26. Girls Time

18 4 0
                                    

Kami naik mobil milik bundanya Alanda. Menyusuri jalanan malam yang gelap, kemilau lampu kota tampak redup. Seredup wajah-wajah kami sekarang.

FYI, party tadi dibubarkan setelah doa-doa singkat untuk Alanda.

Alanda menatap kami prihatin, "Gaes! Senyum dong!! Ini kan girls time,"

Kami mengangguk serempak. Benar, sudah waktunya kami melupakan yang menyedihkan itu. Bukankah hidup hanya sekali? Bukankah masa muda harus jadi momen terbaik? Ya, kami akan melakukannya.

"Mau kemana kita gaes?" Alanda bertanya antusias.

"Bintang 3? Bintang 5? Bintang 7?" Riza menyahut spontan. Dia sedang membicarakan hotel.

"Heh lo anak dibawah umur diem lo!" Timpalku galak.

"Mancay Riz, bintang 7!!" Jawab Rara mengepalkan tinju.

"Obat sakit kepala dong," Aku menyahut gemas. Kami tertawa lepas.

"Emang mau ngapain di hotel?" Tanya Alanda polos. Tawa kami terhenti.

Rara nyengir lebar, "Ngemis tuh depan hotel."

Kami tertawa lagi. Hilang sudah semua rasa menyesakkan tadi. Ya, tentu saja itu hanya humor yang tidak betulan akan kami lakukan.

"Mall aja yuk!" Rara memberi ide.

"Jam segini?" Riza menunjuk jam tangannya. Kami lupa, ini sudah hampir tengah malam.

"Ah! Gue tau!" Aku menunjuk minimarket yang tadi kami lewati. Mobil berhenti, kami berlarian kecil menuju supermarket tadi. Kenapa harus berlari? Tentu saja apa yang akan kami lakukukan ada hubungannya dengan waktu.

"Mba, ada kertas lipat?" Pelayan minimarket itu mengangguk menunjuk benda yang kuminta tadi. Rara, Riza, dan Alanda yang bingung memilih duduk di depan minimarket. Ada kursi-kursi kosong dan meja melingkar di sana, sengaja untuk pengunjung.

Aku menyusul mereka. Menyodorkan kertas lipat satu bungkus, empat es krim, dan bolpoint hitam.

"Buat apa?" Riza bingung. Alanda dan Rara mengamini.

Aku menunjuk jam di layar hape, 11:01 malam.

Rara dan Riza tersenyum, Alanda masih bingung.

Aku tersenyum dengan sukarela menjelaskan. "Make a wish, babe. 11:11 can  make your dreams come true."

Alanda yang semula bingung jadi tersenyum, dia tahu cerita 11:11 rupanya.

Kami menuliskan wish di kertas, lalu melipat kertas itu menjadi bentuk burung.

Harapan kami apa? Oh rahasia. Dan semoga terselip nama kalian diantaranya.

11:11, dimana rata-rata orang normal sudah tidur.

11:11 saat orang yang kami doakan mungkin sudah terlelap.

11:11, kami berdoa. Masing-masing berbeda. Namun, jauh di lubuk hati terdalam kami saling mendoakan.

Agar persahabatan kami kekal, agar rasa sayang diantara kami selalu tumbuh, agar kami tidak pernah saling membenci. Dan, agar kami selalu tersenyum.

Kami saling pandang, melempar senyum, berpelukan hangat. Kalian sahabat terbaik yang pernah ada! Terima kasih!

11:11, hanya mitos mungkin. Tapi atas dasar percaya pada Pencipta, hal itu tidak jadi masalah. Kami senang melakukannya.

Setelah itu, kami makan es krim bersama. Menikmatinya sambil memandang bintang-bintang di langit. Ya, siapa tahu ada bintang jatuh gitu kan bisa main 'make a wish' lagi.

Sopir pribadi Alanda juga masih setia menunggu kami. Syukurlah, abang-abang itu tidak jengkel karena kami berlama-lama disini.

Lantas tengah malam kami pulang ke rumah masing-masing. Mengucap terima kasih karena Alanda sudah bersedia mengantar. Aku tersenyum lagi. "Sure, thanks for today,"

Alanda melambaikan tangan, balas tersenyum, "Gue yang harusnya makasih sama lo, Chaa." Mobilnya menjauh, aku masih menatapnya sampai hilang di persimpangan.

Girls time completed!

***

Maaf karena episodenya amat pendek. Salam dari sigung sqwd!

Setelah Kau [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang