"Lah, dimana dapat foto ini?" aku melihat kening Kak Afgan berkerut ketika ia menemukan fotonya diantara foto-foto masa SMA yang kusimpan.
"Itu, waktu kakak ngasih arahan untuk panitia tujuh belasan di sekolah" jawabku.
Dia menatapku tersenyum seolah meledek "Hayoo, diam-diam fotoin kakak ternyata"
"Hahaha, gak ada. Itu kerjaan Vera. Kan dia dulu ngefans sama Kakak"
"Vera atau kamu?"
Aku gak bisa menahan tawa melihat wajah sok selidiknya. "Im juga sih tapi gak segitu nekatnya"
"Nah tu kaan?"
"Ahahaha, tapi gak ngefans. Cuma suka aja" aku menatap foto dimana dia gak sadar ketika fotonya diambil diam-diam oleh Vera.
"Hmm?" dia menunduk mengintip wajahku dibalik jilbab yang menghalangi pandangan kami.
"Ya, suka. Dari sekian banyak senior, cuma kakak yang baik dan gak pandang bulu. Ramahan, kesayangan guru, pintar, ketua OSIS pula"
"Yang lain juga gitu, mungkin Im aja yang gak lihat"
"Semua mengakuinya kok"
Dia tersenyum "Emang sampe segitunya ya?. Padahal kayaknya kakak biasa-biasa aja" tanyanya serius
"Iya kali"
"Kali berapa?" tanyanya menopang kepalanya dengan lengan yang tertopang di dudukan sofa.
"Ahahaha, bukan kali itu"
Dia tertawa, "Jadi?"
"Jadi?" apa?
"Hahaha, kok jadi bingung sendiri" dia mencubit pipiku. "Jadi, Vera yang motoin, Im yang ngambil fotonya"
Aku Menggeleng. "Waktu Vera mau nikah, bongkar isi kamar dia kami nemuin ini. Dia suruh Im yang simpan karena..."
"Karena?"
"Mereka kira kita dekat dulu, ya meski akhirnya berjauhan hingga kakak lulus sekolah"
"Maafin kakak ya?. Kakak jadi menghindari Im waktu itu. Kakak gak mau buat Im melawan orang tua karena kakak. Lagian yang diomongin Pak Erte itu benar, tujuannya biar Im fokus sekolah"
Bahkan sampai saat ini, aku gak tau apa benar hanya itu alasannya. Entah kenapa aku merasa waktu itu Pak Erte terlalu berlebihan.
"Buktinya, sekarang Pak Erte gak ngelarang kan kakak kesini?"
Aku mengangguk. "Oh iya kak, apa kata mama Kakak?"
"Mama bilang, kalo kakak siap, dia gak bisa melarang" dia tersenyum. "Cuma dia request, kalo udah nikah tinggal sama dia, gak apa-apa?"
"Istri kan ngikut kemana imamnya berada. Lagian dekat juga kesini"
"Alhamdulillah, insyaallah minggu depan kakak ajak Mama kesini ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Raim : My Unfavorite Lecturer ✔️
RandomSecond story Miss Raim and Her Brondong. Mencintai dan membenci secara bersamaan itu menyakitkan. Terlebih bila harus menahan cemburu.