Dua puluh dua- keanehan?

2.1K 208 21
                                    

Asy yang melihat Abah nya bangkit perlahan dibantu Adam pun langsung menghampiri kedua pria itu.

Asy menatap penasaran.
"Abah nggak papa kan?" tanya Asy sedikit cemas dan dibalas tatapan sendu oleh Abah nya.

"Asy... " lirih Adam menggantung. Membuat Asy menunggu kata yang akan Adam ucapkan.

Saat ini rasanya lidah Adam ingin mengungkapkan semuanya. Semakin ia melihat Asy semakin ia ingin mengatakan yang sejujurnya. Sedangkan Gibran -Abah Asy- sudah menatap Adam sebagai 'kode' untuk tidak memberitahu Asy.

"Sebenarnya-"

Belum Adam menyelesaikan perkataan nya. Seorang wanita dengan langkah cepat menghampiri mereka bertiga.

"Loh? Kok malah disini? Ayo turun kebawah, kami udah selesai menyiapkan makanan untuk kita" ajak Aisyah dengan wajah ceria. Adam menghela nafas panjang.

Asy tersenyum melihat keceriaan adiknya. Jika dilihat lihat Aisyah memiliki wajah yang tampak lebih dewasa dan penyabar dibanding Asy. Mungkin itu yang membuat Adam melamar Aisyah diusia nya yang masih muda 19 tahun, pikir Asy. Entah mengapa ia seperti merasa 'baper' sendiri membayangkan adiknya yang manis ini menikah.

Namun, rasanya Asy tidak terlalu berat melepaskan Aisyah menikah muda, karena beberapa faktor. Pertama, Asy jarang melawati waktu dengan Aisyah untuk berbicara dari hati ke hati karena Asy kuliah dan jarang lama dirumah. Jika ia libur kuliah dan dirumah ia selalu bersama Amir, maka dari itu keluh kesahnya banyak ia bagi pada Amir sampai sampai Amir memarahi nya karena selalu curhat pada nya, bukan pada Aisyah yang sesama perempuan.

Bukannya Amir risih atau tidak suka jika Asy curhat padanya. Namun apa yang Asy curhatkan hanya tentang para wanita yang menyindir nya jika mendesain baju dan fashion wanita yang semakin hari semakin aneh. Padahal Amir sama sekali tidak mengerti dengan fashion wanita.
Yang kedua, sejak Asy lulus dari Universitas kebanggaan nya dan pulang kerumah, Aisyah bersikap sedikit menghindari Asy, Asy pun heran dengan sikap Aisyah namun tak terlalu Asy pikirkan.

Ya begitulah kira nya faktor yang membuat Asy tidak terlalu akrab dengan Aisyah, tapi dibalik itu semua Asy sangat sayang pada adiknya. Karena Aisyah penyabar dan kadang betah mendengarkan omelan kakak nya itu.

Lain hal jika Amir yang menikah,  Asy pasti akan galau karena ia merasa sangat dekat dengan Amir, bagi nya Amir tidak boleh sembarang memilih calon istri.

Kalau Abyan? Ah Asy masa bodoh dengan Kakak angkat nya satu itu. Mungkin Abyan pun tidak perduli mau dia nikah sama si A atau si B terserah, pikirnya.

Baiklah setelah mendengar ajakan Aisyah, Asy pun memilih tidak memikirkan apa yang ingin Adam katakan. Abah nya membalas senyuman Aisyah dengan senyuman yang 'penuh arti' dan Asy melihat itu.

Kok sendu banget sih tatapan Abah. Batinnya

Abah nya pun mulai pergi meninggalkan mereka bertiga. Disusul Asy. Namun sebelum melangkah lebih jauh, Asy menghentikan langkahnya. Dan berbalik badan.

"Loh kok kalian masih diatas? Ayo turun juga, nggak boleh loh berduaan sebelum halal. Nanti ada orang ketiga." ucap Asy dengan sedikit berbisik saat mengucapkan kalimat 'orang ketiga'.

"Kamu orang ketiganya" celetuk Adam. Aisyah menatap Adam terkejut, sedangkan Asy menatap nya dengan kesal.

"Kamu kira aku depil apa?"

"Ih.. Depil? Apaan tuh depil? Sana sana cek google translate kamu, ngucap aja belum bener." skak Adam. Asy menghentakkan kaki nya, dan memilih pergi meninggalkan Adam dan Aisyah.

Setelah Asy pergi, Aisyah kembali menatap Adam dengan tatapan minta penjelasan.

"Kenapa?" tanya Adam yang sadar dengan tatapan Aisyah.

"Maksud kamu kak Asy jadi orang ketiga itu apa? Kamu mau jadiin kak Asy istri kedua ya nanti?" tanya Aisyah dengan mata nya yang terasa panas dan akan berair. Aisyah pun mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Adam terkejut mendengar pertanyaan Aisyah. Ia menghela nafas panjang.
"Aisyah, saya mohon sama kamu tolong jangan gampang negatif thinking."

Aisyah menatap Adam kembali.
"Gimana aku nggak nethink. Tadi kamu mau jelasin ke dia yang sebenarnya kan?"

"Iya" jawab Adam singkat.

"Tapi... Itu semua saya urungkan. Karena saya mikirin kamu Aisyah"

"Terimakasih udah mau fikirin perasaan Aisyah. Tapi Aisyah minta kak. Jangan dekatin kak Asy, kalo perlu kalian nggak usah ketemu sampai nanti" pinta Aisyah dengan suara serak, menandakan ia menangis.

Adam menatap Aisyah. Tak menyangka kalau wanita selembut Aisyah bisa jadi menyeramkan seperti ini karena kecemburuannya.
"Aisyah istigfar! Kenapa kamu jadi begini? Dimana Aisyah yang dulu saya kenal penyabar dan bisa mengendalikan emosi nya?"

Aisyah menyeka air matanya.
"Karena yang nama nya cemburu mau ditutupi dengan sikap semanis gula pun nggak bisa kak!" jawabnya sedikit menaikkan volume suaranya.

Adam terkejut, ia menggeleng. Tak menyangka sisi Aisyah yang sebenarnya telah ia lihat. Seorang wanita yang 'sedikit' egois.

Adam berusaha menahan amarahnya. Ia harus bisa mengerti keadaan Aisyah. Wanita memang cemburuan. Itu wajar. Adam pun memilih untuk tidak melanjutkan debat dengan Aisyah. Tak mau memperpanjang masalah.

"Aisyah, tolong kendalikan emosi kamu. Hapus air mata kamu. Dan..." ucap Adam menggantung.
"Dan ingat 3 hari lagi kita akan menikah" sambung Aisyah.

Adam menunduk dan tersenyum. Tiba-tiba suara Abyan seperti terdengar ditelinganya. Putaran kata kata Abyan beberapa bulan yang lalu seperti diputar ulang.

'Dia sakit Adam. Aisyah sakit'

"Maafin perbuatan saya Aisyah kalau nggak enak dihati kamu" ucap Adam. Aisyah yang menunduk mendengar itu langsung mengangkat wajah cantiknya. Hati nya terasa hangat mendengar kata-kata Adam barusan.

Asy mengangguk.

"Ayo kita turun." ajak Adam dan langsung melenggang pergi, sedangkan Aisyah mengikuti dari belakang.

Dua keluarga yang akan menjadi satu keluarga besar sedang makan malam bersama dengan bahagia. Sabrina dan Amir saling membicarakan hal lucu jika bekerja dan kadang ditimpali Adam. Embun -Mama Asy-, Asy, dan Zeynab -Umi Adam- sedang asik membahas desain baju yang sudah jadi namun tak sesuai permintaan.

"Oke tenang ya wahai ibu ibu cantik. Besok Asy bakalan rombak sedikit baju kita yang salah desain" ucap Asy menenangkan Mama dan Tante nya.

Zeynab terkekeh sambil mengelus pundak Asy.
"Tante kira kamu yang bakal dipilih Adam, ternyata dugaan tante salah. Habisnya Adam dulu suka nanya anak nya Om Gibran yang sudah wisuda siapa namanya? Udah balik ke sini?" ucap Zeynab tanpa sadar apa yang diucapkan membuat sebuah hati seperti teriris.

Selain susah diterima hati kak Adam. Apa aku bakalan susah juga diterima hati tante Zeynab?

"Ehem" deheman Adam tanpa peneguran kepada Umi nya.

Asy yang menyadari perkataan Zeynab barusan seperti menyinggung Aisyah. Asy segera mencairkan suasana.

"Ah tante, nggak tau yah? Kak Adam itu milih Aisyah karena dia udah cocok banget jadi calon umi." jawab Asy sambil terkekeh. Lalu mengintip sedikit kearah Aisyah dan Adam yang tersenyum kikuk.

"Tante tau Asy, makanya tante senang pas tau Adam dapat calon istri yang lebih dewasa dari dia." jawab Zeynab senang.

Asy menghela nafas lega saat melihat senyum Aisyah yang terbit kembali.

Seketika fikiran Asy melayang, bagaimana seandainya ia dilamar seorang pria yang ia kagumi.

Huda misalnya ?

Jangan lupa vo-ment. Tinggalkan jejak dan komentar kalian. Biar aku bisa berusaha perbaiki kesalahan nya hehe.

Komentar buat aku semangat cari feel.
Vote? Buat aku semangat ngetik. Hehehe ❤❤

Fillia Klarasinta Dwi Fauzi
Rabu, 11 April 2018

ASYSENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang