lempok itu . “Ini yang beli, kamu apa papa?”

“Im dong”

“Duduk di mobil capek juga” Papa yang baru masuk duduk di ruang tamu “Papa ada bawa durian tu, banyak di kasih teman papa”

“Im?” Kepala Jerry nongol di pintu kamar.

“Lah, sejak kapan kamu ada dirumah Je?” Tanya Ce Ayin

Ah, malas deh peduliin dia. Aku akan mengabaikan dia sampe dia kesal pokoknya. Aku menyadari dia setengah berlari ke arah kami, lalu memelukku.

A..ada apa?. Kenapa tiba-tiba_.

“Jerry, aku gak bisa napas”

“Jangan kayak gini lagi, pliss” bisiknya.

Aku mendorongnya untuk melepaskanku dari dekapan eratnya. Malu tau dilihat orang, apalagi Xander baru aja masuk bawa durian bersama pak Japri..

“Alaah, istrinya baru juga pergi seharian ke luar kota dia sok drama gini” Ledek Ce Ayin.

“Ikut aku” katanya menarikku memasuki kamar, menguncinya.

Lah, dia ini kenapa coba?. Mukanya kusut gitu, dia minum?. Tapi gak bau alkohol kok. Kemeja lengan panjangnya tergulung gak beraturan, kusut. Begitu juga rambutnya yang mulai memanjang setengah dahi.

Krikk banget dah.

Apaan dia ini menatapku dengan mimik seperti itu?. Dia ini lagi kesambet apa?.

“Aah, aku capek. Mau mandi” Aku meletak tasku, lalu memasuki kamar mandi, menguncinya dari dalam. Kalau kalau dia itu ternyata bukan Jerry. Habis mengerikan sih. Tiba-tiba meluk erat kayak gitu. Jangan gini lagi?, emang aku ada berbuat salah apa?. Satu-satunya orang yang punya salah itu dia.

Sehabis mandi, aku melihat dia yang duduk di tepi kasur menatap karpet sambil menggeggam kedua tangannya. Mau di tanya dia kenapa, malas banget. Untuk apa peduli, dia aja gak peduli sama aku kemarin. Dari dulu, selalu aku yang mulai duluan. Nanya impian masa depannya, ngode minta dilamar, ngajak nikah, dia bahkan gak punya kepedulian yang sama besar denganku.

Baru akan membuka lemari pakaian, aku kaget -lagi- ketika tiba-tiba ia memelukku dari belakang. Dia ini kenapa?. “Jerry, aku kaget tau?” aku berusaha melepaskan kedua tangannya di perutku, tapi dia malah mengeratkannya. Meletak dagunya di bahuku dan berbisik sesuatu.

“Aku minta maaf sayang, dari lubuk hati paling dalam, aku menyesal”

Eh?, minta maaf?.

“Aku sadar aku sudah keterlaluan. Tapi, jangan pernah berfikir untuk meninggalkanku seperti ini. Aku khawatir, aku takut, aku bahkan gak bisa bernafas dengan normal_”

“Meninggalkanmu?”

“Surat itu, aku baca”

Surat?, ah bodoh kau Im!!, kau pasti lupa mengambil surat itu lagi subuh tadi. Jadi, ini gara-gara surat itu makanya dia begini?.

Miss Raim : My Unfavorite Lecturer ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang