(SEASON 3)Chapter44

874 38 3
                                    

'Sepintar apapun seseorang, pasti akan menjadi bodoh jika berhadapan dengan masalah hati'
-vry
☆☆☆☆☆

Alexa menatap sebuah ponsel yang tergeletak dimeja nya.

Entah sudah berapa kali ia bolak-balik mengoprasikan benda tersebut hanya untuk memastikan pesan dari sesorang.

Namun apadaya. Ternyata hasilnya nihil.

Tak ada pesan masuk, apalagi panggilan.

"MAKAN LEX MAKAN. MENENG MENENG BAE" Suara lantang dari seseorang itu membuat Alexa mendongak. Mendapati Alvin berdiri tepat didepan meja kuliahnya ini.

Alvin tertawa kecil melihat ekspresi Alexa yang seperti orang baru keluar goa setelah ratusan tahun terkurung itu. Ia menarik sebuah bangku yang tak jauh darinya agar dirinya bisa duduk berhadapan dengan Alexa.

"Nih" Alvin menyodorkan sekotak tempat makan transparan berisi nasi goreng.

Alexa menghela nafas panjang. Ia baru menyadari akan perutnya yang seakan meraung meminta makanan.

"Lo bawa bekal?" Tanya Alexa.

"Iya. Nih bekalnya"

"Serius? Ga percaya gua"

"Lah ga percaya gimana?"

"Anak jurusan ekonomi yang gede tinggi sangar kaya lo masa bawa bekal?"

"Kan bukan buat gua"

"Hah? Trus?"

"Ini gua ngasih ke lo kan?"

"..... iya"

"YAUDAH BERARTI BUAT LO. ASTAGA KADAL BRAZIL OTAK NYA LAGI MACET YA?"

Alexa mengangkat alis sembari menatap kotak bekal itu. Dengan cepat ia membuka dan melahap isi kotak tersebut.

Alvin memandang Alexa samar. "Nunggu telfon siapa sih? Sampe jam istirahat gini lo abisin buat mantengin hp mulu"

Alexa mendengus. "Katanya sibuk trus mau nelfon kalo udah ga sibuk. Eh malah lewat 2 hari ga ada kabar" Jawabnya.

Seketika, Alvin menepuk jidatnya sendiri.

"Ya elah, Lex! Baru dua hari ga ada kabar langsung lebay gitu" Kata Alvin sambil melirik Alexa.

Alexa hanya mendecakkan lidah. Ingin rasanya ia membalas perkataan Alvin itu namun langsung ia urungkan karena sadar akhirnya akan kalah jika berdebat dengan siluman gantar yang satu ini.

Alvin menatap Alexa. "Telfon atau chat duluan apa susahnya?"

Alexa menghentikan aktifitas makan siang nya. Ia menaruh sendok tadi keatas meja dengan sekali gebrakan.

"Gua takut" Ujarnya.

"Lo bego si. Coba pikir deh. Emang 24 jam Lucid selalu sibuk sama urusan kantornya? Engga kan?"

Alexa membuang nafas sebal. "Vin, lo tau kan. Sepintar apapun seseorang, bakalan berubah jadi bego kalo udah berurusan sama yang namanya hati"

Alvin menaikkan alis.

"Lex?"

"Hm?"

"Yang bilang lo cerdas siapa?"

Dan tepat setelah Alvin mengatakan kalimat itu, ia beranjak dan mengambil langkah seribu sembari menertawai wajah merah dan marah Alexa saat mendengar ucapannya tadi.

---

Jam menunjukkan pukul 3 sore dan Alexa tengah sibuk-sibuknya.

Cafe ramai saat ini. Beberapa orang duduk santai dikursi yang tersedia. Beberapa orang lainnya tengah bercakap sembari tertawa ria. Sementara bakery tak jauh beda. Entah ada apa dengan hari ini sampai-sampai banyak orang memburu berbagai jenis kue kering maupun basah.

Tante Diana dan 4 karyawannya dibuat sibuk karena ini. Tante Diana seperti biasa bertugas dibelakang meja kasir, ditemani Anista yang dengan sabar menjawab pertanyaan beberapa pelanggan bakery tentang kue yang mereka jual. Joan dan Davny menyiapkan pesanan para pelanggan. Dan Felix sibuk berkutat dengan pesanan kue tart tingkat 3 yang akan diambil sore ini. Sementara Alexa mengantar pesanan sembari membantu Felix jika tak ada pesanan yang harus diantar.

"Alexa! Meja nomor 3!" Joan berteriak.

Alexa yang mulanya sedang membantu Felix menghias tart langsung menoleh dan berlari kecil menghampiri sebuah meja panjang yang berada dipojok dapur.

Ia mengangkat nampan berisi 3 cangkir kopi dan sepiring waffle vanilla. Segera ia membawa nampan itu keluar dapur, melewati lorong kecil disamping bakery, dan sampai diteras.

"Selamat menikmati" Kata Alexa sembari menurunkan setiap cangkir dan piring tadi dihadapan beberapa orang mahasiswa.

Mahasiswa tadi tersenyum. Alexa membalas senyumannya dan langsung berbalik. Kembali menuju dapur.

Beberapa kali ia merasa ponsel didalam sakunya ini bergetar. Ia ingin membukanya namun ia urungkan hal itu mengingat Felix yang sudah berteriak agar dibantu menghias kue tart tadi.

---

Pekerjaan mereka selesai pukul 7 malam. Saat pelanggan terakhir keluar, Tante Diana langsung menutup Qafery. Dan tersenyum kecil melihat 4 karyawan dan anak nya terkapar dilantai bakery karena kelelahan.

"Mah, Anista mau pulang. Besok ada ulangan fisika" Ujar Anista sambil beranjak.

Tante Diana mengangguk. "Iya. Ntar mama nyusul" Ujarnya.

Anista mengangguk. Gadis berambut panjang itu lalu berjalan keluar cafe sambil menenteng ransel biru miliknya.

"Hmm, Tante rasa, Tante masih punya ramen instant di pantery. Mau?" Tawar beliau.

Mata Felix langsung berbinar. "Mau Tan!" Pekiknya sembari beranjak dan mengikuti langkah kaki Tante Diana menuju dapur.

Alexa hanya tertawa melihat itu. Sejenak ia teringat akan ponselnya yang tadi bergetar. Ia segera mengeluarkan benda pipih itu dari saku celana jins nya.

Sadar akan pantatnya yang tiba-tiba keram, ia berdiri dan menyenderkan badan pada sebuah etalase kue yang berada disalah satu sisi bakery.

Seseorang mengiriminya gambar. Ada beberapa gambar dari seorang yang Alexa tak kenal siapa pemilik ID Line 'CRVBL_' itu.

Alexa membuka roomchat. Terpampang sebuah foto dengan latar sepeti sebuah discotik.

Dengan objek fokus berupa seorang lelaki membungkuk menghadap seorang perempuan berambut panjang bergelombang.

Lelaki difoto itu nampak jelas sedang membungkuk dan menatap lurus perempuan tadi.

Penerangan yang minim dan lampu disco warna-warni membuat Alexa membutuhkan waktu beberapa saat untuk menyadari siapa lelaki difoto tadi.

Dan satu hal yang membuatnya mengenali lelaki itu.

Rambut merah gelap dengan tatanan yang khas.

"Lucid?" Bisiknya.

Alexa menyipitkan mata. Ia men-scroll dan melihat foto kedua. Kini menampilkan Lucid yang tengah berdiri dan terlihat menatap wanita berbaju merah tadi.

Jari Alexa menekan keras kelayar hp untuk menggeser foto tersebut. Di foto ketiga, Lucid melepas jas nya. Menampilkan kemeja lengan panjang putih dengan dasi merah polos dengan dua pita diujung dasi tersebut.

Dan disinilah, Alexa benar-benar merasakan jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Ia bahkan baru menyadari kalau sedari tadi ia sudah meremas ujung celemek nya hingga menimbulkan banyak lipatan kecil.

Difoto keempat, wanita berbaju merah tadi berdiri dan bersalaman dengan Lucid.

Alexa meng-zoom in foto tersebut dan terlihat jelas keduanya saling bertukar pandang dan tersenyum manis.

---

Vote woi vote:v

Kubuat Kau Jatuh Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang