Chapter 7

1.6K 74 0
                                    

"Udah ga usah nangis lagi. Ntar dikira gua ngapa-ngapain lo" Lucid melepas pelukannya.

Alexa masih terisak "Yang bikin gua nangis kan elu!" Jawabnya.

"Trus mau lo gua ngapain?" Tanya Lucid.

"Pergi. Jangan ganggu gua." Jawab Alexa. Ia menatap kearah lain.

"Ga mau. Mau deket sama lo terus" Jawab Lucid.

"Ga ada cewe yang mau deket sama laki-laki yang sukanya nyakitin orang lain kaya lo" Tangis Alexa mulai mereda.

"Yaudah gua janji ga bakal nyakitin orang lagi" Lucid mengalah.

Alexa menatap mata lelaki itu lurus-lurus. "Serius?" Tanya nya.

"Kalo itu bikin lo seneng sama gua, bakal gua lakuin" Jawab Lucid sambil tersenyum.

Alexa tak menggubris lagi. Ia berbalik lalu berjalan cepat menuju kelas.

---

Kevin menatap arlojinya. Jam menunjukan pukul 16.30 wib. Sekolah sudah lumayan sepi sekarang.

"Mau langsung pulang? Males gua dirumah" Ujarnya sambil menatap Lucid dan Karel yang berjalan disampingnya.

Karel mengangguk setuju. "Kuy lah ke cafe. Atau kemana gitu" Katanya

"Ntar malem aja kali. Ga seru ke cafe jam segini" Ujar Lucid.

Kevin tertawa kecil. "Okelah. Ntar kumpul dirumah..."

Bruk!

"Ma.. maaf. Saya lagi buru-buru" Kata seorang lelaki setelah tak sengaja menabrak Kevin.

Kevin mengelus pundak kanannya "Kalo jalan pake mata, bego!" Gertaknya.

Lelaki itu hendak pergi. Sebelum kerah seragamnya ditarik Lucid.

"Wah. Enak banget ya. Main langsung pergi aja" Ujar Lucid.

"Maaf Cid. Tapi saya bener-bener lagi buru-buru sekarang" Ia menatap mata Lucid.

Braakk! Lucid melempar tubuh lelaki itu ke salah satu sisi lorong.

"Rasya anak kelas X IPA 1. Bener?" Karel melangkah pelan mendekati lelaki yang sudah tersungkur dilantai itu. Diikuti Kevin dan Lucid.

"Udah berani nyolot lo sama kakak kelas?" Kevin tersenyum sinis

"Saya... bener-bener harus pergi sekarang" Rasya mengulangi perkataan yang sama.

"Berdiri." Ujar Lucid tiba-tiba.

Rasya berdiri. Dan...

Bhuk!

Sebuah pukulan keras mendarat diperutnya. Rasya kembali tersungkur. Memegangi perutnya yang sakit.

Kevin tertawa. Lalu ia berlutut. Tatapannya sejajar dengan tatapan Rasya.

Dan, ia mendapat sebuah hantaman keras lagi diujung bibirnya.

---

ALEXA POV
Berkali-kali Alexa menatap arlojinya. Sudah sore tapi ayahnya belum saja menjemput.

Sekolah sudah sepi. Mungkin hanya ada beberapa anak didalam. Ia ingin kedalam karena langit mulai mendung. Tapi sudahlah.

Sesekali Alexa menatap seorang lelaki paruh baya yang berdiri disamping motornya. Lelaki itu berdiri didepan pagar sekolah. Berjarak 8 meter dari tempat Alexa berdiri.

Sejak 15 menit Alexa berdiri disitu, lelaki tadi sibuk mengangkat ponselnya berkali-kali. Entah ingin menelfon siapa.

"Nunggu anaknya mungkin? Tapi siapa? Kan jam sekolah udah selesai dari tadi." Ia mulai penasaran.

Akhirnya, Alexa memberanikan diri menghampiri lelaki itu.

"Permisi pak. Cari siapa ya? Jam pulang kan udah selesai dari tadi" Kata Alexa.

"Nunggu anak saya. Namanya Rasya. Ibunya kecelakaan tadi. Ini lagi di rs. Nyariin Rasya terus" Jawab lelaki tadi.

Alexa mengerutkan dahinya. "Saya khawatir. Ditelfon ga diangkat. Kamu kenal?" Sambung lelaki itu.

Alexa tak menjawab. Ia menoleh kearah parkiran sekolah. Tiga mobil Mercedes Benz masih terjejer rapih disana.

Sontak perasaan aneh Alexa muncul.

"Bentar ya pak" Sedetik kemudian, Alexa berlari memasuki gedung sekolah.

---

Alexa berlari menyusuri setiap lorong disekolah.

"Ga ada. Ya ampun dimana??" Alexa panik.

Dan dia menemukannya.

Rasya. Diujung lorong. Tepat didepan laboratorium ipa. Sedang di....

Oh tidak.

"Kan. Bener apa kata gua" Ujar Alexa. Ia langsung berlari.

Karel orang pertama menyadari keberadaan Alexa. Ia setengah terkejut. Ia hendak memberi tahu Lucid tapi laki-laki itu sedang asyik membully Rasya.

"Cid. Alexa Cid" Karel menarik lengan Lucid. Matanya masih menatap Alexa yang semakin dekat.

"Berisik lo. Biasanya ikutan nonjok juga. Pake acara ngehentiin" Ujar Lucid.

"Lucid berhenti!!!" Teriak Alexa.

Lucid tak mendengarnya. Ia asyik menjambak rambut Rasya. Dan tertawa dengan Kevin.

Alexa menarik baju Lucid. Agar lelaki itu menghentikan perbuatannya.

"Karel lo bisa diem ga sih?!" Refleks, Lucid menepis tangan yang menarik bajunya tadi.

Dan tak sengaja sikunya menghantam hidung Alexa.

"Aw!" Pekik Alexa.

Lucid kaget saat mendengar suara yang familiar itu. Ia berbalik dan mendapati Alexa sudah jatuh kelantai. Darah segar mengalir dari hidungnya.

Sontak, Kevin membantu Alexa berdiri. Lalu menyodorkan sebuah sapu tangan berwarna putih.

Alexa membersihkan darah yang mengalir dari hidungnya itu dengan saputangan yang diberi Kevin.

"Ya ampun Alexa! Maaf gua ga sengaja. Gua..." Lucid hendak menyentuh pipi Alexa. Tapi gadis itu langsung menepisnya.

Lucid menatap mata Alexa. Mata gadis itu mulai berair.

"Gua udah peringatin tadi" Ujar Karel lirih.

"Sumpah gua ga sengaja Lex. Gua kira tadi tangan Karel." Lucid mencoba menjelaskan.

"Lo Rasya kan? Udah ditunggu ayah lo didepan" Bukannya membalas omongan Lucid, Alexa malah berbicara dengan Rasya.

Ia membantu Rasya berdiri. Wajah lelaki itu sudah benar-benar babak belur sekarang.

"Lex. Kok lo malah..." Belum sempat Lucid menyelesaikan kata-katanya, sebuah tamparan mendarat dipipi kirinya.

Lucid kaget. Ia memegangi pipinya.

Perih.

Bukan perih karena tamparan tadi.

Tapi perih karena yang menampar itu adalah gadis yang disukainya.

Kubuat Kau Jatuh Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang