Chapter 2

2.5K 90 0
                                    

Alexa menatap lelaki itu dengan bingung "Hah?"

"Pergi. Atau lo akan tau akibatnya" Ujar salah satu lelaki dibelakang.

Alexa menunduk. Oke, ternyata ini alasan mengapa orang-orang ditaman ini menatapnya.

"Aku hanya..."

"Karel!"

Alexa mengangkat kepalanya. Mendapati Tania sudah berdiri dihadapannya.

"Alexa murid baru, maklumi dia yang belum tau peraturanmu"
...
"Habis ini aku kasih tau"

Tanpa mengharap jawaban apapun, Tania langsung menarik tangan Alexa pergi dari tempat itu.

---

LUCID POV
Lucid sudah melihat gadis itu tadi pagi. Saat ia dikelas, gadis itu berjalan melewati kelasnya bersama bu Levi. Alexa. Kalau tidak salah itu namanya.

"Berani-beraninya tuh cewe dudukin tempat kita" Ujar Karel sambil menatap Alexa yang berjarak 15m didepannya.

"Gua ga pernah liat dia. Murid baru mungkin?" Tanya Lucid.

"Mau murid baru atau murid lama, tetep aja dia udah ngelanggar peraturan yang kita buat" Karel memasukkan tangan kanannya kesaku. Kakinya mulai melangkah mendekati Alexa.

"Hah, Karel punya mangsa baru" Bisik Kevin. Ia lalu mengikuti arah Karel pergi.

Yah, tak ada pilihan lain bagi Lucid selain mengikuti arah kedua temannya itu.

Lucid hanya diam sementara Karel sibuk menyalahkan Alexa.

Aah.. Apa Alexa tak punya teman? Mengapa tak ada seorangpun yang datang menolongnya??

"Karel!"

Lucid orang pertama yang langsung menoleh. Ia menghela nafas lega saat melihat Tania lari kearahnya, dan berdiri dihadapan Karel.

Yah, walau Lucid tak sempat berbicara apa-apa dengan Alexa, setidaknya ia tau kalau Tania itu teman dekatnya.

---

ALEXA POV
Tania menatap Alexa yang duduk dihadapannya.

"Harusnya tadi lo langsung lari!" Ujar Tania.

"Gua kan cuma duduk. Salahnya dimana coba??"

"Lucid, Karel, Kevin. Laki-laki tukang bully disini" Jawab Tania sambil mulai memakan bakso nya.

"Itu alesan gua narik lo pergi. Kalau enggak, yah sudahlah"

"Kok gua yang salah sih? Kan cuma duduk sambil baca buku doang??" Alexa bingung.

"Tempat yang tadi lo dudukin itu tempat nongkrong mereka. Lagian lo sih, belum tau apa-apa langsung main pergi aja." Tania menjelaskan.

"Pantes orang ditaman pada liatin gua. Mereka kira gua mau dibully toh" Ucap Alexa lirih.

"Trus, peraturan apa yang lo maksud?" Tanya Alexa.

Tania menghentikan makannya.

"Gini..."

---

LUCID POV
"Tadi napa cuma diem?" Kevin menyenggol bahu Lucid dengan bahunya.

"Hah, males gua ngurusin orang kaya gitu" Jawab Lucid sembari meneguk minuman sodanya.

Kevin terkekeh. "Udah lama kita ga ngerjain anak"

Mendengar itu, Lucid dan Karel tertawa.

"Eh, mana pembantu lo itu? Gua laper nih, males kekantin" Tanya Karel.

Lucid tertawa. "Jangan. Kemarin gua dimarahin bokap gegara ngerjain dia"

"Kampret. Dia ngadu?" Tanya Karel.

Lucid menatap temannya itu bingung "Kan lu yang kemarin jotos dia sampe pipinya biru gitu."

Karel tertawa.

"Trus ibunya ngadu ke bokap lo?" Tanya Kevin.

"Engga sih, pas ibunya ngambil P3K, ditanya sama bokap. Trus jawab kalo David pulang sekolah mukanya biru-biru. Otomatis ya gua orang pertama yang ditanyain." Lucid menjelaskan.

2 detik selanjutnya, Kevin dan Karel tertawa.

"Ribet lu ya punya pembantu anaknya kaya gitu." Ujar Kevin.

Lucid beranjak. "Gua mau kekantin" Ujarnya.

"Mau ngapain?" Tanya Karel.

"Beli sembako. Ya makan lah" Jawabnya.

---

Lucid hendak meraih kaleng soda yang tinggal satu. Sebelum ada tangan lain yang sudah dulu meraihnya.

"Ck, gua duluan yang ambil!" Ujar Lucid sambil menoleh menatap orang itu.

Matanya agak terbelalak ketika tau orang yang mengambil adalah orang yang tadi hampir ia bully.

Alexa.

"Eh.. maaf. Ini sodanya. Saya minta maaf" Alexa memberikan kaleng soda itu tanpa menatap mata Lucid. Lalu langsung pergi.

"Eh?"

Kubuat Kau Jatuh Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang