Kamis pagi, Kebun Percobaan Fakultas.
Kalo gak karena ada praktek budidaya perkebunan, aku gak bakalntau kalo Fakultas Pertanian punya lahan percobaan seluas ini. Tempatnya terisolir banget. Tapi sejauh mata memandang dimana-mana ada berbagai jenis tanaman uji coba yang di praktekkan mahasiswa. Ada cabe, jagung, padi, kedelai. Nah, kalo mahasiswa yang belom dapat kiriman boleh ni manen disini untuk makan. Lah, tu si Dandi udah manen diam-diam.
"Hoi, belom waktunya panen. Tau kakak kelas cabenya kamu panen, tamat riwayatmu"
"Alaa, anggap aja serangan hama"
"Hama Babi?"
"Eh, mulutmu ku sumpalin cabe ya?. Lah padek pulak mencarut!"
Aku ngikik mendengar dia berlogat Jambi.
"Ayoo, prakteknya di sana, yang banyak pohon sawitnya" aku menariknya ke ujung jalan aspal. Jalan yang kami lewati merupakan setapak yang di bagian kirinya turunan curam. Lahannya baru dibuka dan banyak tunggul kayu mati. "Itu mereka" aku menunjuk teman sekelas yang sedang foto-foto. Sebagian lagi ada di ujung jalan bersama dosen yang sudah berada do sana lebih dulu.
"Rai, sadar gak kalo sekarang udah adem ayem?" tanya Dandi.
"Iya, mungkin ada yang madamin apinya"
"Apa mungkin adik kelas itu?. Mereka bilang akan menjelaskan apa?. Gak ngerti deh"
"Aku juga gak ngerti. Sampe sekarang aku juga mikir apa yang mereka katakan" aku melihat Yara yang sedang Selfie sendiri. "Ra, sini aku fotoin"
Yara menghampiri kami. Menyerahkan hapenya padaku. "Background yang ada pendoponya ya Im" dia pasang gaya.
"Lagi gak?"
"Sini kamu lagi, abis itu kita berdua" dia mengambil hape itu lalu bergantian memotoku. "Lihat keren kan?" tunjuknya menyerahkan hapenya padaku. "Dan, fotoin kami"
"Uu,ogah. Aku mau ngambil buah cacao dulu. Kalian mau gak?"
"Dan!, jangan kebiasaan maling ih!" Yara menghampiri dandi yang udah nyari buah cacao yang pohonnya rindang.
"Ra fotonya aku kirim ya?"
"Iya" jawabnya masih berantem dengan Dandi.
Aku memilih dua fotoku lalu mengirimnya ke pesan WA. Fotoku keren juga ya di profil WA kalo liat dari sisi orang lain. Aku membuka profilku. Ada media dimana Foto-foto yang ku kirim tadi terpajang di sana. Termasuk juga foto chat aku dan Yara.
Ini, foto Jerry yang itu?. Kok ada disini?. Aku mengirim? Atau Yara?.
"Im" Yara tiba-tiba langsung menarik hapenya hingga aku kaget dan mundur beberapa langkah.
%:=@&@&&#
.
.
.
.
.
.
.
Matahari terasa sepanas ini. Sakit!. Beberapa bagian tubuhku mulai terasa sakit. Dan aku merasakan asin darah yang entah berasal dari mana.
.
Dari jauh, aku mendengar suara Yara yang berteriak. Ada seseorang yang mendekatiku. Aku gak bisa melihat lebih jelas karena mataku yang mulai basah.
Bodoh, bahkan akan mati pun aku menangis.
.
Hhh
.
Apa lagi yang akan aku tangiskan?.
.
"Rai!, Rai kuat Rai!. Aku akan bawa kamu ke atas!"
"Dan" Aku menatapnya yang menangis. "Aku akan mati kan?".
"Nggak Rai, Nggak. Wonder Women gak mati begitu aja!" aku melihat tangannya penuh darah, darahku. "Woi brengsek!!, bantu gua. Ini bukan tontonan, sialan!!"
Bahkan karena kejahatanku, mati pun mereka gak peduli.
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Raim : My Unfavorite Lecturer ✔️
AcakSecond story Miss Raim and Her Brondong. Mencintai dan membenci secara bersamaan itu menyakitkan. Terlebih bila harus menahan cemburu.