Dirumah sakit
Asy, Nenek Alya, Abyan, dan juga Adam sedang cemas menunggu kabar dari dokter tentang keadaan Amir. Nenek Alya yang di bibir nya mengeluarkan darah karena benturan sudah tak memperdulikan luka nya. Ia khawatir dengan keadaan Amir, sedangkan Asy hanya diam sambil sesekali merasakan perih nya luka yang terdapat dijidadnya karena tergores pecahan kaca.
Perih banget dah. Batin Asy.
"Permisi, ada....." ucap dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD.
"Saya adeknya dok!"
"Saya neneknya"
Ucap nenek Alya dan Asy berbarengan. Mereka saling melirik, bingung.
"Dia adiknya"
"Dia neneknya"
Ucap Nenek Alya dan Asy kembali bersamaan. Asy melongo, kok kompak gitu ya.
Sedangkan Adam dan Abyan hanya menggelengkan kepalanya heran. Dokter pun hanya menghela nafas pelan."Jadi yang benar siapa?" tanya dokter geram. Bagaimana si dokter tidak kesal? Hanya ditanya siapa keluarganya saja rebutan.
"Saya dok" potong Abyan. Ia langsung saja berjalan mendekati dokter. Dan dokter hanya mengangguk.
"Kalau begitu saya ingin bicara dengan bapak ini secara pribadi dulu" ucap Dokter itu.
"Loh terus keadaan abang saya gimana dok?" tanya Asy
"Ohh iya ya saya hampir lupa. Abang kamu pingsan karena magh aja. Dia cuma luka luar dan tidak terlalu parah. Dia udah sadar bahkan lagi makan bubur ayam didalam" jelas dokter dengan senyum tak bersalah andalannya.
"Ya Allah.... " keluh Asy. Ia kesal kenapa si dokter tidak mengatakan nya dari tadi. Ia fikir ada hal serius yang dialami Amir sampai harus berbicara pribadi kepada Abyan. Asy, Adam, dan Nenek Alya pun masuk keruang UGD. Suster yang merawat Amir mengatakan Amir malam ini juga bisa dipindahkan ke kamar rawat inap.
Sedangkan Asy sudah menghubungi Abah dan Mamanya. Katanya mereka berdua akan segera datang kerumah sakit.
•••••
"Laa basa thorun insyaAllah" ucap Asy sambil mengganti handsaplas dikeningnya.
Sudah 3 hari setelah kejadian itu Asy tinggal bersama nenek Alya. Keputusan dari Gibran -Abah Asy- mana bisa dibantah?
Kali ini dirumah hanya ada Asy dan Nenek Alya. Sikap nenek Alya ke Asy melunak. Sudah ingin menegur dan mengajak Asy makan. Mungkin karena Asy telah menolongnya.
Namun tetap saja, jika sudah malam hari saat Ayse main kerumah itu maka Asy akan menjadi kulit kacang. Dan pastinya di kacangin. Ayse menjadi tamu wajib setiap malam untuk menemani Nenek Alya mengobrol.
Ngobrol gak enak kan ya kalau cuma ngobrol tanpa cemilan?
Jadilah Asy tukang membeli cemilan dan makan malam. Saat Ayse dan nenek Alya asyik berbincang Asy hanya masuk didalam kamar. Mengerjakan tugas nya sebagai desainer utama namun sementara."Asy! Tolong beliin Thai Tea didepan 2 ya untuk aku dan nenek" jerit Ayse dari ruang TV
"La tahzan" gumam Asy sambil bangun dari meja kerjanya.
Saat Asy berjalan menuju ruang TV langkah nya berhenti saat mendengar percakapan nenek Alya dan Ayse.
"Stop suruh suruh dia Ayse, dia masih sakit karena kejadian 3 hari yang lalu" ucap nenek Alya dengan pelan. Seketika hati Asy ter -enyuh- mendengar perkataan Nenek Alya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASYSENJA
SpiritualAsysenja, 20 tahun. Seorang wanita lugu, cerewet, kekanak kanakan, manja dan keras kepala. Dihadapkan dengan banyak masalah yang baru ia hadapi seumur hidup. Masalah itu datang dari Abah-nya sendiri. Eits, tapi jangan salah paham dulu ya dengan mas...