Rindu
Hai, senja.
Kapan pelangimu muncul?
Aku merindukannya.Jika katanya rindu itu berat
Maka biarkan aku tenggelam didalamnya
Takkan ku biarkan rindu ini membebanimuHai, fajar
Kapan mentarimu terbit?
Aku tak sabar menyapanyaTitipkan kisah ini pada mereka
Bahwa rinduku
Tak pernah tersampaikan_______________________________________
Mana perhatianmu kemarin?
Ugh, aku hampir tidak percaya kaulah orang yang menanyai kabarku kemarin, kamulah orang yang meminta maaf demi sepupumu untukku.
Lihatlah kau sekarang, duduk santai dengan tatapan yang berubah dari teduh jadi dingin saat melihatku tersenyum padamu. Cih, sok cool banget. Untung aku sayang, eh.
Nanda, kamu ngga tau seberapa oleng aku karena hal itu kan? Kamu harusnya tanggung jawab karena sudah membuat baper anak orang. Tau sendirikan hatiku lemah, ih.
Masih diam-diam menatapmu, tiba-tiba seseorang menepuk bahuku dari belakang yang sontak membuat aku menoleh.
Bryan.
Aku menatapnya tajam, "Apa lo?!"
Sans Chaa... Inget, dia sepupunya Nanda.
Dia mendekatkan kepalanya padaku, kemudian menunduk dengan wajah menyendu, "Maaf," kata-katanya menamparku telak. Aku ternganga mendengar kata itu. Heh, ini Bryan yang marah-marah padaku kemarin? Bryan yang memakiku kemarin? Yakin, mau minta maaf? Cih.
"Nggak usah sok manis!" Kataku pergi meninggalkannya. Tapi sebelum sempat, tangannya meraih lengan kananku. Membuatku tertahan dan berbalik lagi padanya, "Gak usah modus, anjir."
Dia segera melepas tanganku saat teman-teman kelas mulai memandang kami--dengan tatapan menghujat.
Gila.
"Diem gaes, ada dua sejoli yang lagi berantem," Suheru, si chairmate-mu mengompori, membuatmu jadi menoleh menatapku dengan tatapan tak terbaca.
Ah, perusak.
Belum membaik keruh suasana kelas, Bryan menambah kacau dengan memberi pengumuman mencengangkan.
"WOY, GAES DENGERIN GUE. DI DEPAN LU SEMUA SEBAGAI SAKSI. GUE MINTA MAAF KE ICHA SETULUS HATI."
Boom!
Refleks anak kelas menyoraki dan bertepuk tangan.
Cih, brengsek.
Rara memberiku kode untuk segera menepi.
"MUSNAH AJA LU!" Riza angkat suara kini membalas Bryan yang sok gentle tadi. Padahal, kemarin saja dia marah-marah tak jelas padaku saat tak ada orang.
"EMANG, COWOK KALO NGGAK BRENGSEK YA BEGO YA!" Kataku dingin menggebrak meja, melirik si Suheru dengan tatapan memaki.
"Lah, ngapa ngliriknya ke gue mbak?" Suheru menimpali dengan wajah sok suci seolah tak ada dosa.
Aku menatapnya tajam, mendecih, lalu pergi meninggalkan kelas, diikuti Rara dan Riza.
Sebelum pergi aku sempat mendengar Suheru mengumpat, 'Anjir titisan nenek gorila ngamuk, gue takut' katanya.
Dasar bocah. Gue pecat jadi temen sebangku Nanda baru tau rasa dia.
Parah.
***
Sebenernya si Suheru ini bocah apaan siyaa sampe berani ngata-ngatain Ichaa ih dasar.
Ini udah update, readers yang nunggu bisa langsung baca yaa...
Kalo banyak typo, atau salah penggunaan eyd mohon dimaafkan.
Votmentnya jangan lupa. Jangan jadi stalker juga ya hehe...
Salam - Juna

KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Kau [END]
Ficção AdolescenteKalau cinta ini selamanya tak bisa tersampaikan, maka biarlah! Kurasa aku akan terbiasa dengan rasa sakitnya "cinta diam-diam." On Going juga : Jangan Hujan -nb : cover sources by pinterest