Yananda Praditya

52 8 2
                                    

Oh itu.

Tanggapan pertamaku saat kutahu namamu dari Elsa dulu. Ya, Nan. Hanya sebatas, 'Oh itu'.

Dan sekarang bohong jika ada yang tanya apa kusuka kau lalu aku menjawab tidak.

Duh, Nan. Kamu ngegemesin.

Kamu di mataku lebih dari sekedar atlet renang, Nan. Lebih dari seorang yang peringkatnya dua puluh atau kadang tiga puluh kebawah di kelas. Kamu spesial.

Kamu beda, Nan.

Kamu adalah magic yang punya efek besar dihariku. Hidupku banyak berubah setelah kau datang. Jauh lebih seru.

Kau suka air kan? Dan itu jadi alasanku suka hujan. Nan, aku suka hujan karenamu. Karena kau juga menyukainya.

Ribuan tetes kecil yang menggema itu pernah berbisik padaku tentang kau. Mereka bilang, 'Matamu memanggil' dan aku setuju saja.

Mereka berhak tahu seperti apa kau di mataku, Nan. Maka, biarkan aku menceritakanmu sedikit disini. Aku janji, hanya sedikit.

___

Kalau harus menemukan padanan kata dari 'Nanda', maka akan kujawab humoris.

Kau memang bukan lelucon, tapi aku suka menertawakanmu. Ya, anggap saja aku jahat disini. Tapi niatku tidak demikian, aku ingin memperhatikanmu-secara intens.

Kamu itu tinggi parah, kulitmu coklat langsat khas terbakar matahari dengan dada bidang. Rambutmu, ya sudah kukatakan diawal, macam Tae Woon.

Jika Riza punya manik coklat yang legam, kau lain lagi. Kau punya manik hitam yang meneduhkan. Matamu bulat sempurna dengan kelopak sama indahnya. Bibirmu, em, aku lebih suka saat melihat bibir itu mengelung senyum.

Kau punya rahang tegas yang terlihat dingin. Dan yang paling kusuka darimu itu deretan gigi putih yang selalu kau tampakan saat tersenyum, Nan. Itu pemandangan yang menyenangkan.

Keluargamu, aku tak tahu banyak. Aku hanya sekedar tahu nama dan alamat kompleksmu yang entahlah nomor berapa itu, tak tahu pasti.

___

Cobalah, Nan. Sekali saja perhatikan aku. Aku sudah lama mengharapkannya.

Jika kau tanya padaku, jujur aku sudah lelah mengintaimu begini. Delapan bulan aku bersandiwara, menutupi rasa yang sebenarnya sudah tak sanggup lagi kusamarkan.

Jika memang ini tak terbalas, aku akan tenggelam bersama rindu yang tak pernah tersampaikan.

Tapi, belum berakhir Nan. Kabar baiknya, aku belum menyerah.

Aku masih mau berdiri disini, menunggumu. Aku masih mau kokoh di garis ini, melihat yang lain tumbang dan beberapa baru mulai berjuang untukmu.

Dan kabar samar yang kudengar di hari itu.

'Nanda, jadian sama Enji'

Kabar itu, Nan.

Katakan bahwa itu tak benar. Kumohon.

***

Jangan jadian dulu, Nan. Ini loh akunya gimana ini?????? Elahh

Vote commentnya guys, doain juga biar mereka gak jadian :(

Oiya, Enji itu siapa? Ntar aku kasih tau ko tenang aja.

Setelah Kau [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang