"Sudah keren belum?" tanyaku memperlihatkan penampilanku dengan kaos persatuan alumni dan celana denim yang bawahnya kulipat diatas mata kaki.
Dia yang berbaring di kasur bertopang kepala dengan lengan kirinya cuma senyum-senyum.
"Ambilkan kacamata dulu"
Aku memberikan kacamata yang sebenarnya berjarak satu meter dari dia berbaring.
"Gimana?"
Dia tersenyum lagi setelah memasang kacamatanya "Ada yang gak cocok"
"Apa?"
"Bajunya, ganti deh"
"Ih, gak bisa lah. Kan bajunya yang penting. Gimana sih?" tolakku sewot "Dari tadi bully terus" aku memperbaiki jilbabku di cermin meja rias.
"Siapa yang bully. Gak ada"
"Auk ah" capek berdebat sama dia. Akhir-akhir ini bawaannya ngeselin. Datang telat, kunci rumah gak di titip, aku berjam-jam nunggu didepan rumah. Untung ada Kak Afgan.
Tiap hari gak sempat terus ngantar. Padahal, entah apa urusannya dengan Pak Johanes. Untung ada Kak Afgan yang sedia antar jemput.
Kalo lagi dirumah gak nanya-nanya. Udah gak ada dirumah baru aneh-aneh kelakuannya. Nanyain sabun cuci piring lah, cara colok setrika lah, ampere meter mati lah, minta nomor hp Pakde tukang lah. Padahal urusan pakde tukang itu gak ada sangkut pautnya sama aku.
"Itu kayaknya Kak Afgan datang deh. Ayo, antarin keluar"
"Ah, malas banget. Mager ni mager" dia melepas kacamatanya.
"Ii, kan tamu. Ngomong apa kek, titip aku apa gitu"
"Oh, iya, titip roti"
"Bukan titip itu!" aku menghentakkan kaki geram. Udah habis kesabaran punya laki gini. Gak ada carenya juga. Semua yang jaman pacaran itu ternyata hanya kedok!.
"Hihihihi, dia tensin. Udah sana, nanti telat"
"Suami gak peka banget deh. Antarin kek, apa. Aku pengen juga tau ngenalin kamu ke temen sekolah. Aku bahkan lebih rela kamu cemburu dari pada cuek kayak gini"
"Wkwkwk, aku kan udah bilang sayang, aku gak bisa cemburu. Lagipula_"
"Ngeles aja mulu" potongku "Jangan aja nyesal nanti kalo aku kecantol brondong lebih keren dari kamu disana"
"Wihiw, kalo dapat kenalin ya?"
Pe-ak!
Aku meninggalkannya keluar. Diluar Kak Afgan memang sudah berdiri didepan pintu.
"Lah kenapa mukanya kusut gitu?"
"Gak ada, yuk berangkat"
"Raim, ada apa?. Jangan bawa masalah sampe ke sekolah. Nanti gak enak sendiri"
"Gedek sama Jerry"
"Lah, tuntasin dulu, jangan ditinggal pergi gini"
"Dia sendiri kok nyuruh Im cepat pergi" aku mengusap mataku yang mulai berkaca-kaca.
"Apa gara-gara kakak?"
"Bukan, aku malah lebih senang kalo dia beneran cemburu sama kakak. Auk ah!. Ayo berangkat"
"Yakin?"
"Iya ayoo"
🍁🍁🍁
"Im, sini ikut kakak" dia menarik tanganku menjauh dari acara Reuni yang baru dibuka.
"Kenapa kak?"
"Orang pada senang-senang tapi wajahmu bermuram durja gitu" dia menyuruhku duduk di bangku depan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Raim : My Unfavorite Lecturer ✔️
De TodoSecond story Miss Raim and Her Brondong. Mencintai dan membenci secara bersamaan itu menyakitkan. Terlebih bila harus menahan cemburu.