(SEASON 3)Chapter 50

828 44 3
                                    

"Karena, puncak dari rasa cintaku adalah mengikhlaskan"
~vry

☆☆

Yang vote dan comment saya doain nilai UAS/PAS nya bagus:v

HAPPY READING!

Dua tahun beralu begitu cepat.

Sudah tak ada lagi tangis Alexa.

Tak ada lagi Alvin dan Tania yang terus menerus menenangkan gadis itu.

Tak ada lagi Kevin yang memarahi Lucid karena sebuah titik kesalahan.

Tak ada lagi Alex yang merasa bingung setiap kali adiknya pulang dengan keadaan lemas dan lesu.

Semua berjalan normal kembali.

Alexa yang mengisi hari-harinya di kampus dan cafe, Alvin yang sudah lulus dan sekarang menjadi karyawan disalah satu perusahaan, Tania dan Davny yang selalu ceria setiap saat, sampai Chleo yang sudah kawin dan memiliki 4 anak.

Semuanya normal.

Yah, setidaknya hanya itu yang dibutuhkan Alexa saat ini.

"Terimakasih sudah berkunjung" Kata Alexa saat seorang pelanggan keluar dari toko dengan sebungkus roti ditangannya.

Pelanggan itu tersenyum kemudian berlalu.

"Itu pelanggan terakhir kita"

Alexa menoleh. Lalu tersenyum menatap Felix yang sudah mencangkleng tas dipunggungnya.

"Pulang gih. Udah malem gini" Sambung gadis itu sembari meraih helm yang tergeletak diatas rak karyawan.

Alexa mengangguk. Ia segera melepas celemek nya dan memasuki dapur untuk mengambil tas nya yang ia tinggalkan disana.

"Mau balik, Lex?" Tanya Joan. Lelaki berambut ala Shawn Mendes itu sedang merapikan beberapa bungkus tepung kedalam lemari bahan makanan.

Alexa mengangguk. "Iya. Lo sendiri belum mau balik?" Ia balik tanya.

Joan menepukkan kedua tangannya. "Balik kok. Setelah mastiin lo juga balik"

Alexa mengerutkan dahi saat mendengar itu. Ia lalu hanya ber-oh. Kemudian berlalu meninggalkan dapur.

"Udah malem. Mau gua anter?" Joan berlari menyusul Alexa.

"Gua bisa sendiri. Lo buruan pulang juga. Banyak pesenan yang harus diselesaiin besok" Ujar Alexa sembari mengeluarkan kunci motor dari dalam sakunya.

Joan mengangguk. "Iya"

Alexa tersenyum. Ia lalu berjalan keluar dari cafe. "Gua balik dulu" Katanya sambil melambaikan tangan.

Joan menatap sejenak kepergian Alexa. Dengan cepat, ia menyusul langkah Alexa dan mendahului gadis itu.

"Buruan. Gua anter sampe depan rumah" Kata Joan sembari menyalakan mesin motornya.

"Lah. Gua kan bawa motor" Kata Alexa bingung.

"Pake motor sendiri-sendiri" Jawab Joan singkat.

Alexa termenung. "Gausah. Gua sendiri aja"

"Mana mungkin gua biarin lo pulang sendiri malem-malem gini"

Setelah itu, Alexa hanya menuruti setiap jengkal kaki Joan melangkah. Ia berfikir kalau tak apalah diantar pulang oleh Joan. Toh juga kalau difikir, bahaya juga jika ia pulang seorang diri pada jam 10 malam begini.

Angin malam menerpa wajah Alexa. Sesekali, gadis itu menghela nafas. Membiarkan udara dingin malam menusuk hidung nya. Lamunannya buyar saat klakson motor Joan melengking disampingnya.

"Apaan?!" Teriak Alexa pada Joan yang mengendarai motor disamping motornya.

"Mampir makan kuy. Gua laper" Jawab Joan yang juga teriak.

Alexa mengangguk. Lalu membiarkan Joan berkendara lebih dulu darinya.

Sebuah restoran 24 jam menyambut damai mereka berdua. Joan berjalan mendahului Alexa dan duduk disalah satu kursi. Ia mempersilahkan Alexa duduk dikursi seberang. Membuat Joan dengan mudah menatap kedua mata hitam Alexa.

Sesekali ia memandang Alexa yang dengan tenangnya memakan hidangan makan malam yang terlambat itu. Dan sesekali pula Alexa menangkap basah dirinya sedang melempar pandang.

"Apa lirik-lirik?"

Pipi Joan memerah. Ia segera membuang wajah dan segera menjawab "Mata lo kaya panda"

Pipi Alexa pun ikut memerah. Ia mendecakkan lidah sembari mengunyah makanannya tanpa selera.

"Jam tidur lo rusak?" Tanya Joan.

Alexa mengangguk lemas. "Akhir-akhir ini gua lembur ngerjain skripsi" Jawabnya.

"Jangan kerjain malem-malem"

"Kapan emangnya?"

"Sayangi mata mu, minum baygon tiap hari"

"Ga lucu tau ga"

Joan tertawa. "Lah, yang bilang lucu siapa? Orang lo yang barusan ketawa juga"

"Lagian lo bercanda mulu si. Bantuin gua kek, apa kek" Balas Alexa sembari mendecakkan lidah.

"Gua mah selalu siap sedia ngebantu lo. Lo nya aja yang jarang nyamperin gua" Kata Joan sembari tertawa garing.

"Wajah lo ga meyakinkan" Ujar Alexa sembari menatap kedua mata Joan.

Lelaki berjambul itu tersedak. "Lex, walau gini gua mahasiswa jurusan desain grafis lho. Lo bisa minta bantuan gua kalo ada masalah skripsi"

Alexa mendecakkan lidah. "Ga nyambung, monyet. Gua jurusan hukum"

"Oh iya ya" Joan meringis.

Alexa lalu menatap keluar kaca. "Udah gerimis. Balik yuk"

---

"ALEXA! JADI JOGGING BARENG KAGA?! BURUAN UDAH SIANG!"

Alex segera membuka pintu depan saat mendengar suara teriakan yang memekikkan telinga itu.

"Ketuk pintu bisa kan?" Tanya Alex sambil menatap Tania yang berdiri didepan pintu.

Tania meringis. "Hehe maaf. Alexa mana?"

"Lagi dikamar. Samperin gih"

Dengan kecepatan kilat, Tania melesat memasuki kediaman keluarga Gabriell ini. Ia menaiki tangga dan melewati lorong dengan banyak guci dikanan dan kirinya. Ia memasuki sebuah kamar yang berada diujung lorong. Tak peduli dengan tulisan 'DILARANG MASUK TANPA IJIN (kecuali alexa)' yang tertempel rapi dipintu nya.

"Lexa?" Ia memasuki kamar bernuansa hijau ini.

Gemericik air terdengar dari arah kamar mandi.

"BURUAN MANDINYA WOI!" Teriak Tania.

"SABAR NAPA!"

"ELAH, KEBURU BUBUR AYAM BANG SOMAD ABIS!"

"BARU JAM 5 PAGI, TANIA AQLAMATUL LAELA! SABAR DIKIT LAH!"

Tania mendengus kesal. Ia lalu menjatuhkan dirinya kesebuah kursi yang menghadap ke meja belajar. Laptop dan ponsel Alexa tergeletak disini.

Sejenak, ia teringat sesuatu.

Ponsel ini adalah ponsel yang Alex belikan untuk Alexa 2 tahun yang lalu. Setelah suatu malam Alexa berkata kalau ponsel yang lama jatuh dari atas meja dan LCD nya pecah.

Padahal Tania tau. Alexa berbohong pasal itu. Ia sengaja membanting ponsel pemberian Lucid tersebut. Entah apa tujuannya.

"Tak apa lah. Setidaknya Alexa udah ga kaya dulu lagi"

---

Halu haay!... aing balik lagi hoho:v

Kubuat Kau Jatuh Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang