Sehabis matakuliah terakhir hari kamis, aku gak langsung pulang. Ada suatu tempat yang udah jarang aku datangi lagi. Kamar Jerry.
Satu-satu anak yang ku kenal udah gak disini lagi. Satu-satunya harapanku sudah gak ada disini lagi -pegang dada-.
Aku kesini untuk mengambil beberapa baju yang tertinggal. Di lemari, aku temukan cincin bermata hijau yang belum aku kembalikan ke dosen itu.
Semua kenangan di kamar ini seolah debu yang ditiup angin. Ingin di ulang, tapi udah gak bisa lagi. Jahat bila kita berusaha merebut milik orang lain.
"Sepertinya aku kenal cincin itu"
Aku menoleh ke arah suara yang berasal dari belakang. Seseorang berdiri dengan celana dasar, kemeja dan rambut lurus yang tergerai.
Dia... Linda kan?.
"Sepertinya kita pernah kenal sebelumnya kan?" dia tersenyum ramah. "Boleh aku duduk?" tanyanya.
Aku mengangguk. Kenapa juga dia harus minta izin. Toh ini kamar suaminya.
Dia duduk di karpet bulu panda besebrangan meja denganku. "Kamu tinggal disini?"
Aku menggeleng. "Tuannya sudah datang"
"Gak apa-apa. Jerry kan udah tinggal ditempat lain juga. Baguslah, aku dari awal gak setuju dia tinggal disini"
Entah mengapa nyaliku ciut begini didepannya. Apakah karena kalah kharisma?.
"Maaf, kamu kesini?"
"Ah, aku fikir dia disini, dia gak ada dirumah soalnya. Aku rencananya mau ngasih kejutan, ulang tahunnya. Aku udah datang jauh dari medan dia malah gak bisa dihubungi"
Aku mengangguk lagi. Wajar mereka bersama. Pasangan itu harus tau hari ulang tahun masing-masing.
Aku melihat jam tanganku "Siang tadi dia ngajar. Mungkin sedang ada rapat di kampus"
"Kamu, sudah berapa tahun berteman dengan Jeje?"
"Hampir 2 tahun" jawabku tersenyum. Semoga ini gak terlihat palsu. "Ah, aku harus pulang. Tunggu saja disini, dan coba terus hubungi dia"
"Anu" dia memanggilku hingga aku berhenti melangkah. "Itu cincinnya Jerry kan?. Setauku itu cincin Mamanya"
Aku melihat cincin ditanganku yang masih ku pegang. Aku mengangguk "Dia menjatuhkan ini di Pulau Berhala"
"Pulau? Berhala di Medan?" tanyanya tak percaya "Dia bahkan takut melihat laut"
Aku tersenyum.
"Boleh aku memintanya?. Maksudnya biar aku saja yang menyerahkan cincin itu padanya. Cincin itu bersejarah banget bagi dia"
"Ah, tentu saja" aku menyerahkan cincin itu kepadanya. "Terimakasih"
"Sama-sama" ucapnya mengenalan cincin itu "Oh iya, namamu siapa?"
"Raima Salim"
"Raima, ayo ikut aku kasih kejutan ke Jeje"
Aku menggeleng sambil tersenyum agar tidak menyakitinya. "Terimakasih, tapi aku sibuk" kataku sebelum meninggalkannya.
Bahkan gak ada kerja pun aku gak akan mau.
Aku gak mau jadi pecundang seperti ini.
🍁🍁🍁
Jumat pagi di Kampus.
"Kenapa rame-rame Ra?" tanyaku yang baru saja datang bareng Dandi.
"Koh Jerry"
Ah, tentang dia. Malas banget.
"Apa masalah helm kemaren ya?. Udah kamu balikan kan Rai?"
"Udah"
"Dia gak marah?"
"Gatau, wong helmnya aku letak di motornya. Dianya gak ada. Ya kalo ngambilnya diam-diam, kembaliinnya gitu juga"
"Hedeh, sudah kuduga kalian ternyata pelakunya" Yara bersungut "Lihat nih!, ada yang nebar foto Koh Jerry bugil"
Bugil?.
Apa maksudnya foto separuh badan yang terhalang meja. Dan keliatan CDnya dikit?.
"Wih, gilak!. Putih banget badannya. Sama gua tai cicak nih!" Dandi saking terpesonanya gak sadar kalo yang dilihat dia itu cowok, bukan cewek. "Sesuai dugaanku selama ini, tubuhnya body fit gini. Gilaa"
"Mana liat" aku benjinjit untuk bisa melihat dari belakang Dandi.
"Gak boleh, bukan muhrim woii... Aku gak rela gadis innocent sepertimu lihat ginian"
"Liat aja kenapa sih?" aku menarik hape Yara untuk memastikan.
Astagfirullah -tumben ngucap-
Ini benar foto yang aku ambil di ruang ketua prodi itu!. Siapa yang nyebarin ini??. Aku kan gak gabung di grup fans Jerry manapun.
"Koh Jerry udah lihat?" tanyaku.
"Udah lah kayaknya. Dari malam kemarin juga heboh di grup" jawab Yara bernada kesal.
"Trus apa reaksi anak-anak?"
"Marah lah. Masa ada yang berani ngambil fotonya dia lagi bugil. Itu fans udah gila banget tau. Gak adil banget. Meskipun fotonya bagi bersama. Fans gak terima. Kami lagi nyari tau siapa yang nyebarin foto ini"
Duh, siapa yang ngambil foto itu di hapeku diam-diam?.
"Dia dimana sekarang?"
"Siapa?, Koh Jerry?" tanya Yura "Di Ekonomi mungkin. Sebagian anak-anak kesana"
Maksudnya kesaba mau ngehibur dia?.
Sudahlah, gak jadi.
"Masuk yok" aku menarik ransel Dandi beserta tuannya ke kelas.
"Hei, kamu pasti senang unfavorite lecturer-mu kena skandal kan?" bisik Dandi.
"Biasa aja sih. Aku gak ngurus lagi"
"Gak ngurus tapi nanya gimana perasaannya"
"Apaan sih?!"
Ck!, siapa yang menebar foto itu?. Bisa-bisa aku kena masalah di kampus.
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Raim : My Unfavorite Lecturer ✔️
RandomSecond story Miss Raim and Her Brondong. Mencintai dan membenci secara bersamaan itu menyakitkan. Terlebih bila harus menahan cemburu.