Sudah hampir 3 bulan aku di sekolah ini. Keadaan kelas tidak jauh berbeda. Hanya saja teman-teman kelas kini makin akrab.
Aku juga sudah mulai curhat dengan teman sebangkuku, Elsa, tentang hal-hal yang cukup pribadi. Misalnya, saat Elsa menyukai Eza. Aku menebaknya dengan benar.
Bagaimana mungkin aku tidak tahu jika Elsa menyukai Eza. Setiap hari saja Elsa selalu berusaha mendekatinya, pura-pura ingin menanyakan sesuatu padanya. Aku tahu itu dan sempat sakit hati karenanya.
Elsa sering menceritakan Eza. Mereka juga sudah mulai chat pribadi di WhatsApp. Saat pertama kali mengetahui itu, jujur aku sakit hati. Ingin rasanya aku marah pada Elsa, tapi aku siapa? Toh juga Eza menanggapinya. Aku hanya membiarkan luka ini terpendam. Biarlah, aku tidak dendam pada mereka.
___
Waktu itu, aku lebih memilih pergi untuk makan sesuatu, ini dia Icha, yang jika moodnya hancur pasti melampiaskan pada makanan.
Saat itu kita bertemu di koperasi, kau tersenyum padaku. "Traktir ya," katamu meledekku.
Dan aku rasanya entahlah, aku tidak mengomel seperti yang kulakukan biasanya pada anak-anak yang berkata demikian padaku. Aku justru senang saat kau mengatakannya. "Ambil aja" itu kalimat yang ku gunakan untuk membalasmu, kau tersenyum lagi.
Oh astaga, kau manis sekali saat itu.
"Ya ampun, gue bercanda kali," katamu mengembalikan minuman yang tadi sudah kau ambil. Aku bergeleng kepala, "Udah, ambil aja,"
"Eh, ngga usah." Katamu mengelak, aku menanggapi santai, "Jangan nolak, beneran deh, ambil aja. Lagi baik nih gue,"
Dan akhirnya kau menerimanya. Kau tahu Nan? Hari itu aku merasa senang. Entah kenapa rasanya kau adalah pengubah moodku yang sempat hancur karena Eza dan Elsa.
Mungkinkah aku menyukaimu?
***
Aku suka kamu ngga ya Nan. Hehe..
Read, vote, komennya guys...
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Kau [END]
Teen FictionKalau cinta ini selamanya tak bisa tersampaikan, maka biarlah! Kurasa aku akan terbiasa dengan rasa sakitnya "cinta diam-diam." On Going juga : Jangan Hujan -nb : cover sources by pinterest