DUA PULUH ENAM- YAKIN

2.5K 226 20
                                    

Jangan lupa Vo-Men ❤.

🌸🌸🌸

Setelah sampai dirumah nenek Alya, Asy langsung memarkirkan mobilnya didepan pagar. Dan bersiap masuk sambil membawa sebuah koper. Asy dengan wajahnya yang lesu dan tampak lelah, menarik kopernya lemah.

Baru saja Asy ingin mengetuk pintu, tiba-tiba pintu dengan cat warna putih dan soft pink itu dibuka. Siapa lagi yang membuka jika bukan nenek Alya.

I'm ready~
Batin Asy.


"Assalamualaikum nenek." sapa Asy sambil menyalimi tangan nenek Alya. Namun, sang empunya tangan sama sekali tak membalas jabatan tangan Asy. Asy senyum, terpaksa.

Nenek Alya menarik nafas, tanda jengah. Setahu Asy, udara dirumah nenek Alya sangat teduh dan dingin. Tapi kenapa sepertinya nenek Alya sedang kepanasan?.

"Waalaikumsalam."

"Hmm... Asy boleh masuk nek?"

"Mau masuk ya?" tanya nenek Alya dengan ekspresi terkejut yang dibuat buat.


Sejak kapan nenek berekspresi kayak gini? Pasti bimbel ama Ayse. Batin Asy, sedikit menahan tawa.


"Mau banget nek, pegal pegal nih badan Asy." jawab Asy santai. Nenek Alya yang semula menyandarkan bahunya di ambang pintu. Kini menegakkan posisinya.

Asy meneguk air ludah.

"Kamu itu kayak jelangkung tau nggak? Semaunya aja datang terus pergi. Terus datang, terus pergi lagi. Kayak aja ini rumah nggak punya tuan nya."

Skakmat!!

Asy menatap nenek Alya kaget.
Seburuk itukah dirinya?

Jelangkung? Kayu dong akuh.


"Kamu itu di terima saya karena Abah kamu. Kamu tahu? Sampai sekarang pun saya masih nggak suka sama Embun dan Abyan. Termasuk kamu! Sifat Embun nurun ke kamu. Saya nggak suka,"

Asy melongo dan langsung menunduk,

"Nenek... Asy minta maaf nek. Asy sadar Asy nggak sopan keluar masuk rumah nenek seenaknya. Tapi, Asy janji nggak ngulangin lagi. Pliss maafin Asy,"

Nenek Alya menarik nafas pelan. Ah wajar saja nenek Alya tegas. Ia tak punya cucu kandung perempuan, jadi tak terbiasa mengurus anak perempuan dengan gaya lembut dan keibuan. Ia hanya punya satu cucu laki laki, Kharisma. Makanya nenek Alya garang begini. Begitu lah prasangka baik yang berusaha Asy tanamkan didirinya saat ini.

"Nggak,"

Mendengar itu, mata Asy langsung membulat dan fikiran nya melayang, Asy sangat panik.

Gimana kalau aku diusir dari rumah Nenek Alya?

Gimana kalau malam ini aku harus segera pergi?

Gimana kalau...

Ah! Semua gimana telah tertanam di otak Asy. Kalau ia tak tinggal disini, ia akan tinggal dimana lagi?

ASYSENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang