Jangan lupa Vo-Ment gimana feel di part ini ❤. Kalau komentar nya sampe 50+ aku bakalan janji cepet update, hehe.
Baca nya jangan dilompat karena nanti feelnya ga dapet hehehe.
Asy POV
Kring...
Kring...
Kring...Suara alarm ku memang tak bisa diajak kompromi, nggak bisa apa kring kring nya sekali aja?
Aduh ngapain coba aku malah marah marah sama alarm? Dia kan nggak salah, hehe.
Oke, mataku langsung mencari dimana ponselku. Setelah dapat, mataku terbelalak. Bagaimana tidak? Ini kan hari Senin. Waktunya aku kerja tapi yang buat aku terkejut, pagi ini aku harus ngerjain apa apa aja yang nenek Alya minta.
Pukul 04.15 WIB
Aku langsung beranjak dari tempat tidur, dengan grasak grusuk aku langsung on the way kamar mandi buat cuci muka, sikat gigi, dan wudhu. Hampir aja aku kepleset dikamar mandi. Untung aja tanganku cepat meraih kenop pintu kamar mandi.
Aku berfikir, kapan coba aku bisa jadi muslimah sejati? Nggak pecicilan dan kalem. Aku pengen banget jadi muslimah sejati yang kalem dan tenang. Ya walaupun susah seenggaknya aku mau berusaha jadi sedikit tenang.
Setelah aku selesai shalat subuh dan mandi pagi. Aku langsung pergi menyapu rumah dan mengepel ruangan. Lalu aku berjalan ke halaman samping.
Sungguh, untung saja aku tidak melewatkan ini. Ternyata udara kalau pagi diluar rumah ini sangat segar.
"MasyaAllah segarnya udara-Mu ya Allah."
Embun embun pagi melekat diwajahku yang menambahkan kesan sejuk dan segar. Aku pun kembali menyapu halaman, dan dengan nafas yang sedikit terengah engah karena lelah. Aku berjalan pelan ke halaman depan, sekalian mengecek keadaan mobilku.
"BAAA!"
"AAAA!!"
Kejut seseorang dari halaman depan, membuatku menjerit keras dan langsung menutup mulutku sendiri.
Setelah sadar siapa yang menjahili ku, aku langsung menjelingkan mata kearahnya.
"Kak Byan!" bentakku, aku langsung melayangkan batang sapu ketubuhnya dan memukul berkali kali tubuh Kak Byan. Bisa bisa nya dia menjahiliku pagi pagi buta begini.
"Nih rasain! Dasar jahil."
"Aduh.. Sakit hey!" jerit kak Byan ia mencoba menutupi kepala dan lengan nya, "Eh, saya kesini karena ada amanah ya."
Mendengar perkataan kak Byan aku langsung menghentikan aksi memukuli nya. Aku penasaran dengan amanah yang ia bawa.
"Amanah apa?" tanyaku penuh teliti."Umi-"
"Asy! Apaan itu ribut ribut diluar?"
Baru saja kak Byan ingin bicara, tapi panggilan nenek Alya langsung memotong perkataan kak Byan.
Untung saja kali ini otakku cepat merespon. Aku ingat kalau nenek sangat membenci kak Abyan. Aku langsung memberi isyarat ke kak Byan untuk diam. Dan dengan cepat aku menggiringnya masuk kedalam rumah dari pintu depan. Kak Byan hanya mengikut saja walau aku sudah lihat ekspresi kesal dari wajahnya.
Aku dan kak Byan semakin mempercepat langkah kami untuk masuk ke dalam rumah. Tapi, kelakuan kak Abyan barusan bisa saja membuat kami berdua ketahuan nenek Alya. Bagaimana nggak hampir ketahuan? Pas nenek Alya hampir sampai di halaman depan, Kak Byan malah mau keluar.
"Ngapain sih pake sembunyi kayak gini segala? Lebay." ucapnya sambil melangkah kan kaki ingin keluar dan menemui nenek Alya, namun langsung ku tarik ujung bajunya dan membungkam mulut nya dengan ujung sapu. Dan ekspresi terkejut kak Byan membuatku menahan tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASYSENJA
SpiritualAsysenja, 20 tahun. Seorang wanita lugu, cerewet, kekanak kanakan, manja dan keras kepala. Dihadapkan dengan banyak masalah yang baru ia hadapi seumur hidup. Masalah itu datang dari Abah-nya sendiri. Eits, tapi jangan salah paham dulu ya dengan mas...