Walau menghindari ekonomi, tetap aja ketemu mata kuliah Ekonomi.
.
Kelas yang ac-nya kayak orang sesak nafas ini pengap banget. Masih kencang lagi kipas angin warisan di kamarnya Nita yang udah uzur. Udah panas, makhluk didalamnya rame banget, berisik!.
35 orang. Terbagi kedalam gerombolan. Ada gerombolan penikmat AC sekarat yang rebutan kursi depan. Sebagian udah over acting kayak iklan Adem Sari dibawah AC.
"Subhanallah, nikmat mana lagi yang kau dustakan"
Ada geng centil yang masih kekeuh dempulin wajahnya pake bedak meski keringat buat make-up mereka luntur. Apaan itu, eyeliner di isi ulang pake tinta spidol.
"Uy, ini tinta dibeli pake uang negara tau?!"
Ada gerombolan anak cowok di bangku belakang tepat di sudut kiriku natapin laptop serius. Mau dibilang anak rajin lagi belajar juga gak percaya orang kalo liat kepribadian mereka yang diramalkan akan menjadi mahasiswa abadi.
"Mirip Sinta loh, cuma agak semok dikit lah"
Dasar mesum!.
Di sisi kelas yang lain ada yang sibuk telponan, main Hape, nge-sok jadi dosen hingga tidur yang ngoroknya khas kelas ini banget.
"Gila, ngoroknya kayak babi ngepet. Ahahaha" Dandi. Memilih merekam ke absurd-an anak dikelas itu.
"Gak usah gangguin orang napa?" aku mencubit lengannya yang langsung duduk disebelahku.
"Ya, habis bosan banget" dia menyodorkan hapenya padaku. "Liat deh video Lucunya" dia memasang earphone ke telingaku.
"Ini jadi kuliah atau nggak sih?"
"Sabar, Yara sedang nemuin bapaknya. Dengerin musik aja dulu" dia meninggalkan aku menuju gerombolan anak di sudut kiri.
Untuk apa juga liatin video yang aku lihat sendiri dengan mata kepala secara langsung. Berisik pula suaranya.
"Dosen datang! Dosen datang!" seseorang yang selalu ditugaskan untuk mantau dosen sebelum masuk kelas berlari masuk keadalam hingga yang lain kocar-kacir mengambil tempat duduk.
Seketika itu suasana berubah hening. Bahkan si tukang ngorokpun di bangkitkan dari alam bawah sadarnya. Bah!.
Serasa Ujian gara-gara hening mendadak.
Jantungku kenapa berdetak cepat begini?.
"Assalamualaikum"
"Waalaikum Salam" jawab kami berbarengan membalas salam dosen yang bar_
"Maaf saya telat. Ada kecelakaan tadi di Simpang Rimbo" orang itu menebar senyum kearah kami. "Siap menangkap ilmu hari ini?"
"Siap Koh!"
Benar!
Dosen yang ku kira Pak Dompak yang berubah menjadi Jerry karena halusinasinasi kemarin itu memang benar Jerry!.
Bagaimana bisa?.
"Kamu" dia menunjukku yang selurusan dengan posisi berdirinya. Semua orang menatap kearahku "Sudah yakin tidak salah kelas lagi?" tanyanya tersenyum.
Aku tidak bisa terima ini.
Aku tidak bisa!.
Aku berdiri, mengambil tasku dan langsung meninggalkan kelas. Aku tidak ingin melihat wajahnya.
Aku muak!!
🌸🌸🌸
Kamar Jerry.
Dia, yang berdiri didepan kelas itu bukan Jerryku setahun yang lalu.
Kenapa bisa, kenapa bisa dia balik lagi ke kampus itu. Kenapa bisa dia yang dosen Ekonomi harus ngajar di Pertanian?.
Sudah diatur kah?.
Atau aku memang harus belajar melupakannya dengan melihat sifatnya yang bukan sifat 'Jerryku' lagi.
Nggak!!.
Aku nggak akan melihatnya lagi, aku gak akan bertemu dengannya lagi. Tapi bukan berarti aku harus berhenti kuliah.
Bagaimana caranya?.
Aish!.
Tok, tok!.
Aku keluar dari kamar mandi setelah mendengar ketukan pintu kamar. Mengambil handuk, aku mengelap wajahku yang basah.
"Sudah bimbingan Ko?"
Hah?
Dosen itu lagi!
Dia berdiri berhadapan dengan dinding yang ku tempeli sticky note.
Ap.. APPA?!!.
"Merindukanku?" dia membaca lalu menatapku menahan tawa.
Sticky note curhatanku!.
Aku berlari kearah sticky note itu. Mencabut kertas kecil semampu yang bisa ku cabut. Dia gak boleh baca!. Dia gak berhak membaca ini!.
"Hei, kenapa dicabut?"
"Kamu!" Aku menuding kearahnya "GAK BERHAK MEMBACA INI!!"
Ini akan menjadi perendahan harga diri yang amat sangat. Seseorang yang ku benci tidak boleh melihat kelemahanku!.
Aku memanjat lemari sepinggang yang menempel di dinding dimana sticky note itu tertempel diatasnya.
"Im, Jangan manjat, nanti jatuh!" dia berusaha menopangku.
"Jangan berani menyentuhku!" aku yang berusaha mencapai Sticky note tertinggi mewantinya serius.
Hah?!
Apa dia tadi menyentuh bokongku??!. Dosen sialan!!!.
Arghhh!! "Beraninya Ka_!"
"Aku hanya memperbaiki rok mu yang tersingkap. Lagian kenapa harus marah-marah gini hah?"
"Tersingkap, batas mana?. Nggak kok!. Alasan aja. Dasar otak mesum!!"
"Deh, harus ya ngomong pake seru gini?. Turun, gih. Lemari ini lap_"
KRAKK!
Apa ini?
Huaaa!!
"Huh" aku mendengar dia mendengus. "Im gak apa-apa?"
Aku merasakan lutut, tulang kering dan sikuku berdenyut. Bahkan kini dadaku, jantungku. Oh, apakah aku mati?.
"Kak, ada apa ribut-ribut?" itu suara Niko. "Oh, maaf mengganggu. Lanjutkan!" aku mendengar suara pintu ditutup.
Pe-Ak!, lanjutkan Apa?.
Uh, Sejak kapan aku menindih dosen ini?!. Aku berusaha bangun dan menjauh beberapa meter darinya. Mempebaiki rokku, memperbaiki rambutku dan memperbaiki perasaanku.
Aku melihat ia yang berusaha duduk. Menghela nafas lalu menatapku.
"Sudah kubilang lemarinya lapuk, mana sanggup menahan bebanmu. Untung aku cepat menarikmu" dia mengomel seperti orang tua.
Tulang kering bawah lututku tergores dan mengeluarkan darah. Dia melihatnya "Jangan mendekat!" aku menodongnya dengan kaki lemari yang patah.
"Kakimu berdarah Im" dia berdiri mengambil kain kassa di kotak P3K. Lalu menghampiriku.
"Kubilang jangan mendekat!" aku menatapnya menangis. "Kumohon. Keluar lah, tinggalkan aku"
Tinggalkan aku.
Dia menarik kakiku, "Akan kulakukan setelah mengobati lukamu, kolokan"
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Raim : My Unfavorite Lecturer ✔️
De TodoSecond story Miss Raim and Her Brondong. Mencintai dan membenci secara bersamaan itu menyakitkan. Terlebih bila harus menahan cemburu.