Setelah Kau (Datang)

28 8 0
                                    

Kamis. Sungguh, aku tidak ingin menangis.


Begitulah noteku pagi ini. Seperti yang Rara pernah katakan dulu, aku suka menulis note dimanapun dan tentang hal apapun. Seperti salah satunya 'ngode' dia yang hanya bisa kuungkap lewat note macam ini.

Hari ini aku tidak ingin hal buruk apapun terjadi. Apalagi soal Bryan, aku merasa benar-benar harus menjauhinya mulai sekarang. Walau secara teknis aku juga tidak pernah mendekatinya.

Pelipisku berdenyut kecil meninggalkan sisa rasa pening sehabis menangis kemarin. Dan aku jadi teringat sesuatu soal Rara, dia bilang dia ingin menceritakan hot news. Aku jadi cepat-cepat mengecek ponsel.

"Sial, mati. Pasti gara-gara nggak dicas semalem." Aku menggerutu sendiri dalam hati. "Dasar Bryan, musnah aja gih!" Sambungku lagi masih kesal.

Belum habis rasa penasaranku, Mama sudah meneriakiku agar bergegas. Dan aku hanya menurut saja.



_____________Setelah Kau_____________

Setelah kau (datang)
Pelangiku berhamburan
Tak tentu arah menikam

Setelah kau (datang)
Duniaku mendadak terang
Tanpa siap tanpa segan

Kau jangan pergi
Aku tidak sanggup.

Selesai menulis, aku menyandarkan kepalaku di tembok. Hari ini aku datang lebih cepat dari siapapun, belum ada orang di kelas.

Aku kembali terfokus, meneliti kata-perkata bait tadi. Jangan sampai ada yang paham untuk siapa sajak ini.

"Woy!" Seseorang mengejutkanku dari ambang pintu kelas. Sekilas aku menoleh, oh Elsa. Dia segera berlari kecil menghampiriku.

"Napa lu? Diem-diem bae?" Katanya sembari mengintip secarik sajak yang baru kutulis dilembar buku kecil. Itu buku diary yang baru kubeli minggu lalu di toko buku dekat sekolah.

Aku hanya tersenyum menanggapi, sedikit tidak peduli, sedikit lagi menahan malu hati.

"Galau terus, Cha?" Elsa menyelidik, kini mengambil alih buku kecil bersampul bulan sabit itu, membaca sampai tuntas. Aku kembali tersenyum.

Dan senyumku berubah jadi nyengir lebar sekarang. Rara sudah terlihat memasuki area kelas. Tapi, sebelum sempat lari memeluk si pipi gembul itu, Rara buru-buru membuang muka. Kembali keluar kelas. Mungkin dia marah.

"Bentar ya El," kataku cepat mengekor Rara. "Jangan dipelototin terus buku gue. Tar salting," aku menambahi sambil sedikit berlari kecil sekarang. Elsa hanya melongo mendengar ucapanku barusan.

Mataku menyelidik.

Dimana Rara? Baru keluar udah ngilang aja tuh bocah.

Si pipi gembul itu ternyata sedang memandangi papan mading sekolah. Disana tercantum 'Lomba Menulis Kana'. Sejak SMP, Rara memang suka sekali dengan hal-hal berbau Jepang.

Dulu saat pertama kali berkenalan, dia sangat heboh karena mengira aku adalah seorang blasteran Jepang. Memang namaku segitu Jepangnya ya?

Alisha Ariyami Juna. Kurasa biasa saja.

"Ra?" Aku mencoba membuyarkan lamunan gadis tinggi berpipi chubby menggembul itu. Sepertinya dia benar-benar sedang larut dengan imajinasinya soal Jepang sekarang.

Dia menoleh sekilas, memanyunkan bibir kecilnya yang seperti hampir tenggelam oleh pipi. Tidak peduli.

"Raaa,"

"Bodoamat gue marah," katanya sambil memicingkan mata sipitnya yang comel.

Dasar aneh, temanku ini memang tidak ada yang waras apa ya? Sampai marah aja harus bilang-bilang dulu.

"Salah sapa gak mau nunggu chat gue. Kalo mau tau, tunggu aja noh si dugong beranak dateng," lanjutnya sambil tetap memandangi mading tak bergeming.

Dan aku hanya pasrah saja.

Icha selalu salah.

***

Hot newsnya apaan sih Raaa? Di part berikutnya author bakal jelasin tokoh Rara dulu yaa...kasian dia belum dijelasin banyak.

Btw votmentnya guys..... ♡♡♡♡

Setelah Kau [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang