44. Merajuk

1.8K 174 3
                                    

Suasana Hening sejak aku bertemu dengannya hingga kini. Xander adalah sejenis orang yang pendiam dan menyimpan masalahnya rapat-rapat, menurutku. Hampir sama dengan Jerry, hanya saja Jerry pandai menutupi sifat sebenarnya.

"Mau mampir dulu sebelum pulang?"tanyaku.

Dia diam, tidak memberi jawaban.

"Im mau kemana lagi?" Tanya Pak Japri.

"Nggak ada sih pak. Gak tau apa-apa di sini. Pulang aja deh"

"Kiri Om"

Hah?"

"Berhenti disini, ketepi" perintah Xander hingga Pak Japri menurut. "Bapak pulang aja dulu, Nanti Aku pulang naik taksi.

"Eng, saya juga Pak" Aku antusias hingga Xander menatap risih padaku.

"Pulang aja deh"

"Yah, sesekali ikut Xan, mumpung lagi di luar"

"Aish!, terserah" katanya keluar dari mobil.

"Im pulang sama Xander?"

"Iya Pak, Kasih tau Usu ya?"

Pak Japri mengangguk sebelum aku keluar dari mobil. Aku mengikuti si anak berseragam kayak seragam sekolah jepang itu menyusuri tepi jalan. Hingga memasuki sebuah gerbang berwarna merah bertuliskan Taman Kebun Bunga dan ada tulisan cinanya.

Wah, benar deh, didalamnya itu banyak tanamannya, ada kolam yang di tumbuhi teratai. Gak nyangka gerbang yang ku kira gerbang lorong ini ada taman di dalamnya. Sepi sih, mungkin karena saat ini matahari sedang terik-teriknya. Aku mengikuti Xander yang duduk di bawah bangku yang ada payungnya. Tepat didepan sebuah gedung, entah gedung apa. Bangunannya ke cina-cinaan gitu bercat putih. Kayaknya bangunan lama deh.

"Eh, iya gimana?" tanyaku.

Dia yang baru mengeluaran hapenya menatapku "Apa?"

"Ya tentang kamu yang di bertengkar di sekolah"

"Sudah tau kan?, gak perlu cerita lagi deh"

Uh, jutek banget. "Mungkin aku perlu mendengar dari ke dua sisi yang berbeda biar gak salah menjudge orang. Terlebih itu keponakanku sendiri".

"Gak butuh pembelaan"

"Aku emang gak mau bela sih. Orang tua anak itu kayaknya orang penting di kota ini. Kalau aku bela, bisa-bisa aku bermasalah dan gak bisa pulang ke Jambi lagi. Hahaha"

"Garing"

Hee, Pe-Ak. Di hibur malah di katain garing.

Pesan masuk dari Kak Afgan. "Bapak cerita pagi tadi, Kamu benar gak apa-apa selain kangen sama Bapak Ibu?"

Ah, bagaimanapun aku berbohong mereka akan tau juga kan?.

"Gak apa-apa kak. Im belum terbiasa aja di tempat orang"

Gimana nasib rumah tanggaku. Kalo kayak gini terus fix deh aku gak bisa tahan.

"Kenapa?" tanya Xander

"Hah?"

"Mata"

Pati dia sadar mataku masih bengkak karena nangis malam tadi.

"Kepo!"

Idih dia malah senyum-senyum nahan ketawa. Aku ngelucu nggak.

"Kalau ada masalah, emang baiknya menyendiri gini ya, menurutmu?" tanyaku.

Dia mengangguk "Rumah adalah tempat terbosan, tapi sekolah lebih membosankan"

"Sama" timpalku "Apa kamu korban Bully di sekolah?"

Miss Raim : My Unfavorite Lecturer ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang