Mendadak Galau

71 9 4
                                    

Sekembali dari kantin aku hanya duduk diam sendiri di bangkuku. Elsa sudah ngeluyur entah kemana bersama Rinrin dan Vidia.

Dasar kang ngelayap. Gumamku lirih.

Riza dan Rara juga sama-sama duduk diam di bangku mereka. Tak ada yang saling bicara. Aku berusaha mendekati mereka, namun urung karena Dani tiba-tiba meminjam buku catatanku yang entah pelajaran apa, aku sudah lupa.

Rara dari jauh memberi kode padaku, dia memutar bola matanya kearah Riza.

Oh, hanya Riza saja yang ngambek.

Akhirnya, kuputuskan menghampiri mereka. Riza masih membenamkan wajah di mejanya. Sementara aku masih diam, bingung hendak memulai percakapan apa.

Ehm.

Rara berdehem membuat aku dan Riza jadi sama-sama menoleh padanya. Pandanganku dan Riza jadi bertemu.

Belum sempat berkata apapun, Riza tiba-tiba jadi merengek tak jelas, "Aaa, gue galau!" Katanya sambil menendang-nendang kursi Rara.

Aku dan Rara diam seketika. Bingung melihat tingkah aneh sahabat kami ini.

"Lo marah Riz?" Aku yang mulai gemas jadi angkat suara, menanyakan hal yang membuat Riza melotot padaku.

"Yakali. Apa gue pernah marah sama lo?" Ucapannya itu jelas-jelas membuatku ternganga.

Fix. Sok banget ya.

"Lah lo gitu. Gue jadi bingung, nyet," Rara jadi mengumpat.

"Ah, geble lo pada ah. Gue lagi jatuh cinta nih," Riza meremas kertas dihadapannya gemas, padahal itu hasil ulangan matematika Rara kemarin yang belum sempat dibawa pulang.

Aku dan Rara refleks menoleh, saling tatap.

Hah?

Rara makin terkejut saat sadar kertas ulangannya sudah babak belur di tangan Riza, "Btw ya, Riz. Itu kertas ulangan gue napa lo remes-remes anjir!"

Dan aku jadi tertawa melihat Rara memerah.

"Dasar lo ah, kompor mbledug sama setrikaan nggak ada yang bisa fokus apa hah?" Riza menendang kursi Rara sekali lagi. Dia benar-benar frustasi sekarang karena sahabatnya ini tak ada yang mengerti perasaannya.

"Eh. Sama sapa, Riz?" Aku jadi mencoba menurunkan tingkat galaunya Riza. Sementara Rara masih sibuk mengepel kertas lecek itu dengan tangan agar bisa lurus kembali, walau hasilnya nihil.

"Mipa 1," jawabnya singkat.

Aku menyelidik, "Yah, lo mah paan. Ngasih tau kok ngambang gitu,"

Rara jadi menoleh kesal padaku sekarang, "Eh, setrikaan, mirror mbae!"

Nyatanya Rara yang sedang kesal itu jadi membuat Riza tertawa.

Syukurlah.

Tapi, mipa 1 siapa? Emang kelas pinter gitu ada cogannya apa?

***

Doi Icha teralihkan sama doi Riza.. wkwk..

Vote commentnya guyss.......

Setelah Kau [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang