Siang ini, aku, Riza, dan Rara tidak ke kantin seperti biasanya. Kami sedang memata-matai murid baru di kelas. Iya, si Alan-Alan itu. Kami bertiga ribut dari tadi soal siapa yang akan memulai percakapan dan meminta berkenalan lebih dulu.
Rara melirikku, "Elo deh, Cha. Kan lo tuh yang butuh info soal Nanda,"
"Justru karena itu makanya jangan gue ogeb," kataku kesal.
Rara ganti menyikut Riza dan berbisik pelan, "Lo dulu deh Riz, kan lo jago tuh urusan sok kenal gitu."
Riza melotot, menoyor kepala Rara. Rara yang kesakitan malah jadi mencibir, "Lah, apa susahnya sih, kenalan doang juga!" Katanya sambil menggebrak meja, membuat sisa-sisa manusia yang ada di kelas menoleh.
Rara acuh, dia berjalan menuju tempat duduk Alanda dan Veni penuh pesona. Seolah ada bidadari cantik berjalan di karpet merah dengan perfect lighting yang menghentikan waktu. Alay haha.
Rara mengembangkan senyum termanisnya, menunjukkan dua gigi kelinci imut disana. Si murid baru terlihat membalas senyum padanya, membuatku dan Riza jadi melongo karena senyumnya itu gula banget deh, sungguh.
Aku menatap Riza, "Riz, manis banget anjir,"
"Iya, Cha. Diabetes gue,"
Aku menghembuskan napas pelan, mengingat si murid baru yang manisnya kebangetan, si Enji yang cantiknya na'udzubillah, kamu yang punya gaya kece badai menawan. Dan aku? Aku mah apa? Ampas.
"Woy, ngalamun aja lo!" Rara dan Alanda si murid baru sudah ada di depanku dan Riza.
Hebat Rara. PDKT-nya lancar.
"Hai," Alanda menjulurkan tangannya. Kami mulai berkenalan.
"Gue Ich--"
"Gue Arvas Fariza, panggilnya Riza aja titik. Alamat rumah, Perum Garuda nomor 331. No hape 08156--, eh berapa lanjutannya ya lupa?" Riza sudah nyerocos bak kereta api. Dasar bocah.
Alanda hanya tersenyum, kemudian menatapku.
"Gue Icha, Alisha Ariyami Juna." Kataku mencoba mengembangkan senyum yang justru terlihat kaku mungkin.
Dia membalas senyumku penuh arti. Entahlah, penuh arti itu maksudnya apa?
"Jadi, dateng ke rumah gue ya besok malam, jam 07:30," katanya menjulurkan tiga buah amplop kecil warna warni, disana tertulis 'welcome party'. Kami bertiga mengangguk pelan mengiyakan.
"Eh, ada apaan nih! Ada pesta bikini gue ngga diajak-ajak." Suheru yang baru saja kembali dari kantin langsung nimbrung tak jelas. Ada kamu juga disampingnya menatap Alanda sekilas sebelum kembali ke tempat duduk.
Rara menjitak kepala Suheru, "Mulut kau yaaa!"
Dan bukannya kesakitan, Rara dan Suheru malah jadi tatap-tatapan. Suheru mulai melancarkan mantra-mantra buaya andalannya, "Aw, atit pala gue, Ra. Tapi nagih deh beneran."
Suheru nyengir tak karuan, tampang playboy-nya langsung merekah. Rara tak bisa berkutik, dia jadi bungkam.
"Elah, bodo amat sih, Suheru bin Bapak Slamet mending minggir jauh-jauh deh sana!" Riza mendorong Suheru kebelakang dan reaksi Suheru sama saja, "Riza jangan galak-galak sama abang deh,"
Aku dari tadi menatap gerak-gerik Suheru jadi dapat bomnya juga, "Icha kalo sayang bilang aja deh, ngga usah natap diem-diem gitu. Abang peka ko tenang,"
Lah? Jiji woy!
Mataku beralih padamu, berharap ada reaksi darimu saat ada yang menggangguku. Dan tentu saja, hasilnya nihil. Aku tersenyum miris, tak sadar bahwa sedari tadi ada yang memperhatikanku.
Alanda menjulurkan dua lagi amplop warna-warni itu pada Suheru, membuatku mengernyit. Dua?
"Yes, dikasih bidadari cantik asekk," Suheru melompat-lompat tak karuan.
"Nanda jangan lupa," Alanda mengatakan itu sebelum Suheru menjauh.
Nanda, ya?
"Woy!" Seseorang menepuk punggungku dari belakang. Bryan.
"Apa sih kadal brutal?!" Kataku kesal. Kenapa juga dia jadi sok akrab?
"Ke partynya bareng gue ya?"
Ha?!!
***
Akhirnya pub juga.. lama banget habis PAT nih baru bisa pub lagi. Jgn lupa vomment nya kaa......
Covernya lucu banget, makasih buat Isauraanezka :)))))
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Kau [END]
Fiksi RemajaKalau cinta ini selamanya tak bisa tersampaikan, maka biarlah! Kurasa aku akan terbiasa dengan rasa sakitnya "cinta diam-diam." On Going juga : Jangan Hujan -nb : cover sources by pinterest