"Kalau kau takut, genggam tanganku. Kita akan melewatinya bersamaan."
______________________________________"Woy! Lagi pada ngapain sih? Rjj," Riza tiba-tiba saja datang, membuat Rara yang sedari tadi terpaku pada mading jadi menoleh sekilas--walau kemudian tidak peduli.
Aku sendiri antusias langsung melingkarkan lenganku di pundak Riza yang tingginya memang tidak jauh denganku.
"Dugong, Chili mau nanya," kataku sambil mengerjapkan mata dan memberi senyum mengembang pada Riza.
Riza melirikku tajam, merasa enek dengan sikapku yang sok imut itu. "Paan." Dia menjawabnya ketus. "Pasti soal news itu ya? Bodo amat ah Cha, lo just R gue." Lanjutnya.
Rara kini menoleh, ikut-ikutan mencibirku galak. Sementara aku justru memasang wajah memelas, membujuk mereka agar memberitahu news itu. Inilah Icha, yang mana tahan bila tidak tahu gosip apa yang sedang dibicarakan teman-temannya. Please, jangan ditiru gaes.
Aku mengerahkan kemampuan tampang memelasku. Mataku mulai mengerjap, menampakkan jelas manik hitam berkilauan itu. Pipi bulatku sengaja ku gembungkan sehingga tampak jelas buletnya.
"Riz," percuma, tidak ada respon. Aku ganti menatap Rara, "Raa."
Dan berhasil, Rara memang yang paling bijak, paling tidak tegaan diantara kita dan itu yang membuatnya mendapat predikat 'Mamak' dari aku dan Riza.
Aku tersenyum puas memeluk Rara gemas, "Aaaa, jadi sayang."
"Jiji Cha, jiji." Dia segera melepas pelukanku dan mulai bercerita.
"Lo kemaren dimarahin Bryan kan?"
"Lah, ko tau? Duuhh, sayang-sayangku pasti gak tega kan ninggalin aku sendirian kemaren? Jadi, kalian ngintipin aku sama Bryan?"
Riza melotot, "Idih, pede amat lo,"
Rara melanjutkan cerita, "Kita nggak tau Chaa. Justru kita tahu itu dari Nanda. Iya Cha, Nanda. Yananda Praditya beneran."
Aku refleks melongo, demi apapun saat ini juga aku ingin terbang. Duniaku benar-benar goyang dumang sekarang.
"Jangan baper dulu, boomnya belum gue ledakin Chaa," Rara buru-buru melanjutkan cerita tanpa membiarkanku berkomentar.
"Dia chat gue, nanyain kabar lo."
Ha?
"Yakan gue emang gatau kalo lo tuh kemaren abis dianuin Bryan. Jadi, ya gue jawab lo baik-baik aja."
"Terus?" Kataku antusias.
"Dia bilang, dia minta maaf atas kelakuan sepupunya yang udah bikin lo nang--"
"Tumben dia perhatian, lo kasi pelet apa si Chaa?" Riza menoyor cerita Rara begitu saja. Dan aku jadi melotot padanya, membuatnya diam.
"Lanjut Ra," kataku tak sabaran.
"Ya intinya dia cuma pengin mastiin lo baik-baik aja dan minta maaf atas kesalahan sepupunya. Dah itu aja."
"Beneran cuma itu aja?" Aku mengharap ada kalimat lebih.
"Ada sih." Rara menimpaliku geli.
Apa ih penasaran?
"Dia bilang, dia mau nyontek tugas Kimia besok." Rara memutar bola matanya, gemas sekarang melihat ekspresiku yang berubah lemas begitu saja.
Salahku memang terlalu berharap padamu, Nan. Tapi setidaknya walau sedikit, kau memperhatikanku dan bagiku itu sudah lebih dari cukup.
Belum hilang girangku soal kamu, aku justru melihat Enji berjalan di teras depan hendak menuju kelasnya, X IPS 4. Dan tidak jauh darinya, ada kamu berjalan dibelakangnya, hanya saja kearah berbeda. Area anak IPA dan IPS memang dipisahkan. Sekelebat muncul dipikiranku.
Kalian berangkat bersama?
Hal tersebut dengan segera membuat moodku hancur.
Aku menyadari sesuatu. Enji memang benar-benar cantik. Dia jangkung, hampir setelingamulah kira-kira. Enji punya tubuh atletis, karena dia memang atlet lari sekolah kita.
Hari itu dia mengenakan sweater pink soft, yang merupakan warna kesukaanku. Dia terlihat menawan hanya dengan mengenakan bando putih manis, membiarkan rambut cokelat sepunggungnya tergerai curly.
Kulitnya putih bersih dan kuduga pasti wangi. Dia punya hidung mancung. Pipi tirusnya merona dan yang paling mempesona adalah lesung dikedua pipinya saat dia tersenyum. Beruntung sekali tadi aku sempat melihatnya tersenyum saat disapa teman satu kelasnya.
"Cantik bats gila," Riza bahkan refleks melontarkan kata-kata itu.
Aku menunduk sejenak, tersenyum miris.
Rara dan Riza segera mengalihkan pembicaraan, menyikutku untuk menegakkan kepala.
Ternyata kamu lewat sini, Nan. Tapi yang membuatku patah, kau sama sekali tidak menoleh padaku.
Mana perhatianmu kemarin?
***
Cup cup Icha... semangat yaa...
Nanda nyebelin banget sumpah, untung aku sayang. Eh.
Votmentnya yaa kaka kakaa:)))
Salam-Juna
![](https://img.wattpad.com/cover/145024912-288-k451502.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Kau [END]
Teen FictionKalau cinta ini selamanya tak bisa tersampaikan, maka biarlah! Kurasa aku akan terbiasa dengan rasa sakitnya "cinta diam-diam." On Going juga : Jangan Hujan -nb : cover sources by pinterest