41. Bujukan

1.7K 148 9
                                    


"Aku gak akan pulang karena dia yang menyuruhku pulang. Lagi pula dia tau bahwa rumah ini termasuk aset perusahaan. Aku punya hak untuk tetap tinggal atau gak disini"

Aku menatap Ce Ayin yang duduk di meja makan bersilang kaki kayak artis. Deh, wajar deh kalo Jerry gedek sama kakaknya kayak gini. Ce Ayin lebih-lebih menjengkelkan dari pada Kak Rahima. Sejak Jerry pergi beberapa jam lalu, kerjanya nyeloteh dan ngeluh yang objek sasarannya adalah aku.

"Rumah ini lumayan juga. Adikku memang patut diandalkan soal mendesain rumah. hanya saja, sayang sekali kau yang harus turun tangan dalam tata letak barang di rumah ini. Ah, Apakah kau yang belanja properti ini?. Warnanya gak kontras banget. Seharusnya kau pilih sesuatu yang lebih minimalis atau setidaknya pilihlah warna yang senada dengan warna cat rumah"

"Itu Sofa kado pernikahan dari Mahasiswanya Koh Jerry Ce"

Dia melirik ke arahku "Kado siapa?"

"Mahasiswa yang di ajar Jerry"

"Sampai segitunya?"

Aku berdiri di meja dekat Ce Ayin duduk "Cece tau?, Di kampus Koh Jerry itu idola. Dari dosen sampe mahasiswa. Dia di sayangi semua orang disana. Sebagian orang menganggap dia kayak Oppa-Oppa Korea. Sebagian lagi menganggapnya kayak saudara karena dia humble banget sama orang"

Ce Ayin tertawa sombong "Aku tau adikku seperti itu, hanya saja dia kurang beruntung menikah dengan orang yang gak sepadan dengannya"

Uh, sabar Im. Sabar!!

"Cece pasti sayang banget sama dia" Tersenyum "Setiap kakak pasti ingin yang terbaik untuk adiknya. Im coba mengerti kenapa Ce Ayin sampai kemari memaksanya ke Medan untuk mengurus perusahaan. Cece ingin hidupnya lebih baik lagi daripada menjadi Dosen kontrak di Universitas Negeri"

Ce Ayin Bersilang lengan menatapku yang menurutnya kali ini berani berbicara seperti ini didepannya, entahlah.

"Tapi ada sesuatu hal yang harus Cece tau, dan menurut Im ini Cece abaikan. Maaf jika Im lancang. Im gak masalah sengaja atau nggak Ce Ayin menyakiti hati Im. Im sangat sadar siapa Im yang gak ada bandingannya dengan Linda. Tapi Jerry, Dia terluka Ce. Berhentilah menyalahi dia atas tragedi yang menimpa mama. Itu bukan sepenuhnya salah dia. Im gak pernah lihat dia sefrustasi itu ketika mengingat mama dan tuduhan Cece itu menyakitinya. Menyakitinya selama ini. Dia trauma dengan laut, dia menangis seperti anak kecil mengingat mamanya dan menyalahi dirinya karena telah membunuh mamanya. Cece tau ini?. Dia menghindari kalian karena takut kalian menyalahkannya terus menerus atas kepergian mama, dia bahkan merasa dia gak pantas ada di keluarga kalian setelah kejadian itu. Tolong, berhentilah menyalahi dia atas kejadian itu"

"Ku beri tahu, dia itu mama kami, bukan mamamu" Ce Ayin berdiri mengadah, menahan agar air matanya tidak jatuh.

"Ya, mama kalian" Ah, tawaku terdengar terpaksa hingga air mataku menetes.

"Kalau menurutmu hubungan kami berarti, bujuklah dia untuk pulang walau sebentar saja. Aku akan memperbaiki semuanya"

Pulang?.

Ke Medan?

Lalu aku bagaimana?

🍁🍁🍁

"Aaa, suami ku yang tampan, baik hati dan suka menabung sudah pulang" aku menyambutnya yang baru memarkirkan sepeda motor di pekarangan rumah.

"Hedeh, lebay!"

"Biarin" Aku menyambut ranselnya. Lalu menuntunnya memasuki rumah.

"Woi woi, suami pulang tu di cium dulu kek apa, ini main tarik tarik aja kayak kambing"

Miss Raim : My Unfavorite Lecturer ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang