Rabu
"Waktu terus berjalan, hidup harus tetap berlanjut. Kamu sudah habiskan satu tahun lebih menyiksa diri dengan mencintai dan menunggu orang yang salah. Itu masalalu. Masa depanmu, milik kamu. Tentukan sendiri. Jangan kubur kenangan tentang dia, jangan disimpan rapat. Karena sebenarnya itu yang membuatmu susah. Itu yang akan membuatmu susah melupakannya. Biarkan saja, Hidup lah seperti biasa seolah dia bukan apa-apa. Mulailah buka hati untuk seseorang yang pantas untuk di cintai. Jika beruntung, kamu akan melihat karma buruk yang terjadi padanya"
"Tertanda, Mario Kwat"
"Pe-Ak, bapak dibilang Mario Kwat!"
"Hihihihi, becanda Pak Erte. Udah, Im telat ni. Assalamualaikum" aku berlari ke gedung C dimana kelas MK PIE berada.
Mata Kuliah PIE lagi?. Ya.
Dia bilang professional kan?. Maka aku akan seperti itu. Dia kira dia bisa meruntuhkan semangatku untuk kuliah?. Meski kusuruh dia berhenti untuk menjauhiku dan mengajar di Pertanian. Dia malah semakin banyak ambil peran. Selain MK PIE, dia juga mengajar MK. Bahasa Inggris. Mau gak mau, suka gak suka aku harus bertemu dengannya seminggu dua kali.
Ok Im. Anggap saja ini cara Allah memperlihatkan karmanya pada dosen Pe-Ak itu.
"Assalamualaikum" aku berdiri diambang pintu kelas. Semua mata menatapku, termasuk dia.
Dia membetulkan kacamatanya, lalu mengalihkan perhatiannya dari absen kepadaku. Berlipat dada, dia tersenyum.
Hh, Dia fikir aku akan terpesona lagi dengan senyuman itu?.
Kalian pernah dengar pembalasan Mantan?. Seperti meme 'Mantan, maafkan aku yang dulu' yang pernah kalian lihat?.
Ya!, aku sedang lakukan itu.
"Saya kesulitan mencari kelas ini" alasanku.
"Oke, silahkan duduk" dia bersikap sok ramah padaku. "Oh, karena ini baru, hari pertama. Sebaiknya perkenalkan diri dulu"
Maksudnya aku memperkenalkan diri?.
Oke
"Saya Raima Salim, gak pintar amat. Tapi satu-satunya kebodohan yang saya lakukan adalah dengan menghabiskan 2 semester untuk matakuliah yang dosennya membosankan. Yah semoga kali ini gak bosan-bosan amat lah saya disini"
"Whoaaa, frontal"
"Kakak senior kita nih"
"Becandanya kok nyelekit ya?"
Aku menatap dosen itu "Sudah?"
Dia berusaha menahan tawa, Lucunya dimana Pe-Ak?. "Hahaha, saya memang membosankan kadang-kadang. Terimakasih Raima Salim untuk kritikannya"
"Kayaknya Koh Jerry gak gitu-gitu amat deh" cewek berambut sebahu ala korea-koreaan itu sok imut banget.
"Sebagai senior, dia tau banyak tentang saya" sok natap aku pake tatapan wajah damai. Pe-ak banget lu!.
Aku langsung duduk di bangku belakang tanpa disuruh. Wajarlah tau banget, sampe ke bulu keteknya juga aku tau kalii.
"Bulu ketek siapa?"
Set dah!, anak Pe-Ak berambut ala Andika Kangen Band jaman old ngagetin banget. Itu kenapa juga bisa denger aku ngomong dalam hati.
"Kepo banget lu!" aku melengos menatap cewek yang berdiri memperkenalkan diri.
"Kak Senior mohon bantuannya ya?" bisiknya pelan.
"Ogah!"
"Kak senior bagi nomor WA. Biar lebih akrab dan mudah kasih kabar" aku melirik dosen itu yang ternyata lihatin kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Raim : My Unfavorite Lecturer ✔️
RastgeleSecond story Miss Raim and Her Brondong. Mencintai dan membenci secara bersamaan itu menyakitkan. Terlebih bila harus menahan cemburu.