31. Well, Abe!

16 6 0
                                    

Waktu itu perihal paling egois,
Tidak pernah mau mengalah meski sebentar,
Ia tetap melaju, meninggalkan setiap detik di belakangnya,
tanpa peduli

Tak terasa 1 tahun telah berlalu begitu cepat. Kami naik kelas 11. Dengan semangat baru, kelas baru, teman-teman baru, dan harapan yang baru. Semoga.

Sayangnya, sigung nakal terpisah. Masing-masing di kelas yang berbeda. Aku ipa 1, Riza ipa 2, Rara dan Alan ipa 3. Menyisakan kenangan saja di kelas 10 lalu.

Oh, aku sekelas lagi dengan Suheru. Mampus!

Mataku terus fokus menelusuri satu-persatu nama siswa di mading pengumuman. Nanda, Nanda, Nanda, ah ketemu. 11 ipa 3. Yah, tidak buruk. Selisih satu kelas.

Bibirku refleks membentuk senyum saat itu.

"Ngapain senyum-senyum lo? Kesurupan?" Oh my... Nanda disebelahku? Sejak kapan?

Dia berlalu setelahnya, meninggalkanku sendiri yang sudah kehilangan kata.

"Ichaaaaaa, kita nggak sekelas masa?" Teriak Riza histeris berlarian ke arahku. Aku mengibaskan tangan tidak berniat menanggapi.

"Rara sama Alan curang! Ngapain mereka sekelas coba!" Rengeknya lagi, tidak peduli berpuluh pasang mata menatapnya intens, separuh berpikiran 'aduh cantiknya' separuh lagi beranggapan 'alay' sepertinya.

"Diem lu dugong, udah gede jangan mewek," kataku sambil mencubit pipinya yang tirus itu.

"Tau gitu gue pindah ke sekolah Abe aja ya yang kelasnya nggak dituker-tuker tiap tahun" Sekarang dia sibuk sendiri mencatat nama-nama teman sekelasnya.

Tunggu. Abe? Siapa Abe?

Riza refleks menutup bibir saat itu, membuatku semakin mengernyitkan dahi. Ini siapa lagi coba?

***

"Lah nggak seru lo! Ngga ada kabar!" Rara bersungut-sungut sebal. Hari pertama masuk sekolah ini benar-benar tak terduga. Riza sudah memiliki gebetan baru. Oh astaga, sejak kapan? Dan itu anak sekolah lain pula.

"Ketauan kan nggak apdet soal gue ih!" Riza balas sebal.

"Dulu pas awal-awal bikin 'cerita' ini kan udah pernah dibilangin. Riza jarang suka ke orang, sekali suka eh nyabang." Lanjutnya

Aku dan Rara. Benar juga, aku sendiri bahkan yang menulisnya. Bagaimana aku lupa? Dia suka Adnan dan pria misteriusnya.

"Siapa?" Alan bingung, dia dulu belum hadir diantara kita.

"Abe, Al, terimutttt 2018!" Komentar Riza semangat.

Aku menjitak kepalanya gemas, "Ya maksudnya Abe sapa? Sekolah mana? Kenal dari mana? Anaknya sapa? Hobinya apa? Ah lu mah!" Tanyaku beruntun.

Riza mulai menjelaskan. Aku, Rara, dan Alan mendengarnya antusias.

Baiklah, disini biar aku yang menceritakannya pada kalian. Seperti kisah yang dulu-dulu. Tak adil jika tidak, kan?

Namanya Abe, oh bukan, Abimayu Dewanata sebenarnya. Absurd, kaya nama wayang. Ya, itulah selera Riza, absurd, gaje, dan semacamnya.

Tapi tak apa, terlepas dari itu semua, dia cukup ganteng. Oh tidak, ganteng banget malahan. Putih bersih, tinggi, dan lesung pipit. Kata Riza sih. Hm, seperti apa ya aslinya? Aku ingin melihatnya langsung. Eh, tapi tenang Nan. Kamu nggak tergantikan, hehe.

Darimana Riza mengenalnya? Ceritanya absurd juga. Begini, liburan tahun lalu mereka bertemu di Jogja. Entah apa rencana Tuhan, secara tidak sengaja, travel bag mereka tertukar, mereka jadi sibuk memutari bandara hingga akhirnya ketemu juga, jadilah mereka saling berkenalan. Hanya sebatas nama saja sih. Saat itu Riza cukup suka dengan muka blasterannya, catat, cukup. Cewek batu mah dikasih yang ganteng malah nolak!

Lalu tahun ini, semester lalu Riza dan keluarganya berlibur ke Bali. Cukup lama, sekitar 2 minggu.

Sabtu sore itu, semilir pantai di Jimbaran, sunset yang merekah di langitnya, hidangan seafood yang menggugah selera sepertinya terkalahkan oleh seorang pemuda tampan yang duduk di pinggiran pantai, menatap ombak.

Pemuda itu santai saja memakai kaos putih dan celana kain coklat susu selutut. Kacamata hitam dan ukulelenya memperjelas kharisma natural dalam dirinya.

Sore itu, dia duduk sendiri sambil menyanyi lagu "Selow" yang ternyata adalah lagu kesukaan Riza, ia telah membuat dunia Riza 180 derajat berbeda. Adnan yang sempat membuatnya patah hati sepertinya telah ia lupakan detik ini juga.

Dengan mantap Riza menghampiri pemuda itu. Laki-laki itu tidak kaget, pun tak mengusir. Justru menambah semangat menyanyikan lagunya. Oh, rupanya ia masih ingat Riza, nampak jelas jika ia tak terganggu. Riza yang terhipnotis oleh pesonanya ikut bernyanyi. Belum menyadari siapa dia.

Satu lagu selesai, lanjut perkenalan. Yang Riza tahu, dia adalah Abimayu, bukan orang bali, Jogja lebih tepatnya. Ia ingat sekarang, tahun lalu di bandara. Iya, itu dia. Orang yang sempat 'terlintas' di pikiran.

Mereka sempat bertukar nomor, bertukar cerita, juga pengalaman pribadi selama 2 minggunya di Bali. Riza merasa sudah kembali menemukan semangat hidupnya. Juga berdoa agar kali ini tak salah memilih.

"LDR-an dong?" Alan menanggapi.

"Gue nggak pacaran Joniiii,"

"Bisa kek jodoh gitu liburan bareng terus," Rara semangat.

"Jodo pasti bertemu" Aku mengangguk senang. Rara juga.

Tapi Riza tidak, ia sekarang murung. Mungkin merindukannya?

"Gaes..."

Kami sudah menatapnya cemas, takut ia teringat pujaan hatinya itu.








"Gue laper!" Katanya merengek. Membuat kami yang tadinya simpati malah jadi jengkel. Dasar maniak! Aku kira kenapa!

***

A/n : kapan tamat ya...

Setelah Kau [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang