28. Dua Kubu

19 5 3
                                    

Hari ini Selasa, kemarin aku tidak berangkat sekolah karena demam. Hujan Minggu itu membuat kepalaku pening. Riza dan Rara sudah menjengukku, memarahiku tak ada ampun. Alanda? Aku tidak tahu dia dimana.

"Minggu ini kita nggak bisa main bareng dong," kata Rara sambil terus mengunyah kebab favoritnya. Aku dan Rara berada di kantin pagi-pagi sekali, sarapan.

Aku mengernyitkan dahi, "Kenapa?"

"Oh my hani switi berbi yang syantik manjah, lo lupa ya? Minggu depan ulangan akhir semester kenaikan kelas beb,"

Aku menggaruk kepala yang tidak gatal, baru ingat.

"Riza mana sih?" Mata Rara menyelidik sekitar, sekolah masih sepi. "Riz, sini!" Teriak Rara begitu menemukan orang yang dicarinya.

Alanda bersamanya? Oh mampus, bagaimana aku harus bersikap?

Mereka berlarian kecil ke arah kami. Alanda duduk persis di depanku, tersenyum lebar sambil memeriksa dahiku dengan telapak tangannya. Memastikan demamku itu sudah sepenuhnya hilang.

"Sorry, kemaren nggak bisa njengukin. Ada les privat soalnya."

Aku mengangguk. Kemudian menunduk, menyendok pelan bubur putih yang dari tadi hanya kutatap, pahit.

"Gaes, berhubung gue udah percaya sama kalian. Gue mau cerita tentang doi nih," Alanda memulai pembicaraan. Hatiku ngilu mendengarnya. Apa yang dia maksud Nanda?

"Jadi, sebenernya gue punya pacar," kata Alanda mantap, dia membenarkan posisi duduknya.

"WAH SIDANG NIH! NGGAK BILANG-BILANG!" Riza memukul meja, kemudian tertawa.

Rara masih sibuk mengunyah kebab, no comment.

Alanda ikut tertawa, kemudian diam. Raut wajahnya berubah sedih, "Tapi kemaren minggu putus,"

Diam sejenak, kemudian dia melanjutkan kalimatnya, "Sebenernya gue sama Nanda ju-"

"Gue duluan ya," kataku cepat memotong kalimat Alanda. Rara yang sebal kebabnya belum tuntas langsung mengejarku, mengerti. Riza menatap kepergianku dan Rara, berpamitan pada Alanda, ikut mengejar. Sementara Alanda nampak bingung disana, dia hanya menatap kepergian kami.

-

"Lo kenapa sih bro?!" Riza mengomeliku di kamar mandi baru favorit kami.

Aku diam, memandangi cermin besar di depan, wajahku nampak kusut.

Riza menatapku lagi, "Seenggaknya biarin Alan njelasin masalahnya, Cha."

"Jangan maksa dong, Riz. Icha juga perlu waktu kali," Rara kini maju membelaku yang terpojok.

Riza menatapku dan Rara datar, terlihat jelas dia kesal karena Rara justru membelaku.

"Mau lo apa sekarang?!" Nada Riza meninggi.

Rara maju lagi, badannya yang tinggi terlihat menantang, "Nggak usah ngegas kali!"

Nyali Riza menciut, "Gue salah milih temen," dia balik badan, pergi meninggalkanku dan Rara.

Aku yang melihat kepergiannya hanya bisa menangis.

"Ra," kataku lirih.

Rara memandangku sayang, dia memelukku erat.

"Ini salah gue," kataku lagi. Rara masih diam, sepertinya dia menyesali kalimatnya barusan.

"Maaf," pintaku sekali lagi, sebelum akhirnya Rara jadi ikutan menangis.

Rusak, kami jadi dua kubu sekarang.

***

Fix, because part ini pendek. So, ini lagsung double update sama part sebelumnya. Btw, semoga sigung sqwd cepet baikan. Aamiin.

Setelah Kau [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang