"Pak Erte gak marah kan, Im jalan dengan Kak Afgan?"
"Ya nggak lah nak, itu kan dulu, udah lama banget. Bapak juga ngelarang karena jaga kamu biar fokus sekolah aja. Sekarang, saatnya membuka hati lagi"
Aku tertawa "Makasih Pak Erte" aku memeluknya.
"Sama-sama Nak Erte. Sudah ditungguin Afgan sana".
Aku mengangguk, kami keruang tamu dimana ada Kak Afgan sedang berbincang dengan ibu.
"Mau kemana kalian?" tanya ibu.
"Nepatin Janji lama bu" Kata Kak Afgan berdiri.
"Yok, berangkat sekarang" aku menyalami Ibu dan Pak Erte. Diikuti olehnya.
"Gak apa-apa pake motor ya Raim. Biar serasa kayak SMA dulu" dia memberikan helm keladaku.
"Ini motor kakak yang lama kan?"
Dia mengangguk.
"Apa kita perlu pake seragam SMA lagi biar dapet momennya?"
"Yah, seragam SMA kakak udah gak muat lagi. Kalo dipake kancingnya bisa lepas-lepas" dia tertawa sembari menghidupkan sepeda motornya. "Kakak udah gendut"
"Bukan gendut, kelebihan massa otot itu" Alumni IPDN kan tubuhnya kekar-kekar. Itu dibalik baju pasti ada daging kotak-kotak enam biji di perutnya.
"Ke Gramed dulu ya?, lama juga kakak gak kesana"
"Im juga gak pernah kesana sejak SMA kak"
"Loh, kenapa?"
"Taunya pergi sama kakak doang. Teman-teman kan gak ada yang doyan baca buku"
"Berarti kita sama-sama perdana lagi sejak SMA ya Im?"
"Kakak, setelah kejadian itu -kejadian disuruh jauhin Im- gak pernah ke sana?"
"Ya, seperti itulah Im. Sebulan setelah kita beli buku untuk Papa, papa meninggal. Makanya kakak gak ke Gramed lagi karena yang mesan buku gak ada lagi"
"Innalillahi wainna ilaihi rojiun, turut berduka kak. Im sering lihat kakak murung disekolah. Im kira gara-gara pak Erte"
Duh, kayaknya gak perlu ngomong sedih gini deh.
"Heheh, sekarang gak apa-apa lagi. Kan udah dibolehin"
Aku mengangguk.
"Oh iya, tahun ini tahunnya reuni akbar SMA kita Im. Beberapa bulan lagi lah. Mau jadi panitia alumni gak?"
"Hmm, mau sih. Tapi sibuk gak?. Kalo jam kerja Im sering kelabakan bagi kerja"
"Paling kalo udah mau dekat hari H. Cuma koordinir alumni kamu dan jadi penghubung ke panitia utama"
"Kakak gimana?" woh, yang jelas dia ikut lah. Kan dia mantan ketua osis dua periode.
"Kakak diminta jadi panitia utama. Makanya kakak ajak Im. Kangen gak sih pengen nginjak sekolah lagi, pake seragam putih abu-abu. Ngintipin orang ditembak pake bunga tai ayam"
Uh, itu kan aku!.
"Kakak kok ingat yang itu?" aku maluu.
"Ahhaha, kalo urusan adek kelas selama kakak di SMA ingatnya salah satu pasti itu. Gosip yang kamu pacaran sama Anjas sampe di jomblangi guru itu kan viral banget"
"Ih, iyaaa. Untung ada kakak nolongin" Hihihihi, Kak Afgan super hero banget dulu.
"Dan untuk pertama kalinya selama sekolah, selama satu minggu di Cie cie in sama guru. Kita pernah di soraki satu kelas kan?, ahhaha lucu banget kalo ingat itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Raim : My Unfavorite Lecturer ✔️
DiversosSecond story Miss Raim and Her Brondong. Mencintai dan membenci secara bersamaan itu menyakitkan. Terlebih bila harus menahan cemburu.