Rabu setelah Mid Semester.
"Koh Jerry gak masuk hari ini" pemberitahuan dari ketua kelas siang itu cukup mengejutkan.
Apa ada sangkut pautnya dengan masalah kemarin?. Apa dia masuk rumah sakit karena pukulan Kak Afgan. Kak Afgan itu didikannya semi militer loh, tubuhnya kuat. Pasti sakit banget kan?. Kalo dia sampe gegar otak gimana?.
Kasian kak Afgan.
Masa depannya pasti suram kalo di tuntut sama Jerry yang gak profesional itu.
"Oi, Im"
"Ya?" aku mengadah menatap Ria yang berdiri di depanku. Ria, si cukring, salah satu geng ulat nangka.
"Makalah sudah siap belum?. Cuma kelompok kita aja yang belom ngumpul karena pas mid kan kamu gak hadir" dia menarik kursi, duduk didekatku.
"Udah" ku mengeluarkan makalah dalam tasku. Lalu memberikannya pada Ria.
"Ayuk, antar ke Fakultas Ekonomi" ajaknya.
Hah? Ke Ekonomi?. "Harus ya?" aku menatap Ria yang kalo ngomong gak ada basa basinya. "Kalian aja deh. Kan makalahnya udah aku juga yang buat" tolakku.
"Ihs, Kamu kan minggu lalu Mid susulan diruang dia. Kami mana tau ruangannya dimana. Lagian ya, kabarnya cewek ekonomi itu ganas. Apalagi kalo tujuan kita kesana urusannya sama Koh Jerry"
"Gak apa-apa kok" toh yang ganas itu bukan mereka. Tapi Jerrynya. Gak bisa dipercaya, bisa-bisanya dia lupa aku di ruangannya dan dikunciin dari luar.
"Ayolah, kalo telat nanti gak dapat nilai loh" dia berdiri menarikku antusias. "Ayo, Cin" ajaknya pada dua temannya trio ulat nangka.
Aki berdiri, mau gak mau sih. Sebenarnya apa sih mau mereka ke Ekonomi sampe harus berempat. Padahal cuma ngantarin makalah doang.
Pertanian ke Ekonomi gak begitu jauh. Jalan kaki berapa menit juga sampai. Jalan aja di bawah pohon tepi jalan, gak perlu panas-panasan. Lewat BAAKSI, nyebrang trus sampe.
"Aku baru pertama sih ke Ekonomi. Cowoknya keren-keren ya cin. Dibanding dengan cowok di Pertanian, jauh" Si Semok mulai deh tebar pesona.
"Kak Im!" Teriak Subro dibawah pohon. Posisi yang sama minggu kemarin. Kali ini tidak ada Niko dan anak-anak yang mengurus pendaftaran wisuda.
"Kamu ada kenalan ya disini?, adikmu?" tanya si semok.
Aku mendekati Subro dan beberapa temannya -salah satunya ada temannya yang dulu pernah duet nyanyi lagu malam pertama-.
"Mau ketemu Koh Jerry lagi?"
Aku mengangguk, "Ngantar Makalah" jawabku.
"Ciee, mau ngantar makalah apa alasan mau ketemu Kokoh?" ledeknya.
Ih, apaan coba?. Ini kalo gak karena geng ulat nangka aku gak mau. "Apaan ih. Udah, aku antar ini ya?"
"Hm, beberapa hari ini Koh Jerry gak masuk kak" Subro berdiri "Tapi gak apa sih titip aja diatas mejanya"
"Emang Koh Jerry kemana?" tanya Ria pada Subro.
"Gak tau, mungkin pulang ke Medan"
"Oh, Jadi Koh Jerry itu asli Medan?" tanya si Rambut ikal geng ulat nangka.
"Udah ah, yuk antar makalahnya" aku perlu mengingatkan tujuan utama mereka disini.
"Kamu ajalah Im. Koh jerry gak ada juga. Kami tunggu disini" kata si semok.
Sudah kuduga.
"Ayo aku temenin Kak" Ajak Subro menyusulku ke gedung dosen. "Kak, temen sekelas kakak kok manggil nama aja. Gak sopan banget"
"Baguslah, biar aku gak kelihatan tua banget"
"Hahaha, kakak kayak gini seolah kita memang sebaya loh" dia tertawa memasuki ruang dosen.
"Lah, ke kunci ruangannya" aku melihat pintu itu digembok dari luar.
"Hmm, antar aja makalahnya ke rumah kak. Daripada gak ada nilai tugasnya telat ngumpul"
"Rumah?"
"Iya, daripada gak dapat nilai. Itu tugas sebelum mid kan?"
Aku mengangguk. "Kan gak ada urusan tugas kuliah harus diantar ke rumah"
"Biasanya sih kalo urusan tugas mendadak bisa ngantar ke rumah. Antarin aja kak"
"Gak tau rumahnya"
"Hah?" biasa aja kali si Subro matanya di gede-gedein.
"Ya kan kamu tau kami gak ada hubungan apa-apa lagi"
"Kok kalian kayak anak abege pacaran. Udah putus jadi gak saling mengenal. Ck!" Subro memegang dagunya, berfikir.
Apaan Abege?
"Yaudah, aku kasih alamatnya. Sekalian lihat rumah barunya Koh Jerry"
Oh, maksudnya tempat tinggal barunya?. "Tapi kan katanya dia ke Medan"
"Udah pulang kayaknya. Tapi, coba tanya deh" dia menatap hapenya. 1
Ogah banget mau nanya. Aku Menggeleng "Antar kalo dia udah ada di kampus aja"
"Baru pulang dia nih dari Medan" Subro memperlihatkan pesan WA darinya. "Aku bilang ya, kakak mau nganterin makalah?"
"Ah, gak usah. Belom tau juga siapa yang ngantar. Mungkin Ria aja yang pergi"
"Hmm, oke"
🍁🍁🍁
Gak tau deh apa maunya geng ulat nangka. Masa nganterin Makalah kerumah Jerry harus aku?. Bukannya biasanya mereka mau cari muka dengan Jerry?.
"Rumah baru warna putih hitam. Pagarnya belom siap"
Ini persis yang dikasih tau Subro. Pagarnya sebagian sudah siap, tapi bagian gerbangnya masih di kerjain tukang. Ketika tukang itu masuk, aku mendekati pagar, agak mengintip kedalam.
Ada Jerry yang keluar dari rumah berbicara dengan tukang yang nyemen pagar tadi.
Jadi beneran dia buat rumah baru?. Ih, ngapain coba mau tinggal di Jambi. Padahal perusahaan kelapa sawitnya di Medan ada. Kenapa gak balik aja sih?. Emang Linda mau tinggal di Jambi?. Jadi istri dosen yang gajinya gak seberapa dibanding gaji kalo Jerry jadi menuruskan bisnis papanya.
"Bapak mau titip apa nih?" dia bertanya kepada tukang tadi.
"Gak usah Jer, bentar lagi juga pulang. Makanya mau cepat di selesaikan kerjaannya" suara si bapak, medok banget jawanya.
Dia mau keluar, sebaiknya aku batalin deh ngantar makalah. Suruh anak lain aja. Gak keren kalo aku ketahuan ngepoin dia. Apalagi ngantarin Makalah sampe sesore ini.
Aku mundur beberapa langkah sebelum_
Akhh!
Sakit 😫.
Siapa sih yang ngeletak bak adukan semen. 😱 Adukan SEMEN?!. Yang aku duduki ini adukan SEMEN!!.
"Im?"
😲
Itu suara Jerry kan?. Kalo dia liat aku begini pasti dikira aku stalking dia. Huhuhu, Pak Erte. Malu banget.
Aku mendongak, benar deh itu dia dan tukang tadi yang natapin aku kaget.
"Hehehe" mudah-mudahan dia gak tau ini tawanya maksa banget. "Ngantar Makalah Koh" aku mengangkat makalah yang terkena percikan semen.
Kalo harus memutuskan urat malu, akan aku lakukan saat ini juga.
"Hahahaha, tak kira siapa teriak tadi mbak, kenapa bisa jatoh di bak semen?" tanya tukang itu masih juga tertawa.
Ini juga, Jerry gak kasian apa liat aku terduduk di bak semen gini. Bukannya bantu berdiri dia malah tertawa.
Uh, jangan nangis Im!.
🍁🍁🍁

KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Raim : My Unfavorite Lecturer ✔️
De TodoSecond story Miss Raim and Her Brondong. Mencintai dan membenci secara bersamaan itu menyakitkan. Terlebih bila harus menahan cemburu.