25. Kembali

2.1K 166 15
                                    

"Im senang"

Kak Afgan yang mengupas kulit jeruk menatapku "Kenapa?"

"Im mungkin gak mimisan lagi kalo nangis. Kan udah sekalian di obatin sama dokter. Hahaaha"

Dia tersenyum "Aamiin. semoga makin sehat ya Im" ucapnya menyerahkan jeruk kepadaku.

"Kak, Im cantik gak berhijab gini?" tanyaku sambil memperbaiki jilbab berwarna biru di kepalaku. Ini jilbab perdanaku.

"Cantiknya berkali lipat pake hijab" dia memujiku sambil menundukkan pandangannya. Ih, apaan dia ini. Hahhaha

"Iyalah, kan kalo buka jilbab jelek. Botak"

Dia tertawa "Mau ada rambut atau gak sama aja Im. Itu gak merubah pribadi kamu. Tapi, dengan menutup aurat seperti ini, kamu terlihat punya nilai lebih"

"Lebihnya gimana?"

"Ya" dia tersenyum sipu. "Nilai lebih untuk segera di halalkan"

Hahahahah "Kakak kok bisa gombal?"

"Duh, Ketawanya besar banget. Gak sakit kepalanya apa?"

Aku memegang kepalaku yang masih ada perban di balik jilbabku. "Sakit sih, tapi nahan ketawa untuk apa?. Rasanya sudah lama Im gak pernah tertawa. Hihihihi"

"Im.. Im" dia geleng kepala "Kakak senang kamu sudah bisa seperti ini. Cepat pulih"

"Harus kak, Im harus cepat sehat biar bisa kuliah. Kalo ngulang tahun depan makin lama Im lulus. Makin lama di halalinnya" aku cekikikan. Geli deh, ngomong gitu sama kak Afgan. Biasanya dulu-dulu sok kalem gitu.

"Gak perlu nunggu selesai kuliah. Kakak tinggal nunggu mama pulang dari Malaysia untuk ngomongin ini"

"Mudah-mudahan boleh Ya Allah"

"Aamiin. Jadi Im harus cepat sembuh. Obatnya diminum terus dan harus sabar beberapa waktu ini harus pake tongkat dulu"

"Siap Bos!"

"Hahaha, ini manggil bos minta digaji?"

"Maunya, makanan rumah sakit gak enak kak. Kalo Bang Bejo kesini suruh bawa Mie Ayam kak. Im benar-benar gak selera makan di sini. Tawar semua rasanya"

"Hayo, saya dengar loh kamu bilang apa"

Set dah, pak dokter ngagetin aja. Dokter yang mukanya imut-imut janggutan tipis ini adalah salah satu dokter yang ngobatin aku. Namanya Dokter Didi Nico Nugraha. Sebenarnya, sebelum ini pernah ketemu kalo ke rumah sakit nemenin Pak Erte. Biasa-biasa aja sih kalo ketemu dia. Sekarang rasanya pengen ngilang ke antah berantah kalo ingat dia udah lihat apa yang seharusnya aku tutupi. Nih ya, masih untung aku gak sadarin diri waktu pertama kecelakaan. Kalo nggak, saat ini aku bakal lari jauhin dia karena malu. Dia pasti udah lihat polos-polosnya aku kan?. Uh, seharusnya yang kunikahi itu dia. Dan perawat laki-laki disini juga?.

"Gimana, ada keluhan Raima?"

Aku menggeleng. Satu-satunya keluhanku adalah itu.

"Dia mau makan Mie Ayam Dok" cerita Kak Afgan manahan tawa.

"Untuk sementara waktu, makanlah makanan yang memiliki asupan gizi tinggi. Selama koma beberapa hari kamu gak makan sama sekali. Lebih baiknya, istirahat dulu makan Mie Ayam. Mau sembuh kan?"

Aku mengangguk.

"Dok, kapan saya bisa pulang?"

Dokter Didi mengangkat kedua alisnya "Gak betah disini?, padahal ditemenin kekasihmu loh?. Saya lihat juga temanmu ganti-gantian kemari"

Miss Raim : My Unfavorite Lecturer ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang